Ekspresi

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #6

Biang Kerok

Bergandengan tangan sembari berjalan di sepanjang koridor sekolah, Anggun dan Aldi terlihat begitu serasi. Mereka bergandengan tangan sembari berbincang bagai pasangan yang paling bahagia di dunia ini. Diana yang melihat hal itu melipat tangannya dan menatap mereka dengan sinis. Dia benci kekalahan, selama ini dia selalu menjadi orang yang diperebutkan oleh para laki-laki dan sekarang dia kalah bahkan dengan perempuan kampung seperti Anggun.

Diana kemudian berjalan bersama dua temannya yang lain dan dengan sengaja menabrak bahu Anggun kencang.

"Aaww." Ucap Anggun kesakitan.

"Eh, maaf ya." Diana dengan wajah baik palsunya berusaha menolong Anggun, dia menunjukkan kebaikannya karena ada Aldi di sebelah Anggun.

Anggun kemudian terdiam sembari menatap Diana dalam, "Diana tunggu." Ujar Anggun yang berlari mengejar Diana yang sudah pergi meninggalkan mereka. Diana pun berhenti saat mendengar namanya dipanggil.

"Apa?" Tanya Diana kasar.

"Gue tahu lo sengaja nabrak gue tadi."

"Hmm, bagus kalau lo tahu."

"Gue juga tahu kalau itu karena gue dekat dengan Aldi."

"Kalau lo tahu, kenapa nanya lagi?"

"Gue dan Aldi. Kami berpacaran. Maaf Di, tapi Aldi lebih memilih gue dibanding lo." Ucap Anggun dengan nada sopan.

"Heuh, jangan sok lo mentang-mentang lo pacaran sama Aldi." Sekarang Diana terpancing emosi, "Gue nggak akan berhenti untuk mengambil dia dari lo."

"Kenapa lo benci banget sama gue? Kita sekarang satu tim, gue nggak mau kita terus bertengkar."

Diana kemudian mendekati Anggun dengan sangat mengintimidasi sampai Anggun melangkahkan kakinya mundur, "Simpan kata-kata lo, gue nggak butuh." Ucapnya dengan tegas lalu pergi meninggalkan Anggun.

Di ruang latihan, Diana dengan cepat maju ke depan kelas dan mulai bernyanyai (Jadikan Aku Yang Kedua-Astrid) dengan gaya genitnya, dia menyanyikannya sambil terus menggoda dan menyentuh bahu Aldi. Anggun yang ada di samping hanya menggeleng tak percaya. Dia sebal dengan kelakuan Diana. Aldi pun terlihat tidak suka dan selalu mencoba untuk menghindar. Diana lalu menyelesaikan lagunya dengan pose menaruh tangan di pinggang sambil menunduk, namun matanya tetap meliirik ke arah Aldi.

"Hah, daripada jadi pelakor mending jadi yang kedua ya." Ceplos Zaki meledek Diana.

Diana yang mendengarnya menaikkan satu alis dengan mata menantang.

"Bener juga sih." Ucap Sasha yang langsung disambut dengan tossan tangan oleh Diana.

Sedangkan Aldi dan Anggun saling menatap satu sama lain bingung.

"Terima kasih Diana, sudah tampil di depan. Bagaimana? Ada yang punya ide, lagu apa yang kira-kira akan kita bawakan untuk kompetisi paduan suara nanti?"

Semua orang seketika diam, "Dangdut sepertinya bagus." Ujar Rasya.

"Dangdut tidak cocok untuk kompetisi paduan suara." Debat Anggun.

"Lagu daerah?" Ucap Desi tiba-tiba.

"Duh, udah ketinggalan jaman deh." Sahut Zaki

Bukannya membantu, muridnya malah tambah membuatnya pusing tujuh keliling, bukan hanya masalah menang. Tapi dia butuh uang itu agar tempat lesnya ini bisa bertahan, jika dia tidak bisa membayar, mungkin tiga bulan lagi tempat ini akan ditutup. Dan dia tidak mungkin berhutang lagi di Bank.

"Bagaimana dengan lawan kita? Apakah kita bisa tahu?" Tanya Aldi pada Faisal.

"Akhirnya ada yang memberi respon cerdas," kata hati terdalam Faisal,

"Oh ya, kamu benar juga." Ucap Faisal sambil mengusap dagunya tampak berpikir. "Nanti akan saya cari tahu agar kalian bisa mempelajari dari mereka. Lagipula kalian sama sekali belum pernah melihat penampilan besar paduan suara kan?"

"Walau saya ikut ekstrakulikuler paduan suara di sekolah, tapi saya belum pernah ikut kompetisi sebesar ini." Tutur Tari

Anggun yang moodnya jadi buruk karena Diana, hanya diam sedari tadi. Dia tidak ingin berbicara apapun, perasaannya sedang kacau.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, Hesti membuka pintu dengan senyum terlebar penuh semangatnya. Kemudian masuk dan menghampiri Faisal. Dia memberikan segelas kopi hangat yang ia beli sebelum datang sambil menggoda lelaki di depannya itu.

"Makasih." Ucap Faisal menatap dalam kekasihnya. Hesti yang tersipu lalu mengedipkan satu matanya pada Faisal.

"Sepertinya ada yang baru jadian nih." Tutur Sasha meledek.

"Kalau ditraktir enak juga." Sahut Zaki menyambar.

Faisal yang malu lalu membersihkan tenggorokannya, "Ehm, ehm. Jadi ada yang punya ide lain?"

Semuanya langsung kembali terdiam, ada yang menggeleng, ada yang membuang wajahnya dan ada juga yang sibuk sendiri memainkan kuku jari. Faisal kemudian menghela napas pasrah, sepertinya keadaan sedang tidak kondusif.

"Baiklah, kalau memang tidak ada. Kita akhiri saja latihan hari ini."

Anak-anak bersorak gembira dan dengan cepat keluar satu persatu meninggalkan kelas. Faisal lalu menghampiri Hesti dengan wajah lelah.

Lihat selengkapnya