Ekawarna atau Pancarona?

nii
Chapter #4

Nuraga

Kejadian itu masih terbayang di pikiranku sampai saat ini, walaupun aku tidak merasakannya tetapi tetap saja terbayang di pikiranku.

Aku sangat menyukai kegiatan bela diri seperti karate, pencak silat dan lainnya. Aku juga tertarik untuk ikut karate di sini, hanya saja aku mulai ragu.

Kakak karate yang kemarin, terus saja mengikutiku, aku seperti sedang dibuntuti. Setiap aku pergi ke suatu tempat, maka dia akan mengikutiku dari belakang atau bahkan, dia sudah sampai, tepat sebelum aku sampai di situ.

Seperti hari ini, dia datang lagi ke kelasku, kali ini dengan gelagat aneh. Dia tersenyum dan tertawa bersama temanku, dia merangkul pundak temanku dan tertawa, sementara matanya melirik ke arahku. Ah sangat menjengkelkan.

Dia terus melihatku dengan senyum smirknya sambil mengeratkan pelukannya. Sumpah hal itu sangat membuatku mual. Aku tidak tahu apakah dia sedang menggodaku agar aku cemburu atau apa, tapi aku justru mual.

Aku palingkan mukaku dan aku tutupi dengan buku sambil dengan ekspresi mual seolah sedang muntah.

Lama sekali aku menunggu dia pergi dari sini, ingin aku mengusirnya, hanya saja takut kualat. Jadi, aku hanya diam saja sambil menghitung waktu.

Setelah cukup lama, akhirnya dia pergi juga. Aku lega sekali, aku menarik napas dan membuangnya perlahan. Dirasa sudah aman, aku mulai bermain lagi bersama temanku.

Bel sekolah pun berbunyi, menandakan sudah waktunya pulang ke rumah. Setelah seharian ini aku merasa mual, lelah dan juga kesal, akhirnya aku bisa mengistirahatkan diriku di tempat yang nyaman.

Tidak ada aktivitas lagi yang aku lakukan setelah pulang sekolah, aku hanya bermain handphone dan berbicara bersama keluargaku. Terkadang aku juga belajar dan mencoba sesuatu hal yang baru.

Aku merebahkan diriku di kasur yang empuk ini. Setelahnya aku pejamkan mataku. Baru saja aku ingin pejamkan mataku, aku teringat akan sesuatu. Aku baru ingat bahwa hari ini aku tidak berpapasan dengan Jitendra. Pantas saja aku merasa ada yang kurang.

Ya sudahlah, besok aku pasti akan bertemu lagi dengan Jitendra. Aku yakin itu.

Keesokan harinya.

Entah kenapa, hari ini aku merasa akan terjadi sesuatu padaku. Perasaanku mulai tidak enak, tapi aku menghiraukannya begitu saja. Aku berpikir optimis bahwa tidak akan terjadi sesuatu padaku. Semuanya akan baik-baik saja.

Sesampainya di sekolah, aku mulai belajar seperti biasa. Tiba saat bel istirahat berbunyi.

Aku dan dua temanku mulai keluar dari kelas. Kami berjalan di koridor sekolah dan akan menuruni tangga. Kebetulan saat itu aku berada di depan mereka berdua.

Saat aku berhenti sebentar di tangga, datanglah sekelompok cowok dari belakang dan berjalan ke depan mendahuluiku.

Tepat saat mereka berada di sebelahku. Seorang cowok menyikutku menggunakan bahunya dengan kekuatan yang ekstra. Karena aku kurang siap dan tanpa aba-aba, akhirnya aku terjatuh.

Aku menggelinding dari atas tangga sampai ke bawah. Dua temanku berteriak histeris saat mereka melihatku. Aku dengan keadaan telungkup dan ada beberapa bagian tubuhku yang mengeluarkan darah, mendongakkan kepalaku ke atas untuk melihat siapa pelaku yang mendorongku.

Lihat selengkapnya