Eerste Liefde

Athena Venus
Chapter #14

CHAPTER 14 | THE TRUTH

Saat semua telah tertidur, Jane masih memainkan ponselnya dengan earphone yang ia pasang dikedua telinganya. Lebih tepatnya ia sedang menemani Chandra yang sedang menyelesaikan tugas kuliahnya lewat Video Call.

"Udah selesai kak?"

"Belum nih... Kalo kamu ngantuk, tidur aja Jane."

"Gak mau... Aku mau nemenin kakak."

Dari layar, Jane bisa melihat Chandra yang terkekeh. Chandra lebih dewasa sekarang, wajahnya pun semakin tampan. Setiap mereka video call, Jane diam-diam menscreen shoot wajah Chandra.

"Gimana kondisi Alya?" Tanya Chandra sembari mencoret-coret kertas yang sedang ia kerjakan.

"Kata dokter sih udah baik-baik aja, cuman dia belum bangun tuh dari tidurnya. Besok pagi bunda Rika sama Rizki baru sampe sini."

"Kakak pengen banget kesana. Tapi udah jam segini, pasti gak boleh masuk, besok kakak juga ada kuliah pagi. Nanti pulang kuliah kakak kesana deh."

"Emang rumah kakak deket banget darisini?"

"Deket banget. Naik kendaraan gak sampe 15 menit udah nyampe."

"Wah, jadi pengen kerumah kakak. Aku kangen deh sama tante Anita, pengen makan puding mangga buatan tante Anita lagi."

Chandra tersenyum. "Mama juga katanya kangen banget sama kamu, pas kakak kasih tau kalo kamu mau ke Yogya, mama paling heboh nyuruh kamu dateng kesini."

"Kalo aku besok kesana gimana? Boleh gak?"

"Sendiri? Ntar kamu nyasar gimana? Tunggu kakak dateng aja ya?"

"Gak nyasar kok, kan kata kakak deket. Kakak kasih tau alamat lengkapnya aja, aku nanti naik taxi."

Terlihat Chandra sedang berpikir disana, melihat wajah ragu Chandra, Jane segera menyunggingkan senyum manisnya. "Kakak tenang aja. Aku bentar lagi 17 tahun kok, aku udah gede kak."

Chandra menghela nafasnya. "Yaudah... Nanti kakak chat alamatnya, sebelum berangkat kabarin kakak dulu ya. Nanti abis kuliah kakak langsung pulang."

Jane mengangguk semangat. "Oke... Gak sabar ketemu kakak."

Tanpa Jane sadari bahwa Tio sebenarnya tidak tidur. Ia mendengar ucapan Jane. Setelah Jane dan Chandra mengakhiri video call mereka, Tio pura-pura bangun dari tidurnya, dan berjalan keluar kamar Alya.

"Mau kemana yo?" Tanya Jane saat melihat Tio yang berjalan menuju pintu.

"Mau keluar bentar."

"Oke. Gue tidur dulu ya, ngantuk."

Tio mengangguk, lalu keluar dari kamar rawat inap Alya. Sebenarnya Tio agak kaget melihat Alya yang dibawa keruang VIP di rumah sakit ini, tadinya Tio yang ingin menangani biaya administrasi rumah sakit Alya juga ditolak oleh guru-guru, katanya ini tanggung jawab sekolah.

Tio mengeluarkan ponselnya, ia menelfon Chandra.

"Halo bang..." Ujar Tio setelah panggilannya dijawab oleh Chandra.

"Iya? Kenapa yo?"

"Bisa ketemu bang?"

"Sekarang banget?"

"Kalo bisa sih, kalo gak bisa besok juga gapapa. Asal Jane jangan sampe tau."

"Loh kenapa?"

"Ini penting bang. Masalah Jane... Dia gak boleh sampe tau."

"Ketemuan sekarang mau? Didekat rumah sakit ada kafe 24 jam, kebetulan rumah sakit deket sama rumah gue. Gue juga udah selesai ngerjain tugas."

"Oke, gue tunggu dikafe ya bang."

Setelah itu, Tio memutuskan sambungan telfon mereka. Tio berangkat duluan ke kafe yang dimaksud Chandra. Ternyata benar, saat keluar rumah sakit, di sampingnya terdapat kafe 24 jam.

Tio memesan hot chocolate sembari menunggu Chandra. Tak lama setelah pesenannya datang, Chandra pun datang. Chandra segera mengetahui tempat duduk Tio karena memang Tio memilih tempat duduk yang strategis dari pintu masuk.

"Udah lama?" Ujar Chandra sembari duduk dihadapan Tio.

Tio menggeleng. "Bang Chandra mau mesen dulu?"

Chandra mengangguk. "Susu Jahe aja." Ujarnya. Tio segera memesankan pesanan Chandra.

"Jadi mau ngomongin apa yo?"

Tio meminum hot chocolatenya terlebih dahulu, lalu ia menatap Chandra. Chandra memang terlihat lebih dewasa sekarang, aura SMA nya seperti sudah hilang begitu saja. "Bang, gue mau ngomong serius..."

Chandra mengangguk. "Ngomong aja."

"Jane suka sama lo." Ujar Tio to the point, ia tau bahwa Chandra harus diajak ngomong frontal.

"Suka?"

Tio menghela nafasnya. "Jane cinta sama lo, sejak pertama kali Jane ngeliat lo. Jane ngaku sendiri ke kita, sahabatnya."

Chandra masih menatap Tio tak percaya, ia juga beberapa kali menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin yo, dia itu udah gue anggep adek gue sendiri. Lagian gue udah punya pacar."

"Tapi Jane gak tau. Dia gak tau kalo lo udah punya pacar. Dia salah paham sama rasa sayang yang lo kasih ke dia, dia pikir lo juga punya rasa yang sama kayak dia."

"Gue saranin... Lo kasih tau dia baik-baik. Kalo sampe gue tau dia nangis gara-gara masalah ini, gue gak akan biarin lo ketemu lagi sama dia, paling gak, sampe dia sendiri yang mau ketemu sama lo."

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"

Lihat selengkapnya