Ekspresi

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #5

Hati yang Bergetar

Faisal membereskan tempat latihan setelah anak-anak pulang, Hesti yang masih di sana juga ikut membantu.

"Anak-anak sepertinya sudah mulai percaya diri." Ucap Hesti.

"Betul, hah, saya senang sekali melihat penampilan mereka hari ini. Penuh semangat dan gairah.

Saya akan melakukan yang terbaik untuk masa depan mereka."

Hesti tertawa, "Begitu berartikah anak-anak itu buat lo?"

Faisal mengangguk bangga, "Indonesia harus bisa maju seperti negara-negara lain. Orang-orang harus melihat bahwa Indonesia punya segudang kemampuan."

Hesti lalu menatap Faisal dengan dalam, dia tidak menyangka kalau impian lelaki di depannya ini begitu tinggi. "lo idealis banget ya." Ucapnya dengan penuh kekaguman.

"Indonesia punya banyak orang berbakat namun tidak diapresiasi dengan cukup baik. Lahan pekerjaan semakin sempit, tidak mungkin semua orang kerja kantoran kan?"

Hesti terkekeh, "Lo benar." Ucapnya dengan wajah murung.

Melihat ekspresi wajah yang tidak biasa, Faisal berinisiatif untuk memainakan piano yang ada di belakang mereka. Melodi demi melodi dia mainkan, lalu lagu (Aku dan Dirimu-Ari lasso ft BCL) tiba-tiba lantang ia nyanyikan. Bagian Intro dibawakan dengan menyentuh oleh Faisal, dia lalu menatap Hesti sambil menaikkan kedua alisnya. Hesti kemudian ikut bernyanyi dibagian berikutnya. Mereka bernyanyi sembari menatap satu sama lain dalam. Senyuman berbunga terlihat jelas dari wajah mereka.

Saat bagian Reff, Faisal berhenti memainkan pianonya. Dia menghampiri Hesti dan memeluknya dari belakang sambil terus melanjutkan duet mereka. Mereka begitu mesra sampai Hesti terbuai dan menerima pelukan Faisal dengan hangat. Di sana hanya ada mereka berdua, perasaan mereka ternyata lebih dari sekedar hanya teman selama bertahun-tahun. Mereka saling tertarik satu sama lain tapi tidak pernah berani untuk mengungkapkannya.Namun sekarang dengan membawakan sebuah lagu, mereka sadar bahwa perasaan mereka sama satu sama lain.

Anggun berada di sebuah tempat es buah bersama dengan Aldi. Dia menepati janjinya untuk mengajak Anggun jajan.

"Menurutmu bagaimana penampilan Tari?" Tanya Anggun.

"Bagus, dia memang berpengalaman."

"Benarkah? Sepertinya penampilannya tadi sedikit berantakan."

"Nggak ah, bagus kok."

Mendengar hal tersebut Anggun langsung menatap Aldi tajam. Sedangkan Aldi menahan ludah melihatnya.

"Apa kurangnya group kita?"

"Nggak ada kurangnya, kita sama-sama bagus Anggun. Suara kamu dan Tari juga tidak bisa disamakan, kalian berbeda walau sama-sama menonjol."

"Tapi kenapa group kita tidak sebagus mereka. Pak Faisal jelas terlihat puas sekali dengan penampilan mereka."

"Oke saya akui, penampilan mereka sedikit lebih bagus dari kita. Lalu kenapa? Ini bukan kompetisi, lagipula selera orang kan berbeda-beda. Bayangkanlah kalau semua suara dan musik kita sama, betapa membosankannya dunia ini."

Anggun termenung sembari berpikir, jiwa kompetitifnya muncul saat dia tahu ada orang yang sama atau lebih bagus dari dia.

"Santai saja, menurut saya kamu lebih bagus dari Tari walau dia lebih berpengalaman. Kamu hanya perlu pengalaman lebih." Ucapan Aldi seketika membuat Anggun tersipu malu.

"Benarkah?"

Aldi mengangguk, "Habiskan minumannya, setelah itu saya antar kamu pulang."

"Oke."

Di atas motor, Aldi mengendarai dengan kencang. Anggun mau tidak mau memegang erat pinggang teman sekelasnya itu. Tubuhnya sangat keras dan berotot, Anggun lalu menyandar di punggung Aldi. Dia begitu kokoh, rasanya aman dan nyaman berada di dekatnya. Sesampainya mereka di depan rumah, Anggun mengembalikan helm yang dipinjamkan Aldi.

"Makasih ya."

Aldi kemudian tersenyum ramah menerima helm tersebut, "Masuklah, sampai ketemu besok." Ujarnya sambil mengusap rambut Anggun lembut.

Anggun tersenyum malu, hatinya bergetar ketika Aldi menyentuh ujung kepalanya. Menatap Aldi malu-malu, dia kemudian berbalik cepat menghindari tatapan mereka berikutnya dan masuk ke rumah dengan jantung berdebar.Seluruh tubuhnya terasa panas.

"Sudah pulang?" Ucap Pak Warso, ayah Anggun.

"Sudah, sudah makan pak?" Nada suara Anggun tidak bisa menutupi kalau dia sedang berbunga-bunga.

"Sudah. Bapak masak sayur lodeh tuh di dapur kalau kamu mau makan."

"Anggun masih kenyang, tadi habis makan."

Lihat selengkapnya