"Permisi... Saya periksa dulu ya." Ujar seorang dokter dan perawat yang baru saja masuk kedalam ruang rawat inap Alya.
"Iya dok..." Balas bunda Rika.
Dokter mulai memeriksa Alya. "Ada keluhan?" Tanya dokter itu sembari melepaskan stetoskop dari kedua telinganya.
"Gak ada dok. Saya kapan ya bisa pulang?"
"Sebenarnya kamu sudah sehat sepenuhnya, besok pulang pun juga bisa. Hanya kaki kamu yang masih harus di gips untuk sementara waktu. Sekitar satu mingguan, kalo kamu sudah merasa benar-benar baik, kamu datang ke rumah sakit untuk melepaskan gipsnya sekalian pemeriksaan kaki kamu lebih lanjut."
"Rumah sakit mana aja bisa kan ya dok?" Tanya bunda Rika.
Dokter itu mengangguk. "Iya, bisa bu."
"Terima kasih dok."
"Iya, sama-sama bu. Saya permisi dulu ya." Pamit dokter itu dengan perawat yang datang tadi.
Setelah dokter dan perawat itu keluar, bunda Rika segera membereskan perlengkapan mereka untuk bersiap pulang besok. Tio juga sudah menghubungi pak Heru untuk menjemput mereka ke Yogya sejak kemarin, jadi hari ini pun pak Heru sebenarnya sudah sampai.
Jane yang sedang memainkan ponselnya tiba-tiba menjerit pelan, hingga membuat sahabatnya yang lain yang ada didekatnya menyerit bingung. "Kenapa lo?" Tanya Randy.
"Barusan fans cogan Erlangga post foto Erga di Instagram."
"Fans cogan Erlangga? Apaan tuh?"
Jane mendengus sebal mendengar pertanyaan Tio barusan. "Ini tuh akun fansclub cowok-cowok ganteng di SMA Erlangga."
"Wah... Ada foto gue dong." Ujar Randy percaya diri.
"Iya... Tapi paling banyak tentang hubungan lo sama cewek-cewek lo itu!" Walaupun Jane sebal dengan ucapan Randy, tapi ia tak bisa menampik bahwa Randy memang sangatlah tampan dan ada foto-foto Randy di akun Instagram tersebut.
"Lo kenapa Al?" Tanya Kevin yang memang sedari tadi memperhatikan raut wajah Alya yang berubah setelah mendengar Jane bercerita.
"Anak-anak... Ibu sama mamanya Alya mau ke kantin dulu ya beli makan siang buat kita semua." Ujar bu Gea.
"Iya bu..."
Setelah bu Gea, bunda Rika, dan Rizki keluar ruang inap Alya, sahabat-sahabat Alya kembali memfokuskan diri mereka ke Alya.
"Gapapa."
Randy menatap Alya tak percaya. "Sepengalaman gue bareng pacar-pacar gue... Kalo mereka bilang 'gapapa' itu artinya 'kenapa-napa'." Ujarnya yang membuat sahabat-sahabat Alya yang lain kembali menatap Alya penasaran.
Alya menghela nafasnya. "Pas gue jatuh kemarin. Gue ngeliat orang lain disana."
Kedua mata Kevin membelak. "Ada yang dorong lo?!"
"Gak gitu vin. Kalo jatuhnya mah emang gue jatuh sendiri. Tapi gue inget jelas kalo gue ngeliat ada orang lain disana, gue udah minta tolong sama dia. Tapi dia pergi gitu aja."
"Lo yakin yang lo liat itu orang? Maksud gue, kan lo bisa liat setan Al. Siapa tau yang lo liat itu setan?" Ujar Jane.
Alya menggeleng. "Gue bisa bedain yang mana makhluk halus, yang mana manusia Jane. Gue liat jelas kok kalo itu dia!"
"Dia siapa?" Tanya Tio.
"Cowok yang disebut Jane tadi."
"Erga?!!" Pekik Jane tak percaya.
Alya mengangguk menjawab pertanyaan Jane.
"Keterlaluan!" Geram Kevin.
"Nanti dulu guys... Siapa tau aja dia punya alasan kan? Siapa tau aja dia gak liat lo jatuh Al? Atau dia mau nolongin lo tapi udah keduluan kita-kita." Ujar Tio berusaha memberikan pengaruh positif ke sahabat-sahabatnya, terutama Kevin. Karena Kevin sudah terlihat emosi mendengar cerita Alya tadi.
"Tetep aja yo! Ini nyangkut nyawa manusia! Walaupun bukan Alya yang jatuh, dia tetep harus nolongin lah! Gila aja, gak punya hati apa dia?!"
"Dia emang begitu, asal kalian tau aja." Ujar Randy yang membuat semua beralih menatap Randy.
"Maksud gue, dia kan anak basket juga. Dan selama gue perhatiin, dia jarang gabung sama anggota yang lain. Dia cuman dateng, latihan, trus pulang. Setiap kita menang pertandingan atau berhasil cetak poin, dia gak pernah mau salaman atau high five sama anggota yang lain. Ya, walaupun harus gue akuin juga kalo permainan basket dia bagus."
Kevin berdecih. "Bagus apa kalo attitude nya jelek kayak gitu! Kalo gue ada di tim yang sama sama dia, bisa gue hajar dia. Sombong banget jadi orang!"
Randy mengangguk setuju. "Bang Andreas juga pernah hampir ribut sama dia gara-gara dia gak dateng ke perayaan kemenangan tim basket, eh tiba-tiba dia nunjukkin surat sakit dari klinik. Yaudah, kita kalah."
"Dia pinter guys. Dia kalo ngelawan pake otak, bukan otot. Mangkanya orang-orang jadi males punya urusan sama dia." Lanjut Randy.
Alya berdecak kesal. "Udahlah! Gak usah bahas dia lagi. Gue muak dengernya!"
"Kalian ngerasa aneh gak sih di rumah sakit ini?" Tanya Tio untuk mengalihkan pembicaraan mereka mengenai Erga.
"Aneh kenapa sih yo? Lo tuh dari kemaren-kemaren ngomongin ada aneh terus." Ujar Jane kesal.
"Ya kayak... Kayak kita lagi di awasin sama orang gitu. Kalian gak ngerasa?"