Faisal sedang menikmati makan malam melepas rindunya dengan Hesti yang sudah tiga hari tidak bertemu. Mereka makan malam romantis bersama.
"Hei, kamu nggak sayang traktir saya di tempat mewah seperti ini? Sayang kan uangnya?" Tanya Hesti.
"Nggak apa-apa, saya ada uang kok. Mau pesen apa?" Jawab Faisal.
"Saya mau udang bumbu bali saja."
"Ok," Faisal lalu bicara pada pelayan, "Mas, udang bumbu bali satu. Saya Fish and Chips saja satu."
"Mohon ditunggu." Ucap sang pelayan.
Faisal yang begitu semangat tiba-tiba saja meraih tangan Hesti, "Aku seneng banget deh, anak-anak sudah mulai akrab. Mereka menyemangati satu sama lain. Rasanya aku seneng banget." Ungkapnya.
"Kamu begitu sayang ya sama mereka?" Ujar Hesti.
"Tentu, mereka adalah penerus-penerus musisi Indonesia. Dan saya harap mereka bisa membawa perubahan untuk negeri ini."
"Kamu begitu semangat. Matamu berbinar setiap kali membicarakan mereka." Tutur Hesti.
"Melihat mereka, saya seperti kembali memiliki harapan untuk dunia seni yang sudah sangat haus akan karya di sini." Faisal lalu mengangguk dan tersenyum manis penuh makna. Ada yang sepertinya ingin ia sampaikan tapi tidak bisa dia ungkapkan. Tak lama berselang makanan yang mereka pesan pun datang.
***
Kali ini Desi datang ke tempat latihan dengan topi hitam, jaket kulit dan kacamata hitam. Dia berdiri ditengah ruangan sambil menyunggingkan senyumnya. Tangan satu berada di pinggang, yang satunya melepaskan kacamata hitam yang ia pakai.
"Dia kenapa?" Tanya Sasha.
"Lagi kambuh kali." Jawab Diana sambil memutarkan jari telunjuknya di kepala.
"Teman-teman, kali ini gue ingin membawakan lagu yang sedikit keras. Ready..." Teriaknya di akhir kalimat sambil melekukkan tubuhnya dan menaikkan tangannya ke udara. Gitar pun mulai memperdengarkan suaranya, lagu (Tua-Tua Keladi-Anggun) dinyanyikan oleh Desi. Dia begitu centil dan bersemangat berlenggak-lenggok di atas lantai berwarna krem itu. Bait berikutnya tiba-tiba Anggun ikut bernyanyi dan maju ke depan. Para lelaki pun menjadi sasaran kelincahan mereka. Zaki dan Rasya jadi bulan-bulanan dan ditarik ke depan untuk ikut berjoget. Desi dan Anggun berduet dengan baik, suara Anggun bisa menutupi kekurangan dari Desi.
"Udah mirip belum sama Lady Rocker?" Tanya Desi.
"Lumayan," Ucap Zaki. Yang disoraki oleh semua orang di ruangan.
"Ada lagi yang mau tampil?" Tanya Faisal dengan antusias.
Tari tanpa ragu mengangkat tangannya tidak mau kalah. Dengan percaya diri dia dia maju ke depan.
"Saya juga mau." Ujar Rasya sambil menatap Tari menantang.
Tari seketika bingung, dia melirik Rasya tajam saat melangkah bersebelahan dengannya. Musik mulai diputar, Tari menyanyikan lagu (Uang-Nicky Astria). Bait kedua dilanjut oleh Rasya dengan lagu (Jarum Neraka-Nicky Astria). Mereka bernyanyi bersahutan-sahutan seperti orang yang sedang bertengkar. Membuat yang menonton terbelalak melihatnya. Faisal bahkan terheran sambil menelan ludahnya. Mata mereka saling menatap tajam satu sama lain. Walau penampilan mereka baik, tapi tetap saja suasana jadi berubah.
"Kayaknya mereka lagi ada masalah deh." Bisik Zaki pada Diana.
"Cinta memang aneh." Sahut Diana.
Zaki menurunkan mulutnya sembari memiringkan kepala bingung.
***
Sepulang dari tempat les, Tari kembali bertemu dengan Sandi yang mengajaknya makan malam. Mereka makan di sebuah Restoran siap saji di dekat sana. Semakin hari mereka terlihat semakin akrab.
"Kamu lelah sekali sepertinya." Ujar Sandi.
"Begitulah, latihan menguras tenaga juga." Jawab Tari sambil memakan ice creamnya.
"Mulutmu belepotan." Ujar Sandi yang sigap mengambil tisu dan mengusap bibir Tari.
Tari tersipu malu, tanpa diketahui Rasya ternyata melihat mereka dan itu sungguh membuatnya kesal. Dia cemburu. Rasya yang jengkel akhirnya memberanikan diri menghampiri mereka dan menarik tangan Tari.
"Apa-apaan nih." Ujar Sandi menahan tangan Rasya.
"Lepasin gue Sya." Sahut Tari terkejut,
"Nggak, Kakak ngapain sih main sama dia. Dia itu lawan kita, dia itu hanya ingin memanfaatkan Kakak." Dengan sekuat tenaga Sandi menarik Tari keluar dari ruangan tersebut. Dia terbakar api cemburu.
Terus menarik sampai lengan Tari kesakitan, mereka berjalan menuju tempat parkir.
"Lepasin Rasya." Ujar Tari dalam.
"Nggak."
"Lepasin!"
Plak..... Tari menampar Rasya.
"Gue nggak mau pergi sama lo. Gue nggak punya perasaan apa-apa sama lo. Bisa nggak lo nggak usah ganggu gue lagi." Ucapan Tari membuat Rasya terdiam beberapa saat, dia termenung mendengarnya. Tatapan mata Tari begitu marah saat itu, sedangkan Rasya mulai berkaca-kaca menatap Tari sendu. Dia kemudian melepaskan genggaman tangannya dengan lemas. Tari kembali masuk ke dalam menghampiri Sandi yang mengamatinya dari jauh.
Rasya dengan lemas, akhirnya berbalik arah dan berjalan limbung. Hatinya begitu sakit mendengar kata-kata yang dilontarkan Tari. Saat itu juga hujan lebat turun membasahi bumi dan seisinya, begitupun dengan Rasya. Dia berjalan sambil bernyanyi (Panggung Sandiwara-God Bless). Dia terlihat sangat sedih dan rapuh di tengah hujan berjalan sendirian.
***
Anggun malam itu berada di café bersama Faisal dan Lutfi. Lutfi ingin melihat langsung kemampuan Anggun bernyanyi.
"Lutfi, kenalkan ini Anggun." Ujar Faisal pada Lutfi, "Anggun ini Lutfi, teman kuliah saya."
Anggun tersenyum ramah pada calon atasannya itu.
"Kamu suka siapa Nggun? Sepertinya kamu memang suka bernyanyi dan saya dengar suaramu bagus." Tutur Lutfi melihat dari gaya busana Anggun yang memakai baju hitam namun dengan kerlingan aksesoris di sekelilingnya. Anggun sengaja berrias untuk memberikan kesan yang kuat pada Lutfi.
"Nike Ardila dan Reza Artamevia saya juga suka."
Lutfi mengangguk, kemudian melirik Faisal dengan senyum tipisnya.
"Langsung saja?" Tanya Faisal