EGOIS

Yutanis
Chapter #6

CHAPTER 6. Kecelakaan

“Aku tidak suka dengan make up bagian matanya.” Aku menunjuk layar monitor yang menampilkan wajah aktor pemeran utama. “Bagian ini bisa lebih dibuat natural lagi,” saranku.

Tim wardrobe kemudian menggulirkan kembali layar monitor, aku lanjutkan mengamati detail riasan, pakaian, juga detail-detail lainnya. Aku selalu ikut andil dalam hal apa pun yang menyangkut proyek perfilman, aku ingin puas dengan segala aspek, dan aku juga ingin menyuguhkan hasil yang memuaskan.

“Ingat ini film tentang perpisahan dan meraih kembali rasa percaya diri si tokoh utama. Buat dia lebih natural, fokus utama kita adalah perjuangannya, awal kisah tidak perlu terlalu glamor, kita bisa tunjukkan character development-nya nanti. Kita buat penonton ikut merasakan perjuangan si tokoh utama,” jelasku pada salah satu tim wardrobe, Lucy.

“Baik Miss, kebetulan sekali hari ini ada sponsor yang masuk, kita bisa pakai itu untuk memperbaiki penampilannya,” jawab Lucy.

“Bagus, tolong bantu aku menyukseskan proyek ini,” ujarku.

“Dengan senang hati, Miss, sebuah kehormatan untuk kami bisa bergabung dengan proyek hebat ini, apa lagi dengan sutradara hebat seperti Miss Hannah,” katanya, tersipu malu.

Aku tersenyum, hatiku hangat mendengar orang lain bisa mendapat manfaat dari proyek besar ini. “Baiklah, aku harus keluar sebentar, tolong kerjakan dengan baik apa yang baru saja kusampaikan,” kataku.

“Baik, Miss,” jawabnya, cepat.

Aku keluar dari wardrobe, melemaskan otot-otot leherku, rasanya segar sekali setelah berjibaku dengan pekerjaan yang sebentar lagi akan segera terealisasikan ini. Aku sangat berharap proyek ini berhasil dan selamat, aku tidak ingin membuat pekerjaan banyak orang ini sia-sia begitu saja. Aku ingin membuat kesan yang baik, kesan yang positif, semoga saja, semoga semuanya berjalan dengan semestinya, tepat waktu dan tanpa cacat. Tapi …

“Miss awas!” seseorang berteriak dari kejauhan, tak lama kemudian suara benda jatuh terdengar begitu nyaring, orang-orang histeris, membuat suasana semakin riuh, sungguh membuat pening, aku benar-benar terkejut.

Jantungku berpacu, aku tidak tau kenapa refleks menutup telinga, aku berdiri setengah membungkuk. Aku belum tau apa yang sedang terjadi, hingga aku menyadari ada satu tubuh besar mendekap tubuhku dari belakang. “Delvin!” jeritku, begitu sadar apa yang sedang ia lakukan.

“Miss Hannah, tidak apa-apa?” tanya Delvin, wajahnya meringis menahan sakit.

“Delvin, ya Tuhan!” jerit semua orang.

“Angkat, cepat angkat! Cepat!” sahut Randy, yang kebetulan tak jauh dari sana.

Aku tak bisa mempercayai penglihatanku, Delvin berada tepat di belakang tubuhku, menahan lighting besar yang terjatuh tepat menimpa punggung dan bahunya. “Kau ….” Aku segera tersadar dari lamunanku. “Singkirkan! Cepat singkirkan lighting-nya! Cepat! Kumohon cepat!” aku berteriak panik.

Lihat selengkapnya