Tari sekarang berdiri di depan para juri yang menatapnya dengan tatapan penasaran.
"Dengan Utari Dara Larasati, betul?"
"Iya betul." Tutur Tari.
"Berapa umur Kamu?"
"Umur saya 18 tahun." Ucapnya
"Mau bawakan lagu apa?" Tanya juri yang satunya.
"Sang Dewi dari Titi DJ."
Juri itu tersenyum, "Silahkan." Tuturnya.
Bernyanyilah Tari dengan penuh penghayatan dan percaya diri, Lagu Sang Dewi dari Titi DJ melantun dengan sempurna. Semua nada tinggi dia hajar dan untungnya tidak ada nada yang meleset. Dia sukses kali ini.
Juri bertepuk tangan dengan rasa terpukau, "Waw, suara kamu luar biasa. Kamu masih sekolah kan?"
"Ya, saya kelas tiga SMA."
"Gimana Ji," Tanya Anung pada orang di sebelahnya.
"Saya suka suara kamu. Sangat kuat dan berkarakter." Turur Aji.
Vera tersenyum, "Selamat kamu lolos masuk ke babak berikutnya." Ucap Vera mewakili ketiga temannya yang berada di sana.
"Terima Kasih." Ujar Tari dengan rasa senang yang memuncak. Dia berhasil lolos ke babak berikutnya. Dia lalu pamit dan keluar dari ruang audisi. Tari berhenti di depan pintu dengan Banner Audisi Penyanyi Berbakat Indonesia terpampang di belakangnya, acara itu merupakan ajang tahunan yang selalu diselenggarakan untuk mencari bibit-bibit baru penyanyi tanah air. Tari nekat melakukan audisi karena ingin membuktikan kemampuannya pada sang ayah. Dan juga, ini sebagai cadangan jikalau dia sampai tidak masuk ke Universitas. Dia harus memiliki rencana. Tersenyum dengan puas, dia melangkahkan kakinya keluar.
***
Hari ini di Sekolah Anggun masih tidak bicara pada Aldi. Selama beberapa hari mereka diam tanpa kata. Bertukar pesan pun tidak. Aldi juga mengabaikannya di Sekolah entah kenapa.
"Lo kenapa sih?" Tutur Lala menepuk bahu Anggun.
"Eh, kenapa?"
"Lagi berantem sama Aldi ya? Lo ngeliatin dia terus dan kalian gue lihat tidak berbincang selama beberapa hari."
"Biasalah La, namanya pacaran pasti ada berantem. Eh PR fisika lo udah? Nyontek dong gue. Haduh gue pusing banget belajar fisika, nggak ngerti gue."
"Ah lo mah, apa sih yang ngerti. Fisika, MTK, Kimia. Semuanya ngeliat gue. Yang lo tahu cuma nyanyi dan pacaran." Ledek Lala tersebut.
"Hahaha, tahu aja lo. Tapi bahasa Inggris gue lumayan kan."
"Iya deh iya."
Saat sedang berbincang tiba-tiba teman di belakang mereka bergosip tentang Bu Hesti.
"Eh, gue lucu deh. Tadi kan gue ke ruang guru untuk minta hasil ujian. Eh mereka lagi ngomongin soal Bu Hesti yang katanya gagal nikah." Tutur Dila bicara pada teman di sampingnya.
"Masa sih? katanya udah mau sebar undangan." Jawab Priska.
"Iya itu juga baru gue denger sih. Entah benar atau nggak."
Anggun yang menguping pembicaraan mereka jadi ingin memberikan informasi ini pada seseorang. Lalu tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, pesan masuk datang dari sang Ayah.
"Bapak kangen, kamu bisa bertemu setelah pulang sekolah?" Tanya Warso.
"Bisa, di kafe dekat sekolah ya Pak." Jawabnya.
Dia kemudian menarik napas dan kembali mengobrol dengan Lala.
***
Seperti yang diminta Warso, Anggun datang ke kafe dekat Sekolahnya. Ayahnya sudah menunggu di sana.
"Kamu mau makan apa?"
"Nggak usah Pak."
"Eh, jangan gitu. Bapak sanggup kalau hanya membelikanmu es." Warso lalu menatap mata anaknya, "Es Milo mau ya?" Tanya Warso.
"Boleh." Jawab Anggun pelan.
Keadaan canggung diantara mereka berdua, Anggun menyesap minumannya perlahan.
"Kamu masih berhubungan dengan Aldi."
Anggun sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, "Masih." Ucapnya pelan.
"Bukannya Bapak melarang, tapi dia sepertinya bukan anak yang baik." Ucap Warso.
Anggun tersenyum, "Bapak tidak perlu khawatir, Aldi anak yang baik. Dia hanya..."