Ekawarna atau Pancarona?

nii
Chapter #9

Bedah

“Sebutkan cita-cita kalian dan ceritakan ke depan.” Suara lantang seorang guru membuyarkan lamunanku.

Tugas hari ini adalah menceritakan cita-cita di depan kelas. Aku sebenarnya biasa saja dengan tugas ini, hanya saja aku sudah menduga akan mendapatkan reaksi seperti ini.

“Cita-cita saya ingin menjadi dokter spesialis bedah,” ujarku.

Seisi kelas seketika itu juga langsung tertawa beriringan dengan ucapan yang telah aku lontarkan.

“Kamu ingin jadi dokter bedah, kamu mau membedah mesin jahit? HAHAHAHA,” celetuk teman kelasku.

Aku sudah tahu akan reaksi mereka, aku juga malas menanggapi.

Aku memang ingin menjadi dokter, tapi itu juga bukanlah cita-citaku yang sebenarnya aku impikan.

Waktu kecil aku pernah berharap bahwa suatu saat nanti aku bisa menjadi seorang polwan, hanya saja mimpi dan harapan itu terkubur bersama waktu. Walaupun begitu, aku tidak menyerah, dan hanya meneruskan hidup. Aku tetap berusaha dan berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi seorang polwan.

Untuk sekarang, aku ingin menjadi dokter. Aku suka menguasai segala hal, dan itu menjadi tujuanku.

Aku setiap hari belajar pelajaran IPA dan juga hal yang berhubungan dengan kesehatan. Ya walaupun, kata semua orang hal itu tidak berguna dan hanya membuang waktuku, tetapi menurutku tidak. Aku suka belajar dan itu akan bermanfaat untukku.

Aku juga suka pergi ke perpustakaan, di samping aku suka belajar, aku juga menyukai seseorang yang gemar nongkrong di perpustakaan.

Setiap hari aku melihatnya dan memandangnya sampai jam operasional perpustakaan akan tutup.

Seperti hari ini, sekarang dunia sedang memberiku sebuah harsa yang tidak terhingga. Aku dan Jitendra sedang berasa di perpustakaan dengan masing-masing membaca sebuah buku.

Ada pemandangan senja yang sangat indah melewati jendela yang ada di sampingku. Di depanku Jitendra sedang duduk membaca sebuah buku di tangannya.

Sungguh, momen yang sangat indah untuk di abadikan, dengan siluet Jitendra yang melebur menjadi satu dengan sang senja. Aku beruntung hari ini.

Hingga petugas perpustakaan akan menutup ruangan ini sebentar lagi. Jitendra menyelesaikan bacaannya dan melangkah meninggalkan ruangan ini. Aku pun mengikutinya.

Di sepanjang jalan pulang, aku hanya tersenyum dan menikmati momen yang aku saksikan tadi. Hanya saja aku sangat menyesal, mengapa aku tadi tidak memotret dia, sayang sekali aku tidak mengabadikan momen itu di kamera milikku.

Lihat selengkapnya