“Lihat ke cermin, Hannah,” pinta Dokter Michael, aku tak banyak bertanya, aku menuruti saja permintaannya. Aku lihat cermin di sana, bentuknya persegi panjang, besar, lebih besar dari punyaku, dan sangat bersih.
Satu minggu setelah kunjungan Bella, akhirnya aku setuju untuk mengikuti sesi “mengenal diriku” dan itu sedang berlangsung sekarang. Di ruangan yang berbeda dari tempat kurunganku.
Di sini terdapat banyak alat, ada beberapa monitor dengan berbagai bentuk, layar putih, proyektor, lampu sorot, dan alat-alat lainnya, aku tidak mengerti, tapi di sini tidak tercium bau obat-obatan. Setidaknya itu tidak terlalu menyiksaku.
“Siapa yang kau lihat di depan sana, Hannah?” tanya Dokter Michael.
“Aku,” jawabku.
“Siapa?” tanyanya lagi.
“Aku, Hannah,” jawabku.
“Bagus. Sekarang, pakai kacamata ini, lalu perhatikan lagi ke cermin itu,” pintanya, kemudian Dokter Michael memberiku kacamata baca dengan lingkar lensa yang sulit kujelaskan. Aku memakainya, dan sesuai arahannya, aku kembali memperhatikan cermin di depanku.
“Siapa di depan sana, Hannah?” tanyanya.
“Pobby,” jawabku.
“Bukan, itu dirimu, Hannah. Sekarang lepaskan kacamatanya, lihat lagi, siapa yang ada di cermin itu,” titahnya.
Aku melepas kacamata itu, dan aku perhatikan lamat-lamat lagi, kini aku dapat melihat diriku. “Aku, aku melihat diriku,” kataku, tapi aku tadi tidak berbohong ketika mengatakan aku melihat Pobby di cermin sana.
“Siapa?” tanya Dokter Michael, memastikan.
“Hannah,” jawabku.
“Benar, itu dirimu, Hannah. Sekarang lupakan kacamata itu, dan coba pakai ini,” katanya, ia memberiku sebuah topi, warnanya setengah hitam dan setengahnya lagi putih, aku tidak banyak berkomentar lagi, aku memakai topi itu tanpa diminta dua kali.
“Siapa kali ini yang memakai topi di cermin itu?” tanyanya.