Ekuilibrium

BOne
Chapter #1

Prolog

Aku tenggelam dalam insecurities yang semakin lama semakin menggerogotiku. Dalam bayang-bayang para insan yang meremehkanku. Diselimuti kesedihan dan ketidakadilan bahkan mendapatkan perlakuan ganda dari berbagai manusia, berbagai karakter ... tapi, tatapan mereka tetaplah sama. Tatapan yang seolah mengatakan bahwa aku bodoh, aku tak berguna, aku adalah penghambat dalam suatu kelompok. 

Tak ada yang mendukungku. Bahkan orang-orang terdekatku tak ada yang mempedulikanku. Dingin. Semuanya terasa dingin dan gelap. 

Dalam kesendirian ini aku teringat pada seorang lelaki berumur 70-an dengan surai yang kian menyatu dengan putihnya uban yang muncul. Aku teringat kata-katanya kala itu. "Sok coba puasa pikiran. Kosongkan pikiran kamu dari pikiran-pikiran negatif. Hati téh tenang geura." Aku mencoba untuk mengikuti kata-katanya. Mengosongkan pikiran layaknya meditasi dan sekedar menenangkan hati. Namun hal itu tak kunjung memberikan hasil. 

Aku berjalan dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir di pipiku. Aku tak peduli air laut ini akan menerjangku dan menenggelamkanku sebelum aku sampai di tengah lautan. Di tengah hamparan air yang membentang begitu jauh, aku sungguh berharap kehidupan yang tidak adil ini dapat berhenti. Aku begitu putus asa. Aku sudah lelah menangis tiap malam hingga nafsu makan semakin hari semakin hilang. 

Lihat selengkapnya