EGOIS

Yutanis
Chapter #17

CHAPTER 17. Rumor

Claire de lune milik Debussy versi orkestra mengalun indah memenuhi setiap sudut kamarku. Gesekan biola, petikan harpa, serta alat musik yang lainnya menyejukkan hatiku yang gembira. Naik turunnya intonasi musik selaras dengan detak jantungku, rasanya luar biasa setelah petualangan malam yang menggairahkan.

Aku sedang mengistirahatkan tubuhku, aku tidak sedang bergurau, tubuhku terasa rileks meski seluruh tubuhku lengket ulah seseorang.

Dia menggeliat di samping tubuhku, tangannya ia bawa melingkar di perutku. “Jadi, musik seperti ini yang Miss Hannah suka?” tanyanya, hembusan napas halusnya menggelitik tubuh bagian bawah sana.

“Benar, tapi tenang saja, mulai sekarang lagu-lagumu juga menjadi favoritku, sudah kumasukkan ke playlist-ku,” jawabku, aku memejamkan mataku menikmati alunan musik yang masih berlangsung. Aku biarkan dia memelukku lebih erat lagi, dan merasakan kehadiran masing-masing.

“Suatu kehormatan untukku,” ujarnya.

Aku tertawa menanggapinya, namun tiba-tiba saja hatiku gelisah, ketakutan, seperti ada yang mengganjal. “Delvin, kita tidak ketahuan, bukan?” tanyaku, cemas.

“Mm-hmm.”

“Kau yakin?” ulangku.

Aku menanyakan hal ini bukan tanpa alasan, setelah kejadian di backstage kemarin malam, aku dan Delvin melanjutkan kesenangan kami di tempatku. Melihat penampilannya di atas panggung kemarin, fantasiku terhadapnya semakin liar, begitu pun juga dirinya.

Kami tak ada pilihan lain, selain menjelajahi masing-masing tubuh untuk menyalurkan semua hormon kami dan mengejarnya sampai menjemput putih bersama. Dari awal datang hingga malam berganti siang, aku dan Delvin tak henti berbagi peluh.

“Semuanya aman, Miss Hannah, tidak perlu khawatir,” jawabnya.

Aku jelas khawatir. “Kau yakin tidak berbahaya? Maksudku, ini tentang karirmu,” kataku. “Tidak ada yang menguntit kita, bukan? Media? Atau mungkin penggemarmu?” berondongku, memastikan.

Delvin menengadah sebentar, membelai wajahku yang banyak dipujinya malam tadi, ia mengulaskan senyum, lesung pipinya membawa tanganku untuk menekan bagian manis itu. “Iya, Miss Hannah, tenang saja, semuanya terkendali, justru aku yang tidak terkendali semalam,” guraunya, bibirnya mengerucut lucu, kemudian ia benamkan kembali kepalanya di atasku, mengeratkan pelukannya.

Aku tertawa, tangannya yang melingkar di perutku, aku usap dan pijat kecil. “Syukurlah, aku tidak perlu khawatir jika begitu. Omong-omong, kau pasti sangat lelah setelah konser semalam, kenapa kau memilih untuk pulang bersamaku?” tanyaku.

Delvin mengangkat kepalanya lagi, dan mendekatkannya ke wajahku, ia mengecup lama bibirku. “Aku tidak bisa melewatkan wajah cantik Miss Hannah. Aku juga tidak ingin membiarkan Miss Hannah kesepian, aku tidak keberatan bila menghabiskan lelahku dengan Miss Hannah,” jawabnya di depan bibirku, kemudian ia pagut kembali bibirku yang kuyakini masih bengkak karena ulahnya beberapa jam yang lalu.

Aku melepaskan diri, dan tertawa menatapnya yang kebingungan. “Meskipun kau harus kabur dari managermu?” gurauku.

“Iya, meskipun aku harus menyamar selamanya,” katanya, dia kembali memburu bibirku, setelah puas ia turunkan kepalanya dan menenggelamkannya di perpotongan leherku, membuat tubuhku meremang kembali.

“Delvin …,” lenguhku. “Kita baru saja selesai, pergilah mandi, managermu pasti sedang panik mencarimu,” selaku, aku bukan menolak, tapi aku juga butuh istirahat.

“Tidak bisakah aku tinggal di sini saja,” keluhnya. “Aku tidak keberatan melewatkan konser keduaku,” rengeknya.

Aku menjauhkan Delvin dari tubuhku, aku membelai wajahnya dan menatapnya dalam. “Tidak Delvin, kau tidak bisa seperti itu, ingat Ainers menunggu aksi panggungmu, kau bisa kembali lagi lain kali,” kataku, memberi pengertian padanya. “Pintuku selalu terbuka untukmu, Delvin,” bisikku tepat di telinganya.

Dia mengecup pipiku sekilas. “Aku tidak suka kita berjauhan, Miss Hannah, atau ikutlah denganku malam ini, akan kupastikan semuanya aman,” tawarnya.

Aku menggelengkan kepalaku. “Maafkan aku, Delvin, tapi ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Pulanglah, masih banyak waktu,” kataku.

Lihat selengkapnya