Selepas kepulanganku dari tempat KKN, aku pergi menemui salah satu ustadzah yang ada di dekat rumahku. Sebut saja beliau Bu Mita. Aku merasa ada keanehan dari diriku dan berdasarkan hasil pemeriksaan CT Scan kemarin, menunjukkan bahwa aku tidak memiliki penyakit apa pun, ditambah gangguan yang terus menerorku. Bu Mala melakukan proses rukiah. Setelah selesai, beliau berbincang-bincang dengan kami, di ruangan ini juga ada murid Bu Mita yang ikut melihat.
Aku terkejut dengan perkataan beliau yang mengatakan jika sosok yang aku lihat di mimpi yang menggunakan pakaian berwarna hijau dan kuning itu adalah khodamku. Khodam ini di turunkan dari keluarga bapakku dan berakhir padaku sekarang. Khodam itu sebenarnya berbentuk macan kuning atau macan emas, tapi dia bisa berubah bentuk apa pun yang dia mau.
Lalu, pria yang selalu ada di mimpiku, dia adalah Aditiya Syarifuddin. Dia sebuah sosok korban kecelakaan yang meninggal di jalan karena dia mengikuti balapan motor kala itu. Aditiya itu semasa hidup merupakan sosok yang bandel dan hidup sesukanya dia. Sejak kecelakaan itu, dia meninggal di tempat. Keluarganya sudah tidak menganggap dia lagi. Sewaktu aku kecil, aku melintasi tempat kecelakaan itu. Aditiya yang melihatku merasa tertarik padaku dan dia mengikutiku sampai sekarang. Wujud dia sangat mengerikan, wajah yang hancur separuh dan juga energi yang besar.
Tak kalah mengejutkannya, Bu Mita mengatakan jika aku ingin di jadikan tumbal atau penunggu selanjutnya di tempat KKN-ku. Saat aku menunjukkan foto Bu Mala, Bu Mita terkejut dan menyuruhku untuk berhati-hati dan jangan pernah pergi ke tempat itu lagi dan putuskan semua komunikasi dengannya.
Jika keluargaku telat untuk membawaku pulang, aku mungkin sudah menjadi gila atau lebih parahnya meninggal saat itu juga. Alasan aku yang selalu membangkang kepada Bu Mala adalah dengan adanya kendali khodam dan Adit. Mereka berdua tidak ingin Bu Mala menyakitiku, itulah sebabnya mereka melindungiku dan berkelahi dengan semua penunggu di desa itu.
Bu Mala sangat sulit menghadapi kedua hantu ini, jadi dia mengambil cara lain dengan mencuci otakku dan melalui mas Angkasa. Bahkan Bu Mala pernah menawarkanku untuk mempelajari ilmu seperti itu, tapi aku menolaknya. Bu Mala lalu bersekongkol dengan salah satu pegawai desa untuk memasukkan penghuni dari desa itu ke dalam tubuhku, salah satunya melalui media air yang di berikan padaku. Air yang di berikan salah satu pegawai desa yang dulu dia memberinya saat tahu kalau aku melihat hal ghaib. Ternyata air itu sengaja dia berikan untuk membuat mata batinku terbuka dan aura sensitifku semakin menyala. Beliau sengaja melakukan itu.
Semua hal ini sangat tidak terduga. Aku menjadi ragu sekarang, sebenarnya apa yang terjadi, mana yang benar? Aku merasa Bu Mala baik dan tidak percaya kalau dia sejahat itu. Aku juga heran dan terkejut, ternyata aku punya khodam selama ini?
Adit merasuki Bu Mita, dia terlihat sangat marah padaku karena aku datang ke tempat ini. Bahkan setelah aku pulang, Adit masih tetap berada di situ dan meneror semua orang yang ada di situ. Sedangkan di mimpiku, Adit datang dalam keadaan sudah tenang dan dia seperti biasa, tidak menampakkan wajah seramnya padaku dan menuruti permintaanku. Lalu dia berpamitan untuk membantu kakaknya. Hanya itu saja yang ada di mimpiku.
Aku dan keluargaku mengumpulkan air masjid sebanyak 7 botol dengan masjid yang berbeda-beda. 1 botol untuk satu masjid. Lalu air itu di doakan dan Bu Mita meminta untuk mencampurkan air itu di toren agar tercampur semua air itu untuk keperluan mandi. Air itu berguna untuk menutupi auraku dari para hantu.
Setelah itu keadaan mulai membaik. Aku mulai kembali pada kebiasaanku, beribadah dan lainnya.