Beberapa hari ini, aku selalu bertemu dengan Jitendra, baik itu di kantin, lapangan sekolah atau bahkan di kelas.
Kami memang berbeda kelas, tetapi setiap hari Jitendra terus melewati ruangan kelasku dan juga melirik ke arahku.
Walaupun aku pergi ke masjid, tetap saja aku akan bertemu dengan Jitendra. Bahkan dia selalu memperhatikan tingkah laku anehku.
Seperti saat ini, aku sedang berada di masjid dan seperti biasa, aku melihat Jitendra sedang duduk di seberang tepat arahku.
Dia menatapku dan terus memperhatikanku, aku seperti sedang di mata-matai olehnya.
Aku menggelembungkan pipiku dan menonjoknya secara perlahan hingga pipiku mengempis di salah satu sisinya.
Dan aku lakukan itu secara berulang, hingga melakukan ekspresi konyol lainnya.
Dan tentu saja, di seberang sana Jitendra sedang menertawaiku. Dia tertawa sambil melihatku. Begitu aku melihatnya, dia segera membuang muka sambil menutupi wajahnya. Walaupun begitu, aku tahu dia sedang tertawa. Aku tidak marah, hanya merasa ya bisa di bilang salah tingkah sepertinya.
Kami selalu bertemu sepanjang waktu, baik di hari biasa, sampai pada saat ujian. Kami seperti seolah-olah ditakdirkan untuk bertemu selalu.
Ya sebenarnya, kami memang memiliki persentase untuk bertemu itu sangat tinggi, hampir 90 persen dari seratus. Hanya saja ini sudah seratus persen kami bertemu. Entah aku yang selalu mengikutinya, atau dia yang mengikutiku.
Beberapa hari setelahnya, di sekolahku mengadakan pemilihan osis, dan aku mengikuti pemilihan itu. Hanya saja, aku tidak terpilih, justru Jitendra lah yang terpilih. Aku bangga padanya.