Ekawarna atau Pancarona?

nii
Chapter #15

Tak Kasat Mata

Sekarang aku ingin sedikit berbagi kisahku yang aku alami sendiri dengan makhluk ghaib.

Aku, sejak kecil memang sudah peka dengan hal seperti itu. Aku bukan indigo yang mempunyai kemampuan melihat itu semua, aku hanya bisa merasakan dan juga peka. Hanya itu. Bahkan aku belum pernah melihat mereka secara nyata. Namun, terkadang mereka menggangguku dan menampakkan diri mereka lewat mimpi. Beberapa kali aku pernah melihat mereka. Entah energi mereka yang terlalu besar, atau ada sesuatu yang ingin di sampaikan, entah aku juga bingung. Yang pasti, hanya beberapa dari mereka yang bisa aku lihat, itu pun momen yang langka.

Ibuku pernah menceritakan padaku, tentang pengalamannya sewaktu aku masih bayi. Ibu bilang, kalau warga di tempatku ini, dulu ramai sekali mengenai pesugihan. Ya, kalian pasti sudah tidak asing lagi mendengar kata pesugihan. Beberapa orang ada yang menggunakan pesugihan untuk mencapai tujuan mereka, baik untuk kekayaan dan juga hal lainnya.

Karena saat itu, zamannya berbeda dengan sekarang. Dulu sangat percaya akan hal tersebut. Terlebih lagi mengenai "Teluh", "Wewe Gombel" dan juga "Babi Ngepet". Untuk teluh sendiri, aku memang pernah melihatnya, namun tidak terlalu cepat. Teluh itu sangat cepat dalam bergerak, jadi hanya terlihat seperti bola putih yang melintas. Teluh dan beberapa jenis lainnya, masih sangat ramai hingga aku menginjak masa SMP. Setelah itu, mereka mulai menghilang dan sedikit aku mendengar tentang hal itu, atau bahkan sudah tidak ada lagi.

Teluh itu berbentuk seperti bulan dan sedikit terlihat mirip seperti telur jika diliat dari jauh. Teluh akan terbang dan konon katanya, teluh itu mencari janin atau anak yang baru lahir dan akan memakannya. Bahkan dulu aku sempat mendapat informasi dari temanku, entah benar atau tidaknya, aku pun tidak tahu. Namun, informasi yang aku dapat, lumayan persis seperti informasi yang di berikan warga sekitar, kurang lebihnya seperti itu. Jadi, menurut temanku, untuk berubah menjadi teluh, yang pertama di lakukan adalah harus berdiri di tempat yang sepi dan telanjang. Lalu setelah itu, lilitkan kain jarik atau di sini menyebutnya tapih. Kain ini di lilitkan ke badannya, lalu setelah itu ucapkan mantra dan selesai. Setelah itu, akan berubah menjadi teluh.

Katanya, teluh itu takut sama alat tajam. Aku lupa, apakah yang di maksud benda itu adalah keris, pedang, cangkul atau pun pisau. Jadi, jika ingin menangkap teluh itu yang pertama harus berdiri lurus dengan langit, jadi tidak ada penghalang antara orang dan langit, atau biasa di sebut di alam terbuka. Lalu kalau sudah, jika teluh itu sudah terlihat akan melintas, maka arahkan benda tajam yang sudah di pegang di tangan, lalu arahkan ke atas. Maka teluh itu akan berhenti dan turun seketika.

Kalian pasti bingung kan, bagaimana caranya tahu teluh akan lewat di situ, dan bagaimana caranya? Untuk jawaban itu, aku sendiri pun tidak tahu. Bahkan, saat aku bertanya, tidak ada yang bisa memberi jawaban, jadi aku hanya tahu hal itu saja.

Ketika aku baru lahir, ibu bilang kalau ada teluh yang melintasi rumahku dan kabur entah ke mana. Kebetulan waktu itu, di desaku ada dua bayi, yaitu aku dan satunya anak tetangga depanku. Jadi, warga desa saat itu memutuskan untuk mengadakan lek-lekkan (begadang). Banyak warga yang berjaga dan begadang untuk menangkap dan melindungi diriku dan temanku dari teluh. Terutama keluargaku, mereka begadang sampai subuh dan di rasa sudah cukup aman. Warga di sini saat itu saling membantu satu sama lain.

Kejadian itu selesai, dan teluh itu tidak kunjung di temukan sampai sekarang. Untuk pengalamanku melihat teluh, aku alami saat menginjak usia remaja atau memasuki masa SMP. Aku tidak terlalu tahu, apakah yang aku lihat dan temanku lihat itu benar teluh atau bukan. Waktu itu, aku dan temanku sedang berada di masjid. Kami sedang mengobrol di teras, berhubung saat itu waktu istirahat setelah shalat maghrib dan menunggu waktu datangnya isya. Ketika kami sedang mengobrol, tiba-tiba kami semua melihat ada benda melingkar berwarna putih yang melintas di atas.

Kami berlari dan mengikuti arah benda itu terbang. Kami melihat benda itu mengarah ke belakang rumahku, dan menghilang seketika. Kami berpikir bahwa itu teluh, kami juga cerita ke orang tua masing-masing, dan memang itu teluh. Itu pertama kalinya aku melihat teluh dengan mataku sendiri.

Beranjak remaja, sisi sensitifku mulai bertambah. Dulu, aku tidak terlalu sering untuk mendengar dan juga merasakan keberadaan mereka. Namun, sekarang aku sudah sering mendengar dan merasakan keberadaan mereka. Kejadian pertama yang aku alami, pada saat aku mengikuti lomba JAMRAN. Kebetulan waktu sudah menunjukkan kegiatan isoma, jadi aku bersama temanku memutuskan untuk membersihkan diri di rumahku, berhubung rumahku cukup dekat dengan tempat kemah.

Aku lumayan lupa waktu kejadian itu apakah setelah subuh atau isya. Awal perjalanan, semua baik-baik saja sampai rumahku. Kami mulai mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, kami balik lagi ke tenda perkemahan. Untuk jalannya sendiri itu ada dua. Jalan ke satu itu, jalan yang kecil dan tempatnya di samping sawah, jadi sangat sepi dan waktu itu rumah juga belum terlalu banyak. Sangat sepi dan juga rawan untuk lewat jalan itu. Kebetulan waktu itu, jalan itu juga ada jebakan boneka yang di gantung di atas, boneka hantu. Saat ada yang lewat, maka dengan iseng, tali boneka itu akan di turunkan dan tepat di depan wajah si korban.

Lihat selengkapnya