Tio tidak sengaja bertemu dengan Aldi di toilet laki-laki sekolahnya. Mereka saat ini sedang mencuci tangan bersampingan, Tio melirik kearah Aldi yang tengah merapihkan rambutnya dengan air. "Kak..."
Mendengar Tio bersuara, sontak Aldi menoleh ke Tio. "Kenapa yo?"
"Lo... Pacaran sama Jane?"
Aldi tersenyum. "Ya, pacarannya sih baru 3 hari yang lalu. Lo gak masalah kan?"
"Lo beneran suka sama Jane atau lo jadiin Jane kayak cewek-cewek lo yang lain?"
"Gue suka sama dia... Tapi ya, kayak yang lo dan semua orang tau... Gue cintanya cuman sama Fira."
Tio menyerit tak suka. "Trus?"
"Ya, kita berdua cuman have fun aja. Jane tau kok masalah ini, dia juga gak permasalahin. Mungkin bisa dibilang, Jane ini satu-satunya pacar gue yang gak nuntut macem-macem kayak pacar-pacar gue sebelumnya. Cukup menarik."
Mendengar penjelasan Aldi, Tio menghela nafasnya. "Jadi, emang kalian berdua udah ngomongin duluan gitu kalo hubungan kalian cuman main-main?"
Aldi mengangguk. "Lebih tepatnya, Jane duluan yang bilang."
"Tapi kak... Walaupun hubungan kalian cuman main-main, bukan berarti kalian jadi bebas ngapain aja."
"Maksud lo?"
"Gue bakalan awasin terus kalian berdua. Kalo sampe kalian kelewat batas, gue sendiri yang bakalan turun tangan. Kayak yang lo tau... Gue ini, anak tunggal dari anak sulung keluarga Rajendra." Ujar Tio serius.
Aldi terkekeh remeh. "Lo ngancem gue?"
"Bisa dibilang begitu. Kalo gitu, gue duluan kak." Ujar Tio sembari memberikan senyum tipisnya, lalu pergi meninggalkan Aldi yang masih terdiam ditempat.
"Boker lo? Lama amat!" Omel Randy tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya saat Tio baru saja datang ke kantin, tempat mereka berlima berkumpul saat istirahat ini.
Tio terkekeh. "Sorry... Siapa yang kalah?" Tanyanya sembari mengeluarkan ponselnya dan mulai bergabung dengan game yang sedang dimainkan Randy dan Kevin.
"Yang pasti kita belum kalah, cepetan masuk yo! Kekurangan anggota nih kita!" Sekarang gantian Kevin yang mengomel.
"Gak nyangka ya, bentar lagi kita kelas 3, trus lulus dari sekolah ini." Ujar Jane tiba-tiba. Alya yang sedang mengaduk jus alpukatnya sontak menatap Jane bingung. "Kenapa lo?" Tanya Alya.
Jane menggeleng. "Disini... Tempat gue ketemu sama cinta pertama gue, dan untuk pertama kalinya juga gue ngerasain patah hati."
Alya terkekeh. "Galau lo?"
"Sorry... Gak ada kata galau di kamus gue sekarang. Gue udah jadi Jane yang baru. Gue gak mau tuh yang namanya galau gara-gara cowok! Gak penting!"
Alya mengangguk setuju. "Bener tuh. Gak penting galauin cowok. Tapi gue malah pengen cepet-cepet lulus dari sini, gue muak liat dia disini."
"Erga?"
Alya mendengus kesal. "Denger namanya aja, udah males gue. Dia tuh dimana-mana ada. Di mading penuh sama fotonya, orang-orang juga sering ngomongin dia. Muak gue! Pengen cepet-cepet lulus rasanya biar gak ketemu dia lagi!"
Jane mengangguk paham. "Semoga aja gak ketemu dia lagi di kampus kita nanti."
"Amin!"
Walaupun Tio, Randy, dan Kevin fokus ke game, namun telinga mereka mendengarkan obrolan Alya dan Jane.
~•~•~•~
Hubungan Jane dan Aldi kandas setelah mereka sudah berpacaran kurang lebih 2 bulan. Aldi yang beralibi bahwa ia ingin fokus untuk kelulusan hanya dibalas anggukan setuju dari Jane, karena Jane juga sebenarnya sudah bosan dengan Aldi.
Saat ia sudah menginjak kelas 3 SMA ini, Jane sedang dekat dengan salah satu adik kelasnya, yang bernama Farhan. Farhan ini merupakan laki-laki tertampan nomer satu di angkatannya, jadi Jane mau-mau aja saat Farhan menyatakan cinta untuknya.
Walaupun adik kelas, Farhan tidak pernah malu-malu untuk melakukan skinship dengan Jane, baik itu menggenggam tangan Jane, mencium tangan Jane, merangkul Jane, dan yang paling membuat Tio jengkel adalah saat ia tidak malu-malu didepan umum mencium pipi Jane.
Tentu saja Tio sudah mengancam Farhan seperti ia mengancam Aldi, namun Farhan tidak peduli. Karena kesal, akhirnya kemarin Tio memberikan sedikit pelajaran. Yakni, Tio membuat mobil Farhan diderek oleh mobil derek karena parkir sembarangan di pinggir jalan. Hal itu membuat Farhan kesal, Farhan mendatangi Tio dan sahabat-sahabatnya yang tengah berkumpul di pinggir lapangan outdoor.
"Bang Tio..." Panggil Farhan membuat kelima sahabat yang tadinya sedang bercanda jadi menghentikan tawa mereka dan beralih memandang Farhan.
"Kenapa han?" Tanya Jane bingung.
"Gapapa sayang, aku cuman ada urusan sama bang Tio."
Jane mengangguk paham, lalu kembali bercerita dengan Alya. Sementara Tio bangun dari duduknya dan menghampiri Farhan. "Kenapa?"
"Cara lo... Gak lucu!" Ujar Farhan penuh penekanan. Tentunya dengan nada berbisik agar tidak didengar yang lain.
"Apanya?"