Ehing Boburing Bullou

Yovinus
Chapter #3

Hidup Jauh Dari Peradaban

Di rumahnya yang baru, Bura’ sering menangis. Dia teringat akan suaminya tercinta, teringat akan rumah mereka di Llavang Bahen, binatang peliharaannya, harta bendanya dan saat-saat indah bersama suaminya. Dia juga selalu teringat akan kedua biji matanya yang di cungkil dan simpan oleh Uhit Miou.

Teringat akan kedua biji matanya, lalu timbul keinginan Bura’ untuk memperolehnya kembali. Tetapi bagaimana caranya? Siapa yang bisa dimintai tolong?

Pertama-tama Bura’ minta tolong kepada seekor Okak burung gagak, karena burung gagak tubuhnya hitam dan bisa terbang.

“Burung Gagak. Tolonglah aku!” Kata Bura’.

“Apa yang bisa saya kutolong, Bura’?”

“Mengambil kedua biji mataku!”

“Di mana?”

Bura’ lalu menceritakan perihal kehilangan kedua biji matanya.

“Kalau begitu, saya tidak berani!” Sahut burung Gagak gemetaran. “Saya takut di bunuh oleh Uhit Miou.”

Bura’ tidak memaksa. Dia lalu meminta tolong kepada seekor Kera, karena Kera memang paling lihai dalam hal mencuri.

“Kera, tolonglah saya.” Kata Bura’.

“Menolong bagaimana, Bura’?” Tanya Kera.

“Mengambil kedua biji mataku!”

“Di mana?”

“Di tempat Uhit Miou!”

Kera menggelengkan kepalanya. “Masalah mencuri itu gampang!” Desisnya. “Itu keahlianku. Tapi bagaimana aku membawanya keluar?”

“Kamu terjun ke sungai.” Kata Bura’.

“Wah. Itu sih bunuh diri namanya.” Jawab Kera. “Mana ada sejarahnya Kera bisa berenang?”

“Lewat darat?”

“Mana aku mampu lari dari kejaran Uhit Miou, apa lagi dia bisa terbang!” 

Bura’ tercenung. Dia lalu mencoba minta tolong kepada Kucing.

“Bisakah kamu menolongku, Kucing?”

“Melakukan apa, Bura’?”

Lihat selengkapnya