Tari masuk ke kamarnya dengan begitu lelah, dilemparnya tas dan tubuhnya ke atas kasur. Dia hari ini lelah sekali harus les dan ikut latihan di studio Pak Faisal. Dia sudah berjanji pada ayahnya untuk bisa masuk universitas bagus jadi dia mau tidak mau harus bekerja keras. Ada PR juga yang harus ia kerjakan. Huft rasanya ia ingin menyerah, tapi keinginannya untuk bernyanyi begitu besar hingga mengalahkan semuanya. Tanpa ia sadari Tari pun tertidur pulas. Beberapa menit kemudian seseorang membuka pintu kamarnya dan mengintipnya pelan-pelan.
Yatno ternyata mengamati anaknya yang sedang tidur,
"Mas," Panggilan Laila seketika mengejutkan dirinya. Dia sontak menutup pintu kamar putrinya rapat-rapat.
"Ada apa?" Bisiknya.
"Itu kopinya sudah jadi, kamu nggak mau makan malam?" Tanya Laila.
"Iya sebentar." Yatno kemudian turun dan menyesap kopinya. "Sepertinya dia kelelahan."
"Tari?"
"Iya."
"Yah, dia banyak kegiatan makanya kecapekan. Kamu kan yang mengharuskan dia masuk universitas bagus."
"Iya, itu untuk masa depan dia juga. Lagian dia ngapain sih ikut paduan suara, kayak nggak ada kerjaan aja."
"Ingat kan kamu bertemu saya di mana?" Tanya Laila lembut. "Jangan terlalu keras sama anakmu. Dia kan ngikutin sifatmu juga."
"Kamu ini." Tutur Yatno sambil sedikit tersenyum yang dia tutupi dari istrinya.
Keesokan paginya, Tari yang baru datang ke meja makan langsung duduk meraih piringnya.
"Heh, sudah mandi belum?" Tutur Laila.
"Belum Ma, nanti aja. Saya capek banget semalem."
"Kamu ini jorok sekali." Ucap Yatno yang sedang membaca koran paginya.
"Biarin, oh ya Yah. Saya sudah memutuskan untuk masuk salah satu Universitas."
"Oh ya, Universitas mana? Jurusan apa?"
"ITB."
"Bagus bagus, mau ngambil jurusan apa?"
"Hmm, nggak tahu."
Yatno langsung terdiam seribu bahasa. Anaknya ini benar-benar.
"Hah, kamu ini. Cepat putuskan."
"Oke." Jawab Tari singkat sambil menyantap nasi gorengnya.
"Pelan-pelan toh Mas, biar dia milih sendiri."
"Yasudah, yang penting jelas." Tuturnya menutup percakapan.
***
Setelah pulang sekolah, Anggun sengaja menghampiri Aldi yang sedang membereskan bukunya.
"Saya mau bicara." Ujar Anggun.
"Nggun, saya sedang malas. Lain kali saja ya."
Anggun terdiam menatap Aldi tajam, "Saya tunggu di samping sekolah." Tutur Anggun yang langsung meninggalkan Aldi.
Aldi menghela nafasnya pelan, dia sedang banyak pikiran akhir-akhir ini dan Anggun malah membuatnya semakin pusing. Kemarin, Ibunya diminta polisi datang untuk meminta keterangan. Dia juga harus bolak balik untuk menyerahkan beberapa berkas. Belum lagi keluarga korban yang meminta pertanggungjawaban atas kasus tersebut lewat ibunya yang masih berstatus istri Rosyid. Keadaan sangat kacau kemarin. Setelah berpikir beberapa saat, Aldi yang tidak enak akhirnya menyusul Anggun.
"Ada apa?" Tanya Aldi.