Aku pun mendekati pria aneh itu, alunan musik itu sangat indah dan merdu sampai aku hanyut dibuatnya, sampai aku tidak sadar bahwa aku sedang duduk di ayunan itu bersama dengan dia. Aku memperhatikan dia yang sedang memainkan sebuah alat musik bernama harmonika, entah kenapa malam itu aku sangat mengaguminya dan aku seperti merasakan perasaan yang aku sendiri pun tidak tahu.
Aku menutup mataku dan menggoyangkan kepalaku mengikuti alunan musik itu dan rambutku terurai terkena angin yang terasa sangat lembut. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya sambil menikmati alunan musik.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya pria aneh itu. Ternyata dia baru sadar akan kehadiranku.
“Aku dari tadi ada di sini, aku terbangun karena mendengar suara alat musikmu, lalu aku mengikutinya dan sampailah aku di sini.” jawabku.
“Oh.” katanya.
“Oh?” tanyaku sambil bingung.
“Iya, sudahlah aku mau tidur.” ucapnya dengan singkat, lalu dia berjalan meninggalkanku dan menuju ke kamarnya.
“Ehh tunggu.” Dasar pria yang aneh, gumamku. Dia meninggalkan harmonikanya di sini. Aku pun mengambil harmonika itu dan akan memberikan padanya, pasti dia lupa kalau harmonikanya tertinggal di sini.
Aku mengamati harmonika ini, harmonika yang sangat cantik, berbalut warna pink dan bercorak merah yang menjadikan alat musik ini sangat indah, ditambah lagi ada ukiran bunga teratai di tengahnya. Dan di samping ukiran bunga teratai itu terdapat sebuah tulisan yang diukir menggunakan huruf aksara Jawa, tulisan itu dilapisi emas.
Saat aku berusaha untuk membaca tulisan itu tiba-tiba sebuah tangan mengambil secara paksa alat yang sedang aku pegang. Dan ternyata dia adalah pria aneh itu.
“Thanks ya.” ucapnya dengan suara datar.
“Iya, tunggu.....aku ingin bertanya sesuatu.” kataku.
Dia terus berjalan tanpa menghiraukanku. Aku masih sangat penasaran dengan tulisan itu, dan entah kenapa aku sepenasaran ini. Tapi ya sudahlah kalau aku bertanya padanya dia juga pasti akan marah apalagi dia pria yang sangat dingin. Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan membiarkan rasa penasaranku tidak terbalaskan.
Keesokan paginya, aku langsung di kejutkan dengan suara bising yang berada dilantai bawah. Aku langsung mendatangi suara itu. Dan ternyata pria aneh itu sedang memasak.
“Kamu sudah seperti tikus saja hahaha.” ucapku sambil tertawa.
Dia hanya menatapku tanpa mengatakan apa pun. Seketika itu aku langsung diam dan berhenti tertawa.
“Sini biar aku bantu.” Aku membantu dia mengiris bawang.
“Aku minta maaf atas kejadian tadi malam, harusnya aku tidak memainkan harmonikaku yang membuat tidurmu terganggu.” ucapnya dengan nada yang lembut.
Aku baru pertama kali mendengar dia berkata dengan begitu lembut, dan apa? dia minta maaf?
“Tidak apa-apa. Lagian aku juga menyukai alunan musikmu.” ucapku sambil tersenyum.