EFEMER

Han
Chapter #9

#9Princess yang Manusiawi

Setelah berita tentang gosip yang menyebar membawa nama Ara rilis, sudah tidak ada lagi yang mebicarakan atau berbisik-bisik di belakang Ara. Meski beberapa siswi tetap memandangnya dengan sinis karena hubungannya dengan Delvin dan Eden. Bahkan mereka mulai membuat spekulasi tentang hubungan Ara dan Eden. Meski Eden sudah berani secara terang-terangan menunjukkan perhatiannya kepada Ara, tapi pria itu belum mengatakan secara langsung hubungannya dengan Ara. Dan Ara tidak masalah dengan hal itu.

Hari ini dilaksanakan kemah besar untuk tiga hari ke depan. Kegiatan dipanitiai oleh anggota pramuka, termasuk Ara, dan dibantu oleh empat perwakilan OSIS, Rohis, Kedisiplinana, dan PMR. Pesertanya yaitu semua kelas sepuluh sebagai bagian dari pengembangan skill wajib yang ada di SMA 1.

Ara sejak tadi tidak berhenti mengecek tenda siswi dan siswa yang ia dampinngi. Memastikan bahwa tidak ada yang terlewat atau mengalami masalah. Kebetulan kelas yang ia pegang adalah kelas Eden, jadi pria itu bisa memperhatikan kekasihnya dengan lebih mudah.

Ara duduk di atas lapangan rumput sembari meluruskan kakinya. Melihat Eden dan teman-temannya sedang sibuk menyalakan api untuk memasak. Ara bangkit, mencoba membantu yang ia bisa.

“Kalian mau memasak? Nanti malam ada makan berat dari panitia, kok. Mending gak usah masak. Tapi, kalau emang laper banget gak papa, atau makan bekal yang kalian bawa.” Ucap Ara. “Soalnya habis ini akan ada upacra pembukaan dan pembagian jadwal acara serta persiapan kegiatan nanti malam. Kalau kalian masak pasti gak akan kemakan dan keurus.” Ara menjelaskan kepada adik kelasnya tersebut.

“Kalau gitu gak usah masak aja” ucap salah seorang siswa

“Kalau gitu aku balik kesana dulu, kalau ada apa-apa langsung ke panggung atau hubungin aku, ya? Semangat!” ucap Ara menyemangati sambil mengepalkan tangan ke atas.

Gadis itu segera berbaur dengan panitia lain untuk membangun tenda panitia dan menyiapkan untuk kegiatan selanjutnya. Kegiatan berlangsung dengan lancar hingga tanpa terasa hari mulai gelap dan para siswa diberikan kesempatan untuk mandi dan istirahat sebelum makan malam.

Selepas makan malam selesai, diadakan pentas seni dari setiap perwakilan kelas. Kelas bimbingan Ara sendiri menampilkan sebuah musikalisasi puisi dengan diinterpretasikan melalui gerak. Gadis itu bahkan tidak tahu kapan tepatnya mereka menyiapkan itu semua. Namun Ara begitu bangga dengan adik kelasnya tersebut.

Setelah acara pentas selesai, dan para siswa telah kembali ke tenda mereka masih-masing, Ara ikut duduk di tengah-tengah lapangan bersama teman-temannya yang lain. Mereka bercanda bersama, menikmati malam dengan langit penuh bintang. Ara menyukainya, sangat. Ia bisa berkumpul bersama teman-temannya sambil menikmati alam terbuka seperti sekarang.

Hari mulai beranjak tengah malam dan satu persatu mulai meninggalkan tempatnya menuju tenda sebab udara dingin semakin terasa di badan. Ara masih setia disana dengan Adala, Delvin dan dua gadis lainnya serta dua orang dari Rohis. Ia merasakan hangat di tubuh saat menyadari Delvin memakaikannya jaket.

“Jangan sampai sakit” ucapnya pelan yang dibalas anggukkan kecil dan senyuman dari Ara.

“Kalian beneran gak pacaran?” tanya Adala, membuat Ara dan Delvin menoleh kemudian tertawa kecil.

“Enggak, cintaku bertepuk sebelah tangan. Ara udah punya pacar.” Jawab Delvin

“Hah?! Dedek udah punya pacar? Serius? Kok gak pernah bilang Kakak?!” ucap Adala heboh

“Lebay deh Dala” gumam Ara pelan

“Serius Ara udah punya pacar? Enggak satu sekolah, ya? Kok gak pernah kedengeran kabarnya.” Tanya Adala

Ara diam tidak tertarik menjawab, dan Delvin juga tidak berniat menjelaskan. Diamnya keduanya membuat orang-orang di sekitar mereka yang penasaran menjadi kesal. Ara memejamkan mata sejenak menikmati angin yang menerpa wajahnya, tidak sadar bahwa sejak tadi Delvin menatap wajah gadis itu.

“Vin, kamu mending pacaran deh sama Ara. Bucin banget kayaknya sampai ngelihatinnya gitu banget.” Adalah kembali bersuara, membuat Ara yang disebut namanya memalingkan wajah dan menatap Delvin yang berada di sampingnya.

“Udah ya, Ara mau tidur, capek” gadis itu mencoba mengalihkan topik pembicaraan. “Epin jangan tidur kemaleman, besok masih ada kegiatan.” Ucap Ara melepas jaket milik Delvin sembari menyodorkannya pada si pemilik.

Lihat selengkapnya