Ekspresi

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #29

Malam Tahun Baru

Mereka berakhir dengan memasak bersama membakar hidangan laut dan ayam. Para perempuan bagian membereskan dan meracik bumbu. Para lelaki bertugas membakar dan menghidangkan makanan. Faisal tentu ikut membakar makanan. Hanya satu orang yang belum datang hari itu. Yaitu Tari. Dia sepertinya masih ada pertunjukkan yang harus dilakukan. Mereka bersama-sama seperti keluarga merayakan tahun yang akan berganti.

Faisal begitu bahagia saat melihat mereka datang, itu artinya mereka masih peduli dengan grup paduan suara yang ia bangun. Juga pertemanan mereka bukan hanya pertunjukan, tapi memiliki arti lebih. Mereka sibuk menyiapkan makanan untuk dihidangkan. Rasya kemudian mengambil terompet yang sudah disiapkan Faisal di dalam gedung. Mengambil terompet itu dengan percaya diri, Rasya melangkah keluar. Dia terhenti di depan pintu saat melihat semua teman-temannya bekerja gotong royong saling membantu. Dia jadi terharu. Lantunan lagu kemudian mulai terdengar, Rasya tiba-tiba saja membawakan lagu (Ingatlah Hari Ini - Project Pop).

Semua orang sontak menoleh mendengar Rasya, Anggun lalu tersenyum dan meneruskan intro yang selesai dinyanyikan Rasya. Anggun meraih kotak berisi terompet tersebut dan mengajak Rasya melangkah untuk kembali bergabung. Anggun kemudian menyerahkan kembali kotak tersebut pada Desi yang membuatnya melanjutkan bait berikutnya. Desi meletakkan kotak tersebut dan semua orang mengambil terompetnnya masing-masing. Bagian Reff, mereka bernyanyi bersama sambil bermain terompet. Semuanya tertawa dan bahagia bersama.

Tepat setelah lagu selesai, Tari datang dengan wajah bingung. Dia merasa tidak enak hati dan takut kalau-kalau teman-temannya yang lain tidak akan menerimanya kembali. Dia terdiam saat yang lain berhenti melakukan kegiatan dan menoleh ke arahnya. Mereka saling terdiam untuk beberapa saat, dan itu membuat Tari begitu canggung dan gugup. Zaki kemudian tersenyum dan melangkah mendekati temannya itu. Dengan senyum manisnya, dia mengulurkan tangannya mengajak Tari untuk bergabung bersama. Tari pun tersenyum lega dan menerima uluran tangan Zaki dengan sangat baik.

Tahun pun berganti, mereka semua meniup terompetnya dengan kuat dan penuh semangat. Rasanya seperti kembali ke rumah. Anggun mencuri pandang ke arah Aldi. Begitu pun sebaliknya. Aldi melirik malu ke arah Anggun. Mata mereka pun bertemu. Aldi tersenyum begitu manis pada wanita di sampingnya itu. Gayung pun bersambut, Anggun tersenyum ramah pada Aldi, membuatnya tersipu sekaligus terpesona.

Mereka pun kembali ke tempat duduknya masing-masing, Sammy mengamati Anggun yang tersenyum sendiri tanpa sebab. Begitu juga dengan Aldi, yang tampak berseri malu.

"Terima kasih, kalian semua sudah mau datang." Tutur Faisal.

"Kita semua kangen sama suasana latihan." Ujar Zaki, dia lalu melirik ke arah Tari, "Kecuali yang itu itu tuh." Sindirnya pada Tari.

"Oh ya, bagaimana kompetisi kamu?" Kini Faisal jadi penasaran dengan anak didiknya yang satu ini.

Tari terdiam sambil menatap mata teman-temannya yang sepertinya sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban darinya.

"Saya gagal," Tuturnya lemas, "Maaf saya datang terlambat, mereka baru selesai mengumumkan peserta yang masuk ke babak selanjutnya."

Seketika suasana jadi berubah sedih, haduh pertanyaan Faisal malah merusak suasana.

Anggun yang mengerti langsung menyambar, "Nggak apa-apa, namanya juga kompetisi. Harus semangat, gue yakin suatu saat lo pasti akan mampu mewujudkan cita-cita lo." Tuturnya.

Zaki juga jadi tidak enak, dengan wajah serba salahnya dia memberanikan diri bicara, "Bener tuh, hmm... lo nggak usah takut. Banyak cara supaya lo bisa tembus jadi penyanyi."

Rasya yang mendengarnya mencoba untuk menghibur, dia menghampiri dan meraih pundak Tari, "Kakak pasti bisa, kita tahu siapa kakak. Dan kakak pasti akan berhasil." Tuturnya penuh semangat.

Dan seketika saat itu juga, sentuhan tangan Rasya yang begitu hangat membuat Tari tersentuh. Hatinya bergetar, Rasya tiba-tiba menjadi sosok dewasa yang membuatnya jatuh hati.

Faisal tersenyum, "Tari, kamu beruntung punya teman-teman seperti mereka. Saya yakin kalau kamu bekerja keras, tidak ada yang tidak mungkin." Ucapnya begitu dalam.

Wajah Anggun tiba-tiba berubah terkejut melihat sesuatu di depan matanya, dia kaget dan tak percaya. Matanya kemudian menatap mata Fasial.

"Kenapa?" Tanya Faisal yang heran melihat muridnya itu.

"Bu Hesti." Bisik Anggun.

Faisal langsung menoleh dengan cepat, dia juga kaget Hesti bisa berada di sana.

"Hesti?" Tanya Faisal bingung.

"Hmm..." Ujarnya ragu-ragu sembari menyatukan kedua tangannya, "Saya boleh bergabung."

Senyum lebar keluar dari wajah manis Faisal, "Tentu." Tuturnya.

***

Setelah semua acara selesai, kini tinggal Hesti dan Faisal berada di luar gedung sambil menikmati teh hangat mereka.

"Kamu sungguh luar biasa, impianmu kamu kejar dengan keras." Tutur Hesti.

"Tapi saya bangkrut, ya mungkin itu adalah pengorbanan yang harus saya lakukan. Anak-anak hampir saja berhenti. Mereka baru berkumpul lagi sekarang."

"Huft," Hesti mendesah, "Sal,"

"Iya."

Tiba-tiba saja Hesti menangis, membuat Faisal terkejut.

"Hes, kamu kenapa?" Tanyanya.

"Saya nggak tahu harus bicara dengan siapa lagi."

"Kamu bisa bicara sama saya."

"Ayah sakit keras." Tuturnya lemah, tangisan langsung pecah begitu saja.

Faisal menarik nafasnya dalam, "Jadi seperti ini?" Ucapnya dalam hati. Dia yang tidak tega langsung menghampiri dan memeluk Hesti. Dia menangis tersedu-sedu di pelukan Faisal.

Lihat selengkapnya