EFEMER

Han
Chapter #5

#5Mengenal Arti Kata Kita

Delvin mengantar Ara kembali ke rumahnya sebelum jam menunjukkan pukul 9.30, pria itu tersenyum kemudian tangannya terulur mengusap puncak kepala Ara.

“Semuanya akan baik-baik aja. Besok Diana akan memberi pernyataan resmi melaui video dan akan rilis berita juga. Jadi, jangan terlalu khawatir. Kebanyakan dari siswa SMA 1 juga tahu kalau kamu bukan orang seperti itu. Don’t get mad, OK?” ucap Delvin menenangkan Ara yang dibalas anggukkan oleh gadis itu.

“Makasih ya, Vin. Aku gak tahu harus bilang apalagi selain makasih.” Ucap Ara

“Gak perlu bilang makasih, aku akan lakuin apa aja selama itu benar. Apalagi kalau menyangkut kamu.” Jujur Delvin

“Oh iya, jangan lupa besok nobar di rumah aku. Nanti aku jemput kamu deh kalau gak berani” ujar Delvin mengalihkan topik pembicaraan saat melihat wajah canggung Ara.

“Apaan sih pakai di jemput sana – sini doang” kekeh Ara, “Besok aku dateng tapi agak maleman ya, males ketemu Bela.” Ara melanjutkan kalimatnya

“Siap!” jawab Delvin sambil tersenyum

“Ya udah sana pulang, udah malem.” Ucap Ara yang dibalas anggukkan oleh Delvin. Setelah melambaikan tangan, pria itu berlalu dari hadapan Ara melajukan sepeda motornya meninggalkan halaman rumah gadis itu. Sementara Ara masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya.

Gadis itu melempar tubuhnya ke atas tempat tidur, pikirannya kembali melayang pada Eden dan gadis yang bersamanya. Kenapa hari ini begitu penuh kejutan? Ara bahkan sudah tidak sanggup menangis saking lelahnya. Memejamkan mata, Ara berharap semuanya dapat berjalan dengan baik dan lekas selesai. Tanpa sadar, gadis itu mulai terlelap tanpa menghiraukan bajunya yang belum diganti. Ara hanya ingin tidur dan melupakan semua masalahnya.

***

Ara bangun dan merasakan pening di kepalanya. Memijat sebentar keningnya, gadis itu segera bangkit dan mencuci wajahnya. Setelah merasa lebih segar, Ara mengganti pakaiannya karena semalam belum sempat berganti kemudian mengecek ponselnya. Terdapat banyak pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari Eden. Tidak mau tahu, gadis itu hanya membaca pesan Eden tanpa berniat membalasnya.

Setelah selesai membantu ibunya dan juga mandi, Ara menenteng buku paket fisika miliknya kemudian duduk di teras. Membaca kembali materi yang sudah lewat sebagai persiapan ujian nanti dan agar ia tidak lupa dengan materi yang sudah di ajarkan gurunya. Ara sadari ia tidak memiliki otak cerdas seperti Delvin, itu kenapa ia harus berusaha keras untuk bisa meraih sepuluh besar di kelasnya. Kalau Delvin akan paham dengan sekali penjelasan dan satu contoh soal, Ara harus mendengar, menulis, membaca ulang materi bahkan mengerjakan latihan soal berkali-kali. Bahkan hal itupun kadangkala belum membuatnya paham, terlebih untuk mata pelajaran fisika.

Gadis itu mulai fokus memperhatikan setiap kalimat yang ada di buku paket miliknya sambil sesekali menulis ulang rumusnya atau mengerjakan soal. Ia bahkan tidak sadar kalau Eden berdiri tidak jauh di depan rumahnya sejak sepuluh menit yang lalu. Setelah merasa cukup lelah dan pusing, gadis itu meregangkan sejenak otot lehernya, dan saat itulah retinanya bertemu dengan Eden.

Ara mengedipkan matanya beberapa kali, tapi tidak kunjung bangkit dari tempat duduk untuk menghampiri Eden. Keduanya hanya saling memandang tanpa ada niatan menghampiri satu sama lain. Setelah hampir dua menit, gadis itu memutuskan bangkit dan menghampiri kekasihnya.

“Masuklah” ucap Ara singkat kemudian berjalan kembali ke teras rumahnya diikuti Eden.

Eden duduk sementara Ara membuat minuman untuk Eden. Biar bagaimanapun, Eden tetaplah tamu di rumahnya. Dan menjadi kewajiban tuan rumah untuk memuliakan tamu. Begiotulah pesan ibunya.

“Katakan dan jelaskan” Ara membuka suara setelah meletakkan minuman dan duduk di samping pria itu. Pandangannya lurus ke depan tanpa berniat menatap Eden.

“Aku minta maaf, Kak”

Lihat selengkapnya