Aku sudah siap, berpakaian rapi dan sedikit merias diri. Aku tidak mengenakan gaun, aku pikir tidak cocok untuk dikenakan untuk menghadiri konser anak muda, aku pilih mengenakan pakaian casual saja, dan sepatu flat andalanku.
“Kau akan pergi?” tanya Pobby di panggilan video, dia masih di kantor padahal ini sudah hampir malam, tapi dia tidak merasa terganggu dan sabar sekali mendengarkanku bercerita ini dan itu.
“Tentu saja, aku tidak mungkin melewatkannya, ini konser seorang idola terkenal pertama yang kuhadiri, aku tidak mau mengecewakannya,” jawabku.
“Akhirnya, kau sudah menemukan dirimu kembali,” ujarnya. “Oh, kau bilang dia cemburu padaku? Bagaimana bisa? Dia pasti merasa terancam melihat ketampananku,” ucapnya, penuh percaya diri.
“Astaga, lihatlah siapa yang bicara? Dia jauh lebih tampan darimu, tarik kembali kata-katamu,” protesku, keberatan.
Dia terkekeh, tangannya tak berhenti mengetik, untuk seorang laki-laki, dia cukup multitasking, aku sedikit kagum padanya, hanya sedikit saja.
“Dengan dia melarangmu seperti itu, sudah dipastikan, dia merasa terancam denganku, kau tidak bisa mengelak lagi. Aku ini memang penuh pesona, dia pantas untuk waspada padaku,” katanya.
“Hannah, mereka datang!” seru Bella di luar kamar.
Aku menoleh ke arah pintu kamar. “Aku keluar sekarang, tunggu sebentar!” balasku.
Aku kembali lagi menghadap laptop di depanku, Pobby masih asyik mengetik dan sesekali menatap padaku.
“Kau benar-benar. Sudahlah, aku harus pergi, teman-temanku sudah datang,” ucapku, merespons perkataan Pobby yang sempat terpotong.
“Oke, bersenang-senanglah. Sampaikan salamku padanya,” katanya, mengedipkan sebelah matanya.
“Astaga!” Aku menutup laptopku begitu saja, lama-lama jengah juga dengan tingkah Pobby, tapi aku senang.
Setelah membawa ponsel dan tas kecil yang berisi keperluan konser, aku langsung keluar kamar. Lucy, Randy, dan Lucas sudah datang. Iya, aku pergi bersama mereka, kami sudah merencanakan ini dari lama dan akhirnya semuanya mempunyai waktu luang dan bisa menghadiri konser dengan leluasa.
“Miss Hannah, apa kabar?” seru Lucy, begitu melihatku, ia langsung memelukku erat.
“Aku baik-baik saja, kau sangat cantik,” pujiku, melihat penampilan Lucy yang totalitas.
“Miss Hannah, jauh lebih cantik,” katanya.
Aku tersenyum. “Randy, Lucas, kalian tampak berbeda, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu,” sapaku.
“Aku luar biasa, Miss Hannah,” jawab Randy.
“Senang bertemu dengan Miss Hannah lagi,” ucap Lucas.
“Syukurlah,” balasku.
“Ekhem ….” Bella menginterupsi acara temu kangen kami, aku hampir melupakan eksistensinya, aku harus segera sadar sebelum Bella marah, dia menyebalkan jika sudah marah. “Oh, ini Bella,” ujarku. “Aku mengajaknya untuk bergabung dengan kita. Kalian tidak keberatan, bukan?” tanyaku, memastikan.
Respons mereka jauh dari ekspektasiku, mereka dengan semangat mengulurkan tangan, bahkan saling berebut satu sama lain, aku tertawa dibuatnya. Mereka langsung memperkenalkan diri, menyambut Bella dengan antusias, bahkan tak perlu menunggu waktu lama, mereka sudah berbincang akrab.
“Ayo kita berangkat, aku tidak mau ketinggalan pembukaannya,” seru Lucy.
“Baiklah.”
Kami pun akhirnya masuk ke mobil masing-masing. Dengan harapan besar, aku siap untuk bersenang-senang, aku tidak sabar melihat aksinya di atas panggung nanti, pasti akan sangat berbeda dibandingkan waktu itu.
***
Kursi-kursi sudah mulai terisi oleh Ainers, sebutan penggemar Delvin, aku bisa melihatnya dengan jelas dari kursi VIP. Aku, Bella, Lucy, Randy dan Lucas diberikan akses VIP oleh staf yang bertugas, aku tidak terkejut. Jauh hari sebelum konser, Delvin sudah memberitahuku, sedangkan teman-temanku menganga mengetahui fasilitas di dalamnya.
Aku bisa merasakan atmosfer di dalam arena, sungguh penuh semangat dan kebahagiaan, apa lagi begitu melihat tata panggung di depan sana, gemerlap lampu-lampu yang menyorot menyesuaikan bentuk panggung melengkapi kemegahan konser Delvin.