Ekawarna atau Pancarona?

nii
Chapter #31

Agatana VII

Sudah lebih dari 5 bulan sejak peristiwa itu terjadi. Aku tidak tahu apakah Adit masih hidup atau sudah meninggal. Aku duduk di teras rumah sambil memandang rembulan, aku duduk termenung mengingat kembali semua kenangan saat aku bersama Adit.

Lamunanku terhenti saat Zafran berbicara padaku.

“Len, kenapa kamu melamun terus?”

“Aku mengingat kembali kenangan bersama Adit.”

“Ini sudah 5 bulan sejak kakak menghilang. Kita tidak tahu bagaimana keadaannya, sekarang kamu lupakan saja kak Adit, mulailah hidup baru.”

Jujur aku sangat kesal saat mendengar ucapan Zafran. Bagaimana dia bisa menyuruhku untuk melupakan Adit. Aku yakin Aditku masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja.

Aku berlalu meninggalkan Zafran yang masih duduk di teras. Jika aku terus berada di sampingnya, yang ada aku akan kesal dibuatnya. Aku memejamkan mataku berharap aku akan bertemu dengan Adit kembali.

Keesokan harinya.

Hari ini aku berencana untuk melihat-lihat tanaman bunga yang ada di belakang rumah ini. Setelah aku meminta izin kepada Zafran. Aku berjalan menuju kebun belakang. Di sini sangat indah sekali, banyak tanaman bunga seperti rumah Adit dulu.

Saat aku kesini, aku jadi mengingat Adit kembali, kenangan bersamanya masih teringat kembali di pikiranku. Walaupun kadang aku merasa kesal dibuatnya, tapi aku sangat merindukan saat-saat itu.

Adit di mana kamu sekarang? Pikiranku terus menerus bertanya-tanya tentang keadaan Adit. Di tengah lamunanku terdengar suara orang memanggilku.

“Meili.”

Aku merasa ada yang memanggilku Meili, jantungku berdetak kencang. Aku berpikir bahwa itu adalah Adit karena satu-satunya orang yang memanggilku seperti itu hanya Adit.

“Meili.”

Aku memalingkan wajahku ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya aku, suara itu adalah Adit. Aku tidak percaya apa yang aku lihat. Aku mengusap mataku, tetapi tetap saja yang berdiri di sana adalah Adit. Aku segera berlari ke arah Adit.

“Adit.” Aku masih tidak percaya bahwa pria yang ada di hadapanku sekarang adalah Adit.

“Sudah lama kita tidak bertemu Meili. Aku rindu.” ucap Adit.

“Adit coba cubit aku.”

“Kenapa?”

“Aku takut aku hanya bermimpi. Tolong cubit aku.” pintaku.

“Ini bukan mimpi Meili, aku memang ada di hadapanmu.”

“Sungguh? Aku masih tidak percaya. Sudah 5 bulanan kamu tidak ada kabar.”

“Maafkan aku Meili. Baru sekarang aku menemuimu.”

“Kau tahu aku selalu melamun setiap saat, aku selalu berdoa untuk keselamatanmu. Aku rindu Adit.” ucapku sambil menangis.

Lihat selengkapnya