“Cut!”
Akhirnya setelah dua pekan lamanya, proyek film pendek ini rampung juga. Iya, aku sudah kembali beraktivitas, tubuhku sudah membaik, Delvin menjagaku dengan telaten pada saat itu, sehingga aku bisa terjun ke lokasi syuting lagi.
“Sempurna!” seruku dengan megafon andalanku. “Kalian luar biasa, sangat memuaskan, sekarang istirahatlah, angkat beban kalian dan bersenang-senanglah,” lanjutku.
Aku tersenyum bangga, mereka bertepuk tangan, meskipun ini proyek film pendek, tapi semuanya bekerja dengan sangat maksimal dan profesional. Proyek ini sudah direncanakan dari satu bulan yang lalu, dan mereka memilihku dan memintaku untuk menyutradarai film ini.
Meskipun pada awalnya, aku tidak langsung menjawab permintaan mereka, biar bagaimanapun aku harus mempelajarinya terlebih dahulu. Setelah satu minggu, akhirnya aku tuntas mempelajari naskahnya dan aku putuskan untuk menyetujui permintaan mereka.
Tapi rumor itu menghambatku, sehingga aku tidak bisa langsung memutuskan saat itu juga. Aku harus menata hatiku dan pikiranku kembali, hingga berselang satu minggu akhirnya permasalahan itu bisa diselesaikan, barulah aku bisa menandatangani kontrak, dan berakhir tepat hari ini.
“Miss Hannah, terima kasih! Terima kasih sudah bekerja keras dengan kami!” seru semua aktris dan tim.
“Kalian juga sudah bekerja keras, aku tidak banyak terlibat di sini, bakat kalian sangat mumpuni, aku tidak kesulitan sama sekali,” ujarku.
“Miss Hannah bisa saja, terima kasih sudah membuat kami nyaman selama pengerjaan proyek ini,” ucap salah satu tim.
“Baiklah, aku senang terlibat dengan proyek kalian, sungguh ide yang sangat luar biasa,” pujiku.
Aku tidak berbohong, proyek kali ini benar-benar membuatku terkagum-kagum. Dari mulai ide cerita, pesan yang berusaha mereka sampaikan, hingga kemampuan akting mereka, sungguh membuatku terenyuh dan bahagia.
***
Aku memasuki satu ruangan khusus, ada yang harus aku sampaikan sebagai sentuhan akhir dari proyek ini, dan aku yakin ini akan sangat membantu nantinya.
“Hannah, semuanya sudah selesai?” tanya Bella, ia ada di sini untuk menemaniku. Setelah permasalahan menerpaku beberapa minggu ke belakang, Bella tidak pernah meninggalkanku. Dan aku juga tidak keberatan, dengan begitu aku merasa jauh lebih baik.
“Selesai dengan amat baik, Bella. Oh, di mana Ketua Tim?” jawabku sekaligus bertanya.
“Dia ada di dalam,” jawab Bella, menunjuk ruang kedap suara di seberang sana.
“Oke, aku akan menunggu,” kataku.
“Hannah, sudah waktunya minum obat, kau sudah dua kali melewatkannya,” ujarnya, ini juga alasan lainnya, kenapa Bella selalu bersamaku. “Hannah, kau belum sembuh total, kau harus menurut kali ini,” omelnya.
Aku duduk di sampingnya. “Baiklah, baiklah, aku mengerti, aku akan meminumnya setelah menemui Ketua Tim,” kataku.
“Aku tidak mengerti, kenapa kau mengambil proyek ini? Padahal kau masih butuh istirahat, menurutku, kau tidak seharusnya memaksakan diri, Hannah,” omelnya lagi.
“Hey, ayolah, ini tidak terlalu melelahkan, lagi pula aku bersenang-senang, dan aku sangat bahagia bisa bekerja kembali,” kataku.
“Selalu saja seperti itu, apa susahnya istirahat,” keluhnya.
“Sudahlah, aku sudah sehat, aku baik-baik saja, dan lagi kau ada di sini, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kataku.