Pesta perpisahan diadakan, setelah berjalan kurang lebih lima bulan, akhirnya film yang aku garap bersama tim suksesku, rampung dan siap untuk ditayangkan dalam waktu dekat. Syuting terakhir dibungkus dengan sebuah adegan hangat dan mendebarkan, semua tim puas dengan hasil yang ditampilkan, kerja keras mereka membuahkan hasil yang sangat manis.
Kami berhasil melawati waktu-waktu sulit, bahkan berhasil menaklukkan tantangan yang paling membahayakan dan menyakitkan. Malam ini, sebagai tanda terima kasihku, dan perwujudan dari berakhirnya kerja keras kami, aku secara pribadi memesan sebuah restoran mewah di dekat pantai. Aku undang semua aktor, aktris, juga semua tim yang terlibat dengan proyek besar ini, dan semuanya dengan senang hati menyempatkan hadir, mengenakan pakaian terbaik mereka.
Aku berdiri di tengah, satu per satu meja yang berbentuk bundar telah berisi makanan dan minuman, tamu undangan melingkarinya. Aku menatap mereka dengan senyuman paling bahagia, aku terharu dengan pencapaian kali ini, aku senang semuanya telah selesai.
Aku membungkuk sebagai ucapan terima kasih kepada mereka. “Terima kasih semuanya, terima kasih sudah menyukseskan proyek besar kita. Terima kasih atas waktunya dan kesediaannya untuk bekerjasama di proyek yang sangat aku banggakan ini, terima kasih banyak,” tuturku.
Semua orang bertepuk tangan, bersorak gembira. “Miss Hannah hebat! Kita berhasil!” teriak Randy di meja yang tak jauh dari tempatku berdiri.
“Aku senang bisa bekerja sama dengan Miss Hannah,” ucap salah satu aktris.
“Terima kasih, Miss Hannah sudah bekerja keras,” ucap yang lainnya.
Aku sekali lagi berterima kasih kepada mereka, proyek kali ini jauh dari bayanganku akan sesukses ini. Perjalanannya panjang, dari mulai traumaku yang sering tiba-tiba membuatku diam dan nyaris menyerah dalam kesakitan, bahkan tiba-tiba harus mengganti salah satu aktor karena sebuah skandal, kemudian untuk pertama kalinya kami mengadakan konferensi pers sebelum filmnya siap tayang.
Pengalaman kali ini, membuatku benar-benar merasakan kehadiran orang-orang, dan sekali lagi aku merasakan ketulusan dari semua orang. Aku yang selalu berhati-hati terhadap orang lain, karena kejadian di enam bulan sebelumnya, merasa tertampar dengan perlakuan mereka kepadaku. Semua yang ada di sini sekarang, merupakan orang-orang terbaik yang pernah bekerja sama denganku.
“Aku benar-benar bersyukur bisa bekerja sama dengan semua yang ada di sini, terima kasih banyak untuk lima bulan terakhir ini, sejujurnya aku enggan untuk mengucapkan salam perpisahan, tapi semoga di lain kesempatan kita bisa bekerja sama sekali lagi. Kita semua sudah bekerja keras, sekarang waktunya kita merayakan keberhasilan kita. Semuanya silakan nikmati hidangan dan pesan sebanyak mungkin, nikmati malam ini dan terima kasih banyak,” pungkasku, seraya membungkuk kembali.
Teriakan-teriakan timku membuatku tersenyum, senyum yang sekarang jarang muncul di wajahku, akhirnya mereka bisa mengembalikannya kembali. Sedangkan ada satu orang yang terus menatapku sejak awal, Delvin. Dia hanya menatapku dengan tatapan yang tidak aku mengerti, dia tidak mengatakan apa pun, dia seperti mencari sesuatu di diriku. Tapi aku memilih untuk tidak peduli dengan itu, aku tidak ingin mengira-ngira, aku segera mengalihkan pandangan pada timku yang berisik itu.
Aku membawa satu gelas berisi minuman berwarna merah, mengangkatnya dan semua orang mengikutiku. “Bersulang untuk kesuksesan kita,” seruku.
“Bersulang!”
Suara denting gelas yang saling beradu melengkapi kemeriahan malam ini, dengan senyum yang tak lepas dari wajahku, aku beranjak dari sana, kemudian mendudukkan diri dengan timku. Ada kursi kosong di sampingku, Delvin yang berada di meja yang bersisian dengan meja timku berdiri, dan berpindah tempat tepat di sampingku, mengisi kursi kosong itu.
Dia tersenyum, senyuman yang sama dengan hari-hari lalu ketika kami tak sengaja saling bertatap mata, ada gelenyar aneh yang membuat perutku terasa dikerubungi kupu-kupu, hey perasaan apa ini? Ah, lupakan saja, itu pasti hanya perasaan sesaat.