Tanpa memperdulikan hal lain, Aldi berlari keluar gedung. Anak-anak yang lain heran melihatnya. Anggun hanya diam melihatnya.
"AL," Teriak Zaki yang ingin tahu kemana perginya temannya itu. Dia lalu menghampiri Anggun, "Si Aldi kenapa Nggun?"
"Gue juga nggak tahu." Tandasnya
***
Berdiri di depan rumahnya dengan tatapan tajam, Aldi melihat jelas bagaimana para polisi membawa ayahnya pergi. Tangan ayahnya dikunci agar tidak kabur. Berjalan di depan Aldi. Rosyid melihat jelasnya anaknya yang menatapnya dengan penuh kebencian namun juga kesedihan di saat yang bersamaan. Dia hanya bisa terdiam saat mata sang anak mengikuti kemana langkahnya pergi. Dia bersalah dan malu membuat anaknya melihat dirinya dalam keadaan seperti ini. Sampai mobil polisi pergi dan menghilang dari pandangannya, Aldi hanya berdiri kaku. Sejujurnya dia bingung harus berbuat apa. Walau bagaimanapun Rosyid tetap ayahnya dan jika dia dinyatakan bersalah, itu berarti Aldi akan menjadi anak dari seorang narapidana.
"Ma, kenapa papa bisa ditangkap?"
"Pak Rudi bilang kalau asisten papa melapor pada polisi karena telah dilecehkan di kantor."
"Dasar brengsek." Hardik Aldi kesal.
"Di, kamu harus tetap tenang. Tidak boleh ada yang tahu kalau kamu adalah anak dari Rosyid Subagya."
Aldi mengangguk, "Kita harus bisa lepas dari dia Ma." Ujar Aldi.
***
Faisal dan Nia kembali ke studio setelah semua acara selesai. Faisal hanya diam lemas tanpa banyak bicara. Nia yang melihatnya jadi iba.
"Sal," Panggil Nia.
"Saya gagal lagi Nia."
"Kamu tidak gagal Sal, kamu hanya belum beruntung. KIta sudah bekerja keras, tapi sekali lagi. Semuanya adalah kehendak yang diatas."
Faisal mendesah tak bergeming.
"Kita nggak boleh nyerah, kita harus terus semangat dan bekerja keras. Demi mereka semua." Ucap Nia sambil mengarahkan kepalanya pada foto Faisal dan anak-anak yang diambil saat mereka berada di Kota Tua kemarin. Melihat foto mereka, Faisal menarik napas pelan. Hatinya terenyuh melihat mereka.
Dia lalu menatap Nia dalam, lalu tersenyum tipis, perlahan namun pasti wajahnya mendekati wajah wanita di depannya. Bibir mereka terus mendekat hingga hampir tidak ada jarak. Namun tiba-tiba saja Nia menahan tubuh Faisal agar tidak mendekat. Telunjuknya lalu menyentuh hidung Faisal dan menamparnya pelan ke samping. Nia lalu menarik tangan Faisal sembari bernyanyi (Pertama-Reza Artamevia), Faisal hanya tersenyum mengikuti kemana arah Nia mengajaknya. Mata Nia begitu berbinar, dia benar-benar jatuh ke pelukan Faisal. Di tengah lagu, Faisal pun ikut bernyanyi. Mereka berduet bersama.
***
Pagi itu Anggun menunggu di Lobby Red Planet untuk menanyakan tentang kejelasan pengeluaran Singlenya yang sampai sekarang tidak ada kabar juga. Duduk sembari menunggu Ian datang, Anggun mengamati setiap orang yang masuk ke sana. Dia duduk sambil terus berpikir, singlenya harus bisa dipasarkan. Karena dia butuh itu untuk bisa masuk ke broadway. Setelah menunggu beberapa saat, datanglah Ian menggunakan jas abu-abu yang tidak dikancing, celana bahan hitam dan tas yang ia selempangkan di bahu. Melihat Ian datang, Anggun langsung menghampirinya.
"Pak Ian."
Ian sedikit terkejut melihat Anggun di sana, "Anggun." Sapanya sambil terus berjalan nampak tidak terlalu menghiraukan kehadiran Anggun.
Dari cara Ian menyapa, Anggun bisa merasakan ada sesuatu yang aneh. "Bagaimana kabar single saya Pak?" Tanya Anggun sambil terus mengikuti kemana langkah Ian pergi, "Ini sudah lebih dari 3 bulan dan saya belum mendapat kabar apapun."
Ian yang berjalan menuju ruangannya membiarkan Anggun masuk.
"Saya sudah 18 tahun sekarang."
"Duduk." Tutur Ian.
Anggun dengan patuh duduk di sofa berwarna hitam itu,
Ian terdiam nampak bingung bagaimana menyampaikannya pada anak SMA di depannya ini, "Begini Nggun, saya mohon maaf sebelumnya sama kamu. Sampai saat ini belum ada pemodal yang tertarik untuk mensponsori single kamu. Jika kami memaksa untuk melemparnya ke pasaran, saya tidak bisa menanggung apa yang akan terjadi." Tutur Ian.
"Lalu?" Tanya Anggun singkat.