Hari yang ditunggu-tunggu datang juga, anak-anak sedang bersiap dengan pakaian dan riasan mereka. Faisal sungguh gugup dengan penampilan anak muridnya, dia berdiri di depan sebuah dinding kaca sendirian menenangkan diri. Dia berharap banyak dari anak-anak itu, semoga mereka bisa mengejar mimpinya. Ini akan menjadi pengalaman pertama mereka dalam berkompetisi.
Menarik napas panjang, Faisal yang berada di belakang pintu langsung meraih engsel dan membuka pintu itu dengan tegas. Tangannya menepuk beberapa kali, "Ayo...ayo...ayo. Semuanya sudah siap?"
Tari mengangguk. Faisal lalu melihat ke semua anak didiknya. Dari wajah mereka terlihat sekali kalau mereka sangat gugup. Mereka sudah berusaha sebaik mungkin, kalaupun kalah itu tidak akan menjadi masalah.
Mereka kemudian melingkar dan berkumpul, "Oke, ini adalah kompetisi pertama kalian. Dan apapun hasilnya itu urusan belakangan. Yang jelas kalian sudah berusaha dan memberikan yang terbaik. Sekarang, mari berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai." Faisal memimpin doa.
"Selesai." Lanjutnya setelah beberapa menit.
Faisal kemudian mengulurkan tangannya ke depan yang diikuti oleh yang lainnya. Hesti pun berada di sana untuk mendukung mereka. "LEMBAYUNG BIRU MUSIK." Teriak Faisal.
"OY." Hentakan suara membakar semangat mereka.
"Kita nomer berapa Pak?" Tanya Anggun.
"Lima."
"Gue deg-degan banget. Merinding." Ujar Zaki pada Rasya.
"Perut gue mules Ki." Sahut Rasya.
Sammy kemudian menghampiri mereka, "Kalian pasti bisa, kalian bisa." Ujarnya menyemangati teman-temannya.
"Saya takut." Tutur Aldi pada Anggun.
"Kenapa?"
"Kalau nanti saya mengacaukan pertunjukkan gimana." Ujarnya panik.
"Ssstt, kamu nggak boleh panik. Harus santai. Relax. Kamu harus yakin sama kemampuan kamu. Kita pasti bisa." Tutur Anggun yang dijawab anggukan oleh Aldi.
Faisal yang berbicara dengan Hesti sedikit menjauh dari anak-anak, "Saya gugup sekali. Huft." Ucapnya menghela napas.
"Tenang, kamu yakin kan dengan kemampuan mereka? Mereka juga sudah latihan keras, ingat. Percaya sama mereka."
Mendengar hal tersebut cukup membuat hati Faisal sedikit tenang, Hesti mampu memberinya rasa aman dan kepercayaan. Dia menatap wanita di depannya itu dalam sebelum akhirnya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
Di luar gedung satu jam sebelum acara di mulai, Tari berjalan menengok kesana kemari seperti mencari seseorang. Lalu dia tersenyum saat melihat Sandi yang telah menunggunya.
"Hei." Sapa Tari.
"Hai," Mata Sandi terbelalak melihat Tari yang begitu cantik dan anggun. "Waw, kamu cantik sekali." Tandasnya.
Tari tersenyum, "Kamu juga terlihat tampan." Sahutnya.
"Baju dan riasan sepertinya sangat menolong." Ledeknya.
"Hahaha, kamu benar." Tari lalu memegangi jarinya gugup, dan ternyata Sandi melihat itu.
"Kamu gugup?"