"Kenapa Adit?" tanyaku.
"Kamu tidak mau pulang?"
"Aku mau, tapi aku tidak mau kamu sampai mengorbankan nyawa."
"Aku tidak apa-apa asalkan kamu selamat. Di sini sudah tidak aman."
"Tapi kenapa?" tanyaku.
"Aku akan memberitahumu nanti." Adit mengajakku menuju kamarku untuk beristirahat.
"Tidurlah, selamat malam." Aku hanya diam memandang Adit yang tersenyum padaku.
"Besok aku akan memberitahumu, sekarang tidurlah dengan tenang."
"Kenapa kamu mau menyelamatkanku dan melindungiku?"
"Itu sudah tanggung jawabku, aku akan melindungimu. Dan besok aku akan berusaha membawamu pergi dari sini." ucap Adit.
"Apa aku akan pulang ke rumah?" tanyaku.
"Aku akan berusaha untuk itu, yang terpenting kamu bisa keluar dari sini." tutur Adit.
Aku terharu mendengar perkataan Adit saat ini. Dia sampai rela mengorbankan nyawanya hanya demi melindungiku. Sebelumnya aku tidak percaya bahwa dia adalah orang baik, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari bahwa dia tidak sepenuhnya jahat menurutku.
Aku memeluk Adit dengan erat, aku merasa tenang di dekatnya dan jujur aku tidak ingin berpisah dengannya.
“Terima kasih, Aku pasti akan merindukanmu.”
“Aku juga akan sangat merindukanmu.”
Air mataku jatuh membasahi pipiku. Dia keluar dari kamarku dan menyuruhku beristirahat, jujur aku masih takut menghadapi hari esok dan aku takut akan terjadi sesuatu pada Adit. Aku mulai tertidur, dan aku bermimpi seorang pria menembakkan peluru pada Adit dan aku berpisah dengannya. Sontak aku terbangun dari mimpi itu dengan badan basah kuyup karena keringat dingin.
Setelah mimpi itu aku tidak bisa tidur dan sekarang waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Aku segera turun dari ranjangku dan mengambil air wudhu. Aku menghamparkan sejadahku dan meminta perlindungan pada Allah, entah mengapa perasaanku tidak tenang, aku sangat gelisah aku takut akan mimpi itu.
Aku takut mimpi itu akan menjadi kenyataan, tapi semoga saja mimpi itu tidak akan pernah terjadi. Setelah shalat aku langsung menghempaskan tubuhku ke ranjang yang empuk. Aku terus terbangun dari tidurku sambil melihat bunga mawar yang ada dikamarku.
Semakin aku melihat bunga mawar itu, semakin damai hatiku dan juga aku semakin tenang. Aku meyakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja, hari esok akan indah karena aku akan pergi dengan Adit meninggalkan tempat ini dan pulang ke rumah, aku sudah sangat rindu keluargaku.
Tanpa aku sadari aku tersenyum saat memikirkan Adit, entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Tapi yang pasti aku merasa aman dan tenang saat bersamanya dan aku merasa gelisah dan khawatir saat dia menghilang tanpa kabar. Semua pemikiran itu membuat mengantuk dan kemudian aku pun tertidur.
"Hai, selamat pagi.”
Suara itu tidak asing bagiku, aku sedikit menggeliat untuk meregangkan tubuh dan perlahan aku membuka mataku, dan ternyata itu adalah Adit, sontak aku terkejut dan langsung duduk.
“K-kau? Apa yang kau lakukan dikamarku?”
“Aku bawakan susu hangat untukmu dan aku datang kesini untuk membangunkanmu. Ini sudah pagi.” ucap Adit.
Aku melihat ke arah jam dan jam menunjukkan pukul 5 pagi
“Sekarang udah jam 5? Aku bangun kesiangan dong, aku akan bersiap-siap habis itu aku akan shalat.”
“Baiklah. Habis shalat jangan lupa diminum susunya, aku menunggumu di bawah.”
Dia pergi keluar dari kamarku dan menutup pintu. Aneh, kenapa dia menungguku?
Setelah rapi aku berjalan turun menemuinya di ruang tamu. Aku melihat dia sedang duduk di sofa.
“Kamu sudah selesai?”
“Udah, aku juga udah mandi.”
“Baguslah.”
“Eh? Maksudnya?” tanyaku dengan wajah keheranan
“Aku hanya bertanya, dan aku ingin mengatakan sesuatu dan menunjukkan sesuatu padamu.”
“Baiklah katakan.”
“Malam ini aku akan memberitahukan sesuatu padamu, kamu sangat penasaran kan dengan nama yang
ada di harmonikaku?"
"Iyaa."
"Jadi kepanjangannya adalah Aditiyameili ."
"Aditiyameili?" tanyaku keheranan.
"Iyaa, itu adalah sebuah singkatan yaitu Aditiya dan juga Meili."
"Meili? maksudnya?"
"Iyaa, jadi Meili adalah kamu dan Aditiyaadalah namaku."
"Aku masih belum mengerti apa maksudmu, kenapa ada namaku?"
"Bukan hanya namamu saja, tapi memang kau yang ada di harmonikaku. Dulu saat aku kecil, aku pernah bermimpi tentangmu. Di mimpiku itu aku melihat seorang gadis yang datang kepadaku dan dia mengatakan kalau dia adalah istriku. Itulah sebabnya aku menulis nama itu di harmonikaku. Aku percaya bahwa mimpiku itu nyata, dan namamu sangat pas saat di gabung dengan namaku. Lalu setelah aku beranjak remaja, ayahku membawaku ke suatu tempat yang jauh, ayahku membawaku ke sebuah rumah yang sangat megah, dan ternyata ayahku bekerja di situ sebagai seorang sopir. Lalu aku selalu membantu ayahku, membersihkan mobil, mengelap lantai dan masih banyak lagi. Sampai suatu ketika aku melihat gadis kecil sedang menari-nari, dia tampak sangat cantik, saat itulah aku jatuh cinta, dan gadis kecil itu adalah dirimu. Aku selalu curi-curi pandang saat melihatmu, walaupun begitu aku sangat takut untuk bertemu denganmu. Aku sudah memendam perasaan ini sangat lama sampai suatu hal terjadi yang menyebabkan aku harus pergi dan berpisah darimu."
"Jadi selama ini kamu sangat mencintaiku?"
"Benar."
"Tapi hal apa yang terjadi sehingga kamu harus pergi dariku?" tanyaku
"Untuk hal itu aku tidak bisa memberitahukanmu."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa memberitahukannya."
"Kenapa kamu menutupi semua ini Adit, kenapa kamu berbohong padaku, pantas saja setiap kali aku mencari tahu tentang nama yang ada di harmonikamu, kamu selalu mengelak dan gugup. Kenapa kamu melakukan ini Dit?"
"Aku tidak bisa memberitahumu, aku tidak punya keberanian."
"Kebenaran apa lagi yang kau sembunyikan?"
"Dan sebenarnya penjahat yang mengejar kita itu adalah ayahku sendiri. Ayahku telah menghabisi ibu dan nenek beberapa tahun lalu. Saat itu aku masih remaja, aku sangat trauma melihat hal itu. Itulah sebabnya aku menjadi orang yang dingin. Aku tidak tahu alasan dibalik pembunuhan ini, tapi yang aku tahu ayahku sengaja ingin membunuhku karena aku tidak patuh padanya. Setiap hari dia selalu mengincarku dan memukulku. Itulah sebabnya aku tidak pernah mengizinkanmu keluar dari rumah ini. Rumah ini adalah benteng yang bisa aku gunakan untuk menghindari ayahku. Hanya saja dia pernah melihatku berjalan ke arah rumah ini, mangkanya aku lari dan pergi jauh dari sini. Aku juga punya seorang adik laki-laki. Tapi dia diculik dan disembunyikan oleh ayah. Aku berharap aku bisa menyelamatkan dia.”
“Kejam sekali ayahmu, bagaimana bisa dia membunuh ibumu?"
"Saat itu aku masih kecil, aku tidak tahu kejadiannya. Aku masih percaya setiap ayah mengatakan kalau ibu dan nenek meninggal karena perampokan, sampai pada suatu hari aku melihat sebuah surat dan di situlah aku tahu semuanya."
"Kalau begitu paman adalah orang yang sangat jahat, padahal aku sangat menyayangi paman tapi ternyata dia jahat."
"Bagaimana pekerjaannya?"
"Dia adalah asisten pribadi ayahku dan sopir pribadiku, aku sangat dekat dengan ayahmu. Tapi paman selalu bilang kalau dia tidak memiliki anak. Aku tidak tahu kalau ternyata paman berbohong padaku, tapi apa alasan dia menyembunyikanmu?"
"Aku tidak tahu Meili. Yang pasti dia sangat licik dan jahat, aku akan melindungimu dan tidak akan biarkan dia menangkapmu."
"Bagaimana dengan keluargaku?" tanyaku
"Mereka akan baik-baik saja." ucapnya.
"Kalau begitu ayo kita selamatkan adikmu.”
“Tidak, nyawamu sangat penting dan aku harus menyelamatkanmu.”
“Lalu bagaimana dengan adikmu?”
“Aku yang akan menyelamatkan dia sendiri. Aku tidak ingin kamu menjadi korban ayahku selanjutnya."