EFEMER

Han
Chapter #6

#6Si Pacar Ideal Dari IPA, Delvin Pradipta

Ara melambaikan tangan setelah Eden berpamitan kepadanya. Ia melangkah masuk dan terkejut melihat ibunya duduk di ruang tamu sambil menatap ke arahnya.

“Ibu ngapain disitu? Bikin kaget aja” ucap Ara

Ana menghela napas sejenak sebelum bangkit dari tempat duduknya sembari mengelus rambut Ara.

“Kalau ada apa-apa bilang sama Ibu ya, Nduk?” kata Ana yang dibalas dengan anggukkan oleh Ara.

Setelah ibunya kembali melakukan pekerjaannya, Ara masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas tempat tidur. Pikirannya kembali melayang dengan percakapannya bersama Eden tadi. Hidupnya bagai drama yang seing ia baca. Sebelumnya, Ara tidak begitu percaya bahwa hidup bisa sedramatis dalam cerita remaja yang seringkali ia baca, sayangnya kenyataan menamparnya telak. Kisah cintanya sama dramatis dengan cerita remaja yang ia baca minggu lalu.

Mengusap rambutnya pelan, Ara penasaran apakah ini sebuah karma karena ia meremehkan kehidupan atau ini efek dari dirinya yang terlalu banyak membaca cerita fiksi? Pun sebenarnya hidupnya sudah terlalu dramatis sejak dulu. Hanya saja karena ia menjalaninya tanpa memikirkan berlebih, segalanya terlihat biasa saja. Padahal kalau ditulis dalam sebuah cerita, Ara yakin kalau kisahnya akan menjadi begitu dramatis.

Astaga apa-apaan, kenapa pikirannya malah menjadi sebuah jalan cerita? Ara yakin ia sudah terlalu banyak menmbaca fiksi penggemar. Besok ia harus menetralisir isi kepalanya dengan karya ilmiah.

Ara memejamkan mata, berusaha tidur karena nanti malam ia akan pergi ke rumah Delvin. Ah memikirkan Delvin membuatnya merindukan pria itu. Dan membayangkan Delvin bersamanya sekarang membuat Ara terlelap.

***

Ara terbangun ketika setelah matahari tenggelam. Matanya menatap layar ponsel yang sudah menunjukkan pukul 17.57, dan banyak pesan masuk dari teman-temannya, Delvin, dan Eden. Ara baru akan memejamkan matanya kembali saat tiba-tiba lampu kamarnya menyala dan Ana duduk di samping tempat tidurnya.

“Ara bangun, katanya mau nginep di rumah Epin. Udah ditungguin loh.” Ucap Ana sembari mengelus surai Ara dengan lembut

“Sepuluh menit, Bu. Pusing” jawab Ara dengan suara serak bangun tidurnya.

“Epin udah di depan lho.” Ana masih mencoba membangunkan Ara.

Menyerah, Ara akhirnya mendudukkan tubuhnya masih dengan mata terpejam.

“Ara mandi dulu” ucap Ara dengan malas-malasan beranjak dari tempat tidurnya. Gadis itu keluar kamar dengan rambut sedikit berantakan dan wajah kusut. Matanya memicing menatap Delvin yang sedang bermain ponsel di ruang tamunya.

“Heh! Aku kan bilang gak usah kesini, nanti aku nyusul. Kok malah udah disini, sih!” gerutu Ara sembari mengerucutkan bibirnya kesal.

“Nanti kamu malu kalau masuk sendiri. Bisa-bisa malah melipir gak jadi ikut. Lagian Mama kok yang nyuruh aku jemput kamu. Suruh bantuin Mama masak” jelas Delvin

Ara masih mengerucutkan bibirnya selepas mendengar jawaban Delvin, kemudian ia berlalu ke kamar mandi. Setelah hampir dua puluh menit, Ara berpamitan kepada ibunya dan menarik lengan Delvin untuk segera pergi ke rumah pria itu.

“Onty masak apa?” tanya Ara

“Gak tahu, tadi masak banyak banget buat makan malam.” Jawab Delvin yang dibalas anggukkan oleh Ara.

Tidak sampai sepuluh menit keduanya sampai di kediaman Delvin. Gadis itu melihat dua mobil terparkir di halaman depan yang menandakan kalau teman-teman pria itu pasti sudah datang. Setelah mengucapkan salam dan menyapa sebentar teman-teman Delvin, gadis itu segera menuju dapur dan menyapa Mama Delvin.

“Ara, kok baru kesini, sih. Padahal Onty pengen dibantuin. Ara kan pinter bikin kue.” Ucap Mama Delvin

“Lagian Onty ngapain coba masak, kan bisa pesen atau minta tolong Mamak.” Jawab Ara kemudian dengan cekatan tangannya meneliti bahan-bahan yang ada di hadapan Mama Delvin.

“Bikin Brownies aja ya yang cepet. Kalau mau bikin kue kering nanti nyetaknya lama. Nanti bikin brownies sama roti lapis aja” guma Ara yang dibalas anggukkan oleh Mama Delvin.

Keduanya segera sibuk dengan kegiatan mereka, mengabaikan Delvin yang beberapa kali mengambil gambar mereka sebelum kembali mengobrol bersama teman-temannya. Delvin mengunyah keripik kentang di toples dengan sesekali tertawa karena kekonyolan teman-temannya.

Lihat selengkapnya