Zaki termenung menatap teman wanitanya, "Gue nggak bisa latihan. Ini sudah malam, sebaiknya lo pulang."
"Tapi kenapa? Kita semua butuh lo Ki."
"Gue lagi butuh waktu untuk sendiri, mungkin sementara waktu ini gue nggak bisa ikut latihan." Zaki tersenyum pahit pada Sasha, dia kemudian masuk ke rumah dan menutup pintu pagarnya dingin.
Sasha yang masih mencerna situasi tiba-tiba saja tersadar dari lamunannya, "Zaki, kita butuh lo." Teriak Sasha, "Nggak ada yang bisa menari sebaik lo. Lo penari terbaik kita, jadi datang dan kembalilah sama teman-teman lo yang sebenarnya. Gue akan nungguin lo." Ujarnya lagi sebelum akhirnya berbalik arah dan pulang.
***
Siang itu Faisal sengaja menunggu Hesti di depan sekolah tempatnya mengajar. Langit begitu cerah dengan angin berhembus kencang, Faisal duduk menikmati hembusan angin yang meniup seluruh kegusaran jiwanya. Beberapa menit kemudian Hesti keluar berjalan sendiri ingin pulang. Faisal tersenyum lalu mengikutinya dari belakang. Dia melangkah persis mengikuti langkah kaki Hesti yang berada di depannya. Hesti melompat, Faisal pun ikut melompat. Hesti berputar, Faisal juga berputar. Kemudian Faisal dari belakang mulai menyanyikan sebuah lagu (Menghapus Jejakmu-Peterpan). Wanita di depannya tetap tidak menyadari kehadiran Faisal di sana. Sedangkan Faisal menikmati waktunya mengamati Hesti dari jauh. Dia rindu dengan sosok wanitanya itu.
***
Rasya bersama teman-temannya sedang berjalan ke kantin untuk membeli makanan. Tiba-tiba dia melihat Tari sedang menikmati es tehnya sendirian. Rasya kemudian tersenyum senang.
"Eh, gue ke sana dulu ya." Tuturnya pada teman-temannya untuk memisahkan diri.
Dia menghampiri Tari perlahan dan duduk di depannya. "Sendirian?"
"Menurut kamu?" Jawabnya ketus. Rasya hanya terdiam mendengarnya.
"Saya senang kakak kembali ke studio." Ujar Rasya sebelum terdiam beberapa detik. "Kak, saya tahu kamu putus dengan Sandy. Dan saya lega sekali mendengarnya. Dia itu bukan pria yang baik. Dia hanya memanfaatkan Kakak."
"Jadi siapa pria yang baik? Kamu?" Tanya Tari.
"Saya memang tidak setampan atau punya kemampuan sebagus dia. Tapi saya tidak akan melakukan apa yang dia lakukan. Kakak berhak mendapatkan yang lebih baik. Jangan menutup diri kakak hanya karena seseorang. Banyak laki-laki baik di luar sana yang rela memperjuangkan sesuatu untuk kakak."
Seketika Tari melihat pesona dalam pada diri Rasya yang tidak pernah ia lihat selama ini. "Kenapa kamu begitu peduli dengan saya."
Rasya menghela nafasnya dalam, "Karena saya seorang laki-laki." Ungkapnya dengan mengedipkan satu mata sebelum pergi meninggalkan Tari. Seketika Tari pun tersipu malu.
***
Aldi yang mengendarai motornya bersama Anggun berhenti di depan studio. Kali ini mereka akan kembali latihan. Rasya yang juga berada di luar gedung meminum sodanya langsung bersiul saat kedua sejoli ini berjalan melewatinya. Aldi hanya tersenyum melihat temannya itu. Mereka kemudian masuk dan duduk di bangku yang masih kosong. Semua orang mengamati mereka, terutama Diana yang menatap dengan begitu sinis.
Tak lama berselang Faisal datang dengan wajah berbinar. Entah kenapa gurunya ini seperti sedang bahagia. "Sudah kumpul semua?" Tanyanya. Dia kemudian memindai semua orang dan Zaki masih belum hadir. "Zaki masih belum hadir?"
"Belum, dia sepertinya tidak akan latihan dalam beberapa waktu ini." Tutur Sasha.
Faisal terdiam sebentar nampak berpikir, "Oke." Dia lalu mengangguk dan melanjutkan pelajarannya. Faisal mengambil spidol dan menulis sesuatu di papan tulis. 'AFI VS IDOL', siapa yang pernah menonton acara ini?"
Tari langsung menaikkan tangannya, "Saya mengikuti Idol beberapa tahun kemarin, tapi AFI saya kurang tahu." Ucapnya.
"Bukannya kita masih terlalu kecil saat ada AFI. Mungkin masih bayi." Cetus Diana.
"Benar juga, kalian masih terlalu muda untuk tahu AFI." Ucap Faisal. Dia jadi merasa sudah tua.
Sammy lalu menaikkan tangannya, "Kakak saya sering menyetel penampilan-penampilan kontestan AFI. Saya kenal beberapa."
"Benarkah? Kamu tahu lagu kebangsaan mereka?"
"Menuju Puncak." Jawab Sammy.
"Yes. Ayuk Sam." Ajak Faisal yang mulai menari dan Sammy membuka nada dengan suaranya.
Kini mereka berdua di depan sambil bernyanyi dan menari lagu (Menuju Puncak-AFI). Teman-teman yang lainnya baru merasa kenal lagu ini setelah mendengarnya. Lagu ini pernah menjadi lagu paling hits saat acara kompetisi bernyanyi AFI sedang berlangsung, penggemar mereka begitu banyak. Faisal kemudian menari berbalik badan sambil menyatukan kedua tangannya dan menaruhnya di bawah pandangan Sammy. Sammy yang melihatnya langsung menepuk tangan Faisal sebagai tanda kekompakan mereka. Di akhir lagu semua anak-anak berdiri dan ikut menari di belakang mereka. Sammy dan Faisal sedikit tersengal-sengal saat lagu berakhir.
Selesai lagu tiba-tiba Sasha menyanyikan lagu (Kemenangan Hati-Dirly & Ghea), Faisal tersenyum mendengarnya. Bait kedua dinyanyikan oleh Aldi. Yang lainnya kemudian mengiringi mereka dengan hangat. Menari beriringan bersama-sama sambil menatap satu sama lain. Rasanya nostalgia luar biasa. Mereka tertawa lepas begitu bahagia berangkulan satu sama lain. Faisal sungguh terharu melihatnya.
***
Setelah selesai latihan Anggun dan Aldi tidak langsung pulang ke rumah. Mereka mampir dulu di sebuah Mall.
"Kita lomba ya, siapa yang paling banyak bisa masukin bola basket ini ke jaringnya. Maka dia yang menang." Tantang Aldi yang sedang bersama Anggun di sebuah Mall bermain Timezone.
"Siapa takut." Seru Anggun.
Mereka kemudian bermain bersama dan Aldi tidak mau mengalah. Mentang-mentang jago basket dia begitu bersemangat ingin mengalahkan Anggun.
"Ih, kamu nggak mau kalah banget ya."
"Biarin. Biar seru." Ucap Aldi.
"Oke." Anggun yang semakin tertantang akhirnya terus mencoba untuk menang.
Sampai mereka kehabisan tenaga, tapi yang menang tetaplah Aldi. Anggun ternyata tidak sanggup mengalahkannya.
"Puas hah?" Tanya Anggun.
"Puas dong." Tandas Aldi, dia kemudian mendekati Anggun dengan mata indahnya menatap mata Anggun begitu dalam tanpa ampun. Dengan senyum tipis Anggun yang mengerti maksud kekasihnya langsung mendorongnya menjauh.