“Aku suka adegan yang ini, kita bisa tambahkan efek di atas tangga, ini terlalu hambar, kita bisa tambahkan sesuatu yang bisa memikat penonton,” ucapku. “Ah, efek suara juga tolong ditambahkan, buat sedramatis mungkin, pastikan penonton terbawa suasana dengan jalan ceritanya,” tambahku.
“Baik, Miss,” jawab Lucas, salah satu timku.
Aku sedang fokus dengan layar monitor di depanku, hasil pengambilan film kemarin harus segera digarap, aku tidak ingin ada penundaan. Semua yang aku kerjakan harus sempurna dan tepat waktu, aku tidak suka mengulur waktu, semuanya harus teratur dan sesuai jadwal. Untunglah semua yang bekerja denganku tidak keberatan dengan cara kerjaku, mereka bisa mengikuti cara kerjaku yang terbilang cepat.
“Lakukan dengan baik,” kataku, mengusap bahunya. “Aku keluar sebentar, mataku sudah kering, aku butuh pemandangan indah,” pamitku, kemudian aku berlalu dari sana, melangkah keluar ruangan, menuju tempat yang kupikir tepat untukku mengistirahatkan mata lelahku.
Aku sudah menduganya, cara seperti ini berhasil membuat mataku kembali hidup. Aku menatap cakrawala, sungguh menenangkan, dengan angin yang mengibaskan rambutku, aku membiarkan itu, aku membiarkan alam membelaiku, aku terdengar begitu menyedihkan, bukan? Aku sangat merindukan belaian, dan sentuhan, jadi biarkan saja aku seperti ini, biarkan aku bercinta dengan alam untuk sementara waktu.
“Ah, segarnya,” gumamku.
“Miss?” panggil seorang pria.
Suara itu membuatku terlonjak kaget. “Astaga! Kau datang dari mana? Jantungku terjatuh, ohhh …,” seruku, aku memegang dadaku, menenangkan degup jantungku.
“Maafkan aku, Miss,” sesalnya, menggaruk belakang kepalanya, tersenyum canggung.
“Ada apa?” tanyaku, masih mengatur napas.
“Ini Miss, aku membawa kandidat pengganti second lead kita,” jawabnya, masih ingatkan, dia Randy, salah satu timku, yang selalu mengganggu waktu istirahatku.
“Astaga, apa tidak bisa nanti saja, ijinkan aku menikmati pemandangan ini dulu, sebentar saja, Ya Tuhan,” gerutuku, melirik Randy, kesal, saking kesalnya aku bahkan tidak melirik pria yang dibawa oleh Randy, tapi dapat kutebak, pasti dia yang dimaksud.
“Maafkan aku, Miss,” katanya, ini kedua kalinya dia meminta maaf hari ini. “Tapi Miss, kami membutuhkan laporan secepatnya, take selanjutnya dia akan langsung masuk, maksudku jika disetujui, adegan perkenalannya akan diambil hari ini,” jelasnya, sedikit memelas.
“Baiklah, baiklah, perkenalkan dia,” kataku, akhirnya aku luluh.
“Dia.” Tangan Randy menunjuk pada pria di sampingnya, aku melirik sekilas, lalu kembali lagi memperhatikan Randy. “Delvin Rainezeleas, penyanyi terkenal yang sedang digandrungi remaja putri dan semua orang di seluruh negeri, kemampuan bernyanyinya tidak perlu diragukan lagi, sering mendapat penghargaan bergengsi, dan akan segera debut di film kita,” jelasnya. “Ah, tentu dengan persetujuan Miss Hannah, terlebih dahulu,” ralat Randy.