Ekspresi

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #12

Indonesia Raya

Hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia, anak-anak berada di lapangan untuk mengadakan upacara. Di Sekolah, Anggun, Aldi, Diana, Sasha dan Desi sedang mengangkat tangannya hormat pada sangsaka merah putih yang akan dikibarkan. Dengan lantangnya Anggun mulai melantunkan lagu (Indonesia Raya-Wage Rudolf Soepratman). Yang diikuti oleh Aldi, Sasha, Diana dan Desi pada lirik selanjutnya.

Begitupun di Sekolah Tari, dia dan Rasya meneruskan pada bait ke dua. Mereka begitus haru dan bangga menyanyikan lagu tersebut. Selesai bait kedua, Rasya masuk menyanyikan lagu (Bagimu Negeri-Kusbini) tepat di saat upacara selesai. Hanya dia dan beberapa anak ikut menyanyikan itu di tengah lapangan. Termasuk Tari.

Di Sekolah Anggun paduan suara melanjutkan dengan lagu (Tanah Airku-Ibu Sud). Mereka pun mengikuti dengan hikmat. Ini adalah lagu kebangsaan yang dipilih untuk dinyanyikan setelah upacara selesai oleh panitia sekolah mereka. Kemudian Anggun dan teman-temannya berkumpul di tengah lapangan. Suara biola dan terompet lantang terdengar, grup marching band masuk dengan begitu rapih dan gagahnya. Anggun dan kelompoknya mulai menjentikkan jarinya sebelum lagu (Bangun Pemudi Pemuda-Alfred Simanjuntak) dimainkan.

Di tempat lain, Faisal berada di rumahnya menonton acara pengibaran bendera yang diselenggarakan di Istana Negara. Dia yang sedang menonton dengan hikmat kemudian berdiri mengambil air minum di dapur. Ia menenggak minuman itu dan ditaruhnya gelas di atas meja. Dengan dalam, Faisal bernyanyi lagu (Kulihat Ibu Pertiwi-Ismail Marzuki). Dia bernyanyi dengan penuh penghayatan. Lagu ini begitu menyentuh sehingga membuat orang yang mendengarnya merinding. Hampir menangis Faisal melantunkannya.

Lomba tujuh belasan berlangsung dengan sangat heboh, Anggun, Lala dan tiga sekawan melawan kelas lain dalam lomba tarik tambang. Saat permainan dimulai kedua belah pihak menarik tali tambang sama kuatnya. Di bawah terik matahari, mereka bermain sekuat tenaga. Wajah Anggun sudah berkerut, keringat terus bercucuran dari dahinya. Diana yang tidak memliki kekuatan besar sedikit kewalahan menarik tali.

"Tarik...Tarik." Teriak Anggun penuh semangat.

Desi dengan kekuatan besarnya menarik dengan kuat tali tersebut. Dan ternyata itu berhasil membuat tali bergerak sedikit ke sisi mereka.

"Des, terus Des." Ucap Lala.

Mereka sama-sama berteriak "Errghh." Sambil menarik tali tersebut sangat kuat. Akhirnya tim lawan jatuh dan mereka berhasil menang.

"Yeay," Ujar Sasha. Mereka bersorak sorai bersama. Dengan senyum kemenangan terukir jelas di wajah mereka.

Aldi dengan serius menatap lurus ke depan. Tangannya memegang erat karung beras yang menutupi hingga setengah tubuhnya. Ada lima orang yang bertanding menunggu aba-aba dari panitia. Jantung Aldi berdegup kencang, dia sangat gugup.

"Siap, 1...2...3." Hitungan ke tiga dia melompat dengan karung yang berada di tubuhnya.

Susah payah dia melompat, ternyata pemain di sebelah Aldi lebih mahir. Dia melompat lebih cepat melewati Aldi. Aldi yang tidak mau kalah akhirnya mempercepat gerakan lompatnya. Anggun yang melihat di sisi lapangan terus menyemangati kekasihnya itu.

Terus melompat hingga garis finish, Aldi harus puas dengan posisi tiga. Dia langsung terkapar di lapangan. Napasnya tersengal-sengal tidak karuan, lawannya sangat kuat. Beberapa saat kemudian, lelaki di samping Aldi alias si juara satu menghampirinya dan mengulurkan tangannya ingin menolong. Aldi yang masih mengatur napas mendongak ke atas, sinar matahari masuk ke matanya menutupi wajah jelas lelaki itu. Dia kemudian meraih tangan tersebut dan berdiri.

"Terima kasih." Ujar Aldi.

"Sama-sama." Ucap pria tersebut sebelum pergi meninggalkannya.

Dengan sendok di mulut, Tari bersiap untuk menaklukkan lawan-lawannya. Panitia kemudian memberikan kelereng yang diletakkan di atas sendok. Dia harus mencapai garis finish tanpa menjatuhkan kelereng tersebut. Dengan perlahan dan hati-hati Tari melangkah. Langkahnya sangat cepat sampai-sampai lawannya tertinggal. Namun sayang saat di tengah jalan Tari kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan kelereng tersebut. Dia kalah. Wajahnya terlihat kecewa.

"Rasya...Rasya...Rasya...," Semua orang bergemuruh meneriaki nama Rasya yang sekarang berada di tengah-tengah kolam ikan di samping sekolahnya. Dia duduk di atas satu kayu besar dengan memegang bantal. Lomba gebuk bantal ini adalah lomba satu lawan satu. Siapa orang yang jatuh terlebih dahulu maka dialah yang kalah. Orang yang di lawan Rasya adalah anak II IPA 1 alias kakak kelasnya. Tubuhnya tinggi besar, sedangkan Rasya memiliki tubuh kurus dengan tinggi yang standar.

Dengan wajah gugup dia memulai permainan dengan memukul lawan. BUG... Tapi sayangnya, sang lawan tidak bergeming sama sekali. Dia begitu kuat. Lawan itu kemudian menatap tajam Rasya, dilayangkan bantal tersebut untuk menggebuk Rasya keras dan dia hampir saja jatuh dengan sekali gebukan. Mata Rasya terbelalak lebar, dia terkejut sekaligus ciut. Nyalinya seketika mengecil bagaikan semut. Dengan seluruh kemampuannya, Rasya yang diteriaki oleh para wanita kembali menghantam lawan dengan bantalnya. Namun tetap saja lawannya tidak bergerak sedikitpun.

Rasya mulai panik, lawannya tersenyum ramah. Kemudian dengan lengan besarnya dia hantam Rasya dengan kekuatan luar biasa. Rasyapun seketika terjatuh dan tercebur ke kolam. Tubuhnya basah kuyup, dia menggeleng sambil tersenyum mengusap wajahnya yang basah entah tercampur apa. Kekuatan orang itu luar biasa. Seketika semua orang meledeknya dengan kata "WOO..." Rasya yang tidak punya rasa malu malah berpose tertawa tanpa menghiraukan hal tersebut.

Sore hari, sepulang sekolah. Faisal memberikan lomba untuk anak-anak, yaitu lomba makan kerupuk. Tali sudah diikat dan kerupuk sudah berjejer dengan rapih sesuai tinggi anak-anak. Aldi, Tari, Anggun, Zaki, Rasya dan Sammy saling bertukar pandang satu sama lain. Alis Sammy mengangkat satu menandakan kalau dia sudah siap untuk berkompetisi. Pada aba-aba ke tiga mereka langsung berusaha untuk melahap kerupuk yang bergerak kesana kemari tertiup angin. Faisal tertawa dengan puas saat melihat anak didiknya melakukan lomba dengan begitu antusias. Semangat mereka memang perlu diacungi jempul.

Zaki dengan jahil mencoba curang dengan menaikkan satu tangannya memegang tali. Baru dua suap tergigit, Tari yang mengetahui kecurangan tersebut langsung memukul Pundak Zaki.

"Aduh, apaan sih." Sahut Zaki.

Lihat selengkapnya