Hari ulang tahun Tio pun tiba. Rumahnya sudah didekor sedemikian rupa mewahnya untuk merayakan ulang tahun ke-17 anak sematawayang dari keluarga Rafael Rajendra. Berbagai teman Tio dan beberapa rekan bisnis Rafael mulai berdatangan dan disambut oleh blitz kamera yang bertugas untuk memotret siapa saja yang datang.
Diulang tahun Tio ini, ia tidak memberikan dress code. Siapapun bisa datang dengan pakaian apapun, asalkan pakaiannya sopan. Teman-teman yang diundang Tio hanya 300 orang yang merupakan teman dekatnya, sedangkan rekan bisnis Rafael, hanya orang-orang yang mengenal Tio secara dekat. Semua rekan bisnis yang diundang Rafael membawa putri mereka, berharap jika putri mereka dapat menarik perhatian putra tunggal Rafael itu.
Tio, Rafael, dan Diana sudah mulai berkeliling untuk menyapa teman dan rekan bisnis Rafael. Pesta ulang tahun Tio ini digelar di dalam rumah dan di halaman belakang rumah Tio yang terdapat kolam renangnya. Untuk yang ingin menyerahkan kado, cukup letakkan kado di meja yang sudah disiapkan didekat pintu masuk rumah Tio.
Tio hanya tersenyum saat rekan bisnis papanya mengenalkan putri mereka padanya. Merasa jengkel karena terus dipaksa untuk dekat dengan putri rekan bisnis papanya, Tio memilih untuk menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang berkumpul di meja kue. "Pa... Ma... Aku ke temen-temenku dulu ya. Permisi..." Setelah pamit, Tio berjalan cepat menghampiri sahabat-sahabatnya itu.
"Wih... Akhirnya si pemeran utama dateng juga ke kita." Ujar Kevin yang menyadari bahwa Tio sudah ada disekitar mereka.
"Enak gak?" Tanya Tio sembari menunjuk kue yang sedang dimakan sahabat-sahabatnya dengan menggunakan dagunya.
Alya mengangguk, lalu ia memakan lagi kue yang tadi memang sedang ia makan. "Masakan tante Ayu emang yang mantap."
"Ngomong-ngomong nih, orang tua Jane udah dateng tapi Janenya kemana nih?" Ujar Randy sembari menoleh kekiri dan kekanan untuk mencari keberadaan Jane disekitar orang-orang yang sudah memenuhi halaman belakang rumah Tio.
"Yaelah kayak gak tau Jane aja, dia pasti lagi dandan biar jadi yang tercantik disini." Balas Alya santai.
"Iya juga sih.."
Pandangan Alya menyapu sekitar mereka, hingga terhenti pada seseorang yang tengah berdiri sendirian di meja yang terdapat beberapa makanan seperti meja mereka. "Yo..." Panggil Alya yang membuat Tio jadi memfokuskan pandangannya ke Alya. "Kenapa Al?"
"Lo ngundang cowok itu?" Unjuk Alya menggunakan dagunya. Tio, Kevin, dan Randy mengikuti arah pandang Alya. Melihat yang dimaksud Alya, Tio hanya bisa nyengir. "Sorry Al, Erga kan anak rekan bisnis bokap gue."
Alya menghela nafasnya dan mengangguk paham. "It's okay, toh ini masalah pribadi gue sama dia."
"Eh itu Jane!" Seru Randy saat melihat Jane yang muncul dari pintu rumah Tio, tapi Jane tidak sendiri, ia datang sembari merangkul lengan laki-laki yang sudah dikenal oleh Randy, Tio, Kevin, dan Alya.
"Jane sama kak Aldi? Lo ngundang kak Aldi yo?" Tanya Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dari Jane dan Aldi yang berjalan menghampiri mereka sembari menyapa teman-teman yang dikenal Jane dan Aldi.
Tio mengangguk untuk menjawab pertanyaan Kevin. Kedua matanya juga terpaku pada kedua orang itu. Hingga Jane dan Aldi benar-benar sampai dihadapan mereka. "Hai... Happy birthday Tio!" Ujar Jane sembari memeluk Tio sebentar dengan senyum manisnya.
"Thank you."
Aldi mengulurkan tangannya. "Happy birthday bro..." Ujarnya yang langsung dibalas oleh Tio. "Thank you."
"Kak Aldi gak bareng kak Fira?" Tanya Alya to the point.
Aldi terkekeh. "Fira lagi sibuk sama tugas kampusnya. Dia nitip kado sama ucapan selamat ulang tahun buat Tio." Ujarnya santai yang dibalas anggukan dari Tio.
Mendengar itu Alya tercengang. 'Dia lagi sama cewek lain, tapi ngebahas ceweknya dia sesantai itu?!' Batin Alya tak percaya.
Tiba-tiba Aldi mendekatkan bibirnya ke telinga Jane. "Aku ke temen-temenku dulu ya." Bisik Aldi sembari mengelus tangan Jane yang melingkar di lengannya. Bisikan Aldi itu masih bisa didengar oleh sahabat-sahabat Jane walaupun samar-samar karena ada musik yang menghiasi rumah Tio ini.
Jane mengangguk, lalu melepas rangkulannya dari lengan Aldi. Setelah itu, Aldi pergi meninggalkan Jane bersama dengan sahabat-sahabatnya.
Jane mengambil kue yang ada di meja dekat mereka berdiri, ia mengabaikan tatapan penasaran dari sahabat-sahabatnya. "Wah... Masakan mama emang yang terbaik." Ujarnya kagum setelah memakan kue yang dibuat mamanya.
"Seriously Jane? Lo--" Ucapan Alya terhenti karena Tio memegang tangannya, sontak Alya menoleh kearah Tio, Tio menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia melarang Alya menanyakan tentang kejadian barusan ke Jane sekarang. Menyadari arti tatapan Tio, Alya hanya menghela nafasnya.
"Lo tau gak sih Jane, tadi sebelum lo dateng si Tio ini dikenalin ke anak-anak partner bisnis om Rafa." Ujar Kevin berusaha mencairkan suasana.
Mendengar itu Jane jadi bersorak antusias. "Oh ya? Trus gimana? Mau dijodohin dong? Lo mau gak yo? Cantik gak orangnya? Mana-mana? Gue mau liat orangnya." Ujar Jane antusias, tapi pertanyaan Jane itu dibalas dengan sentilan didahinya dari Tio. "Sakit yo!"
"Ini bukan sinetron atau novel yang lo baca."
Jane mengerucutkan bibirnya. "Kan kali aja gitu."
"Lagian juga nyokap gue sukanya sama lo." Ujar Tio santai sembari meminum sirup yang ada di meja dekat mereka.
Jane terkekeh. "Iya juga sih, gue nih kan menantu idaman. Bukan cuman tante Diana, tapi nyokap Randy sama Kevin juga suka sama gue!" Ujarnya percaya diri.
Kevin mengerutkan keningnya. "Emang iya? Nyokap gue mah sukanya sama Alya!"