Orang-orang sudah banyak yang memperoleh ikan. Tapi Timbang dan adik-adiknya tetap berpegang pada pesan ibu mereka. Mereka tidak menombak seekor ikan lain pun, selain mereka hanya menunggu Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Buliou Nyahpou timbul. Dan pada suatu saat, tanpa di duga-duga, tiba-tiba Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Bullou Nyahpou muncul di dekat perahu Timbang dan adik-adiknya.
“Lemparkan tempulin!” Teriak Timbang memerintahkan adik-adiknya sambil dia sendiri melontarkan tempulin dengan sedikit mengerahkan tenaga dalamnya. Hanya tali tempulin saja yang tetap berada di tangannya.
Karena mereka dari awal memang hanya memfokuskan diri menunggu Ehing, adik-adiknya yang memang dari tadi memang sudah siap siaga, menghunjam tubuh binatang itu dengan tempulin mereka. Maka tanpa ayal lagi tujuh buah tempulin melayang dengan mengeluarkan suara mencicit pertanda tenaga yang dikeluarkan untuk melemparnya sangat besar.
Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Bullou Nyahpou pun tak bisa mengelak. Ke tujuh buah tempulin Timbang dan adik-adiknya dengan telak tertancap di tubuhnya dan secara bersamaan mereka lalu mengangkat ikan itu ke dalam perahu. Setelah binatang itu mereka angkat, maka perahupun lalu dikayuh sekuat tenaga, sehingga meluncur laksana anak sumpit saking cepatnya, meninggalkan orang-orang yang lainnya.
“Kejar. Jangan sampai anak-anak haram itu lolos!” Kata Olling memerintahkan anak buahnya dan saudara-saudaranya yang lain untuk mengayuh perahu mereka menyusul Timbang dan adik-adiknya.
“Hey, mau lari kemana kalian, anak haram jadah. Awas, ku bunuh kalian!” Kata Olling berteriak-teriak mengancam. Dia bukan lagi seperti Olling yang terkenal berwibawa, tangguh dan disegani tetapi sudah seperti anak kecil saking marahnya melihat anak-anak itu begitu hebatnya.
Olling betul-betul sangat marah. Dia sudah mengatakan, bahwa siapapun yang tidak memperdulikan kata-katanya, maka akan di bunuhnya. Berarti Timbang dan adik-adiknya ini betul-betul menantangnya.
Timbang dan adik-adiknya tidak menjawab. Mereka mengayuh perahu dengan mengeluarkan tenaga dalam mereka, sehingga perahu mereka melesat jauh meninggalkan perahu Olling tanpa Olling dan orang orang lainnya mampu mengejarnya.
Ketika mereka sampai di pangkalan, perahu tadi mereka langgarkan saja di pantai tanpa sempat di ikat ke tali somuhaqnya dan mereka dengan entengnya mengangkat Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Bullou Nyahpou itu ke darat, terus berlari ke arah rumah di mana ibu mereka sudah menunggu dan setelah sampai mereka meletakan ikan raksasa bersisik emas itu di depannya.
“Ini Ibu. Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Bullou Nyahpou yang ibu suruh kami dapatkan.!” Kata Timbang dan adik-adiknya terengah-engah.
Bura’ langsung menarik parang dari sarungnya dan perut ikan itu di belahnya. Setelah perut ikan itu terbelah, maka tampaklah mata Bura’ bersinar dan melekat di dalam lambung ikan itu. Bura’ membelah lambung ikan tadi dengan hati-hati dan mengambil matanya. Secara ajaib mata Bura' tidak dicerna oleh lambung ikan itu dan juga tidak keluar dari sana.
Setelah dibersihkan dengan hati-hati, biji mata itu di pasangnya kembali ke lobang matanya dengan terlebih dahulu mengeluarkan mata induk ayam dari tempatnya. Mata induk ayam dibungkusnya dengan hati-hati dan disimpannya baik-baik, karena suatu saat akan dikembalikan kepada pemiliknya.
Baru saja Bura’ selesai memasang matanya, Olling dan rombongannya pun sampai di halaman rumah Bura’ dan sambil naik ke dalam rumah Olling berteriak-teriak marah.
“Anak haram jadah. Sudah ku bilang tidak boleh seorangpun kuijinkan menombak Ehing Boburing Bullou Llaut Kongap Bullou Nyahpou selain anakku Llunoq Sokuhom, tetapi kalian malah menombak dan membawanya lari. Kalian memang pantas ku…., Eh?”
Olling jadi terkejut bukan main, ketika melihat Bura’ ada di situ. Dia jadi tidak bisa melanjutkan kata-katanya.