EGOIS

Yutanis
Chapter #7

CHAPTER 7. Trending Topic

Dari pagi tadi, aku tidak bisa diam, aku terus bergerak ke sana ke mari, katanya hari ini hasilnya akan keluar. Aku menunggu dengan cemas, sudah dua hari syuting ditunda, aku masih belum siap untuk melanjutkan aktivitas, pikiranku masih tertahan di kejadian aksi heroik Delvin yang menyelamatkanku dari lighting yang terjatuh tempo hari.

Delvin sudah diperiksa, aku sudah dapat kabar dari Randy yang kebetulan ikut ke rumah sakit, untuk sementara tidak ada gejala yang terlalu serius, tapi tetap saja, hatiku masih was-was. Dan hari ini, hari yang paling mendebarkan untukku, hari di mana aku bisa menentukan proyek film ini akan berlanjut atau berhenti di tengah jalan.

Aku menghentakkan kakiku, melihat jam di ponsel yang kugenggam, rasanya lama sekali, bahkan detik demi detiknya terasa begitu lambat. Aku semakin gusar, tanganku mulai berkeringat dingin. Oh, Tuhan, apa ini waktunya aku benar-benar berhenti dari pekerjaan ini? Apa ini akhirnya jalan hidup yang harus kujalani? Sulit sekali rasanya.

“Miss! Sudah keluar, hasilnya sudah keluar, Miss,” teriak Lucy dan Randy serempak, mungkin karena mereka juga sama-sama menunggu hasilnya, hingga mereka melupakan mengetuk pintu, mereka berhasil membuatku terperanjat, kaget.

“Hasilnya bagus, Miss, tidak ada cedera serius, Delvin baik-baik saja,” tambah Lucy, berteriak penuh kegembiraan.

Aku lega sekali, tubuhku rasanya jadi ringan, tanpa sadar aku menjatuhkan diri dan terduduk di lantai. “Astaga, ya Tuhan, terima kasih,” ucapku, memegang dada.

“Miss, kenapa? Miss baik-baik saja?” tanya Lucy dan Randy, mereka berlari mendekatiku.

Aku menggelengkan kepala. “Aku tidak apa-apa, aku senang … aku lega … ah, Tuhan, aku senang, terima kasih Lucy, terima kasih banyak. Randy, kau banyak membantuku, terima kasih banyak,” ucapku, lemah, menatap mereka yang terlihat khawatir.

Entah kenapa air mataku terjatuh, mungkin karena terlalu senang mendengar kabar gembira ini. Sakit di hatiku, perlahan mulai menguap, aku bisa kembali merasakan hidupku, akhirnya aku bisa melanjutkan hidup.

Lucy terlihat berkaca-kaca, sepertinya dia juga ikut merasakan kerisauanku dua hari ini, dia yang selalu menemaniku setiap waktunya. “Miss, kita selamat,” ucapnya, aku menganggukkan kepala, setuju dengan ucapan Lucy.

“Delvin sekarang ada di mana?” tanyaku, sembari mengusap air mataku, aku harus berterima kasih padanya, pada saat kejadian aku terlalu kalut, hingga lupa membalas jasa padanya, bahkan berterima kasih pun tidak sempat.

“Dia sedang ada fan meeting hari ini, dia menanyakan jadwal syuting kita, tapi karena Miss ingin semuanya dalam keadaan siap, dan menunda syuting beberapa hari, Delvin meminta ijin padaku untuk menghadiri fan meeting yang sudah dijadwalkan,” jelas Randy.

“Ah, syukurlah dia baik-baik saja, aku berhutang nyawa padanya,” ucapku, penuh syukur.

“Kami juga, berhutang budi padanya, Miss, jika bukan karena dia, kami tidak yakin masih bisa berada di lokasi syuting ini,” ujar Randy.

“Sudah, semuanya sudah berlalu, kita jadikan pelajaran, sekarang aku sudah siap untuk bekerja lagi, Miss. Jadi, ayo hubungi semua orang, kita mulai lagi syutingnya,” kata Lucy, penuh semangat.

“Kau semangat sekali,” ujarku, tersenyum melihat Lucy yang kembali antusias. “Baiklah, ayo kita mulai lagi, hubungi semua orang, kita bekerja lagi mulai hari ini,” lanjutku, dengan semangat yang sama.

“Baik Miss, akan aku hubungi semua orang,” jawab Randy.

Lihat selengkapnya