Ekuilibrium

BOne
Chapter #14

Lensa dalam Air 5

Aku menatap Nero. Ia tersenyum menambah ketampanan pada wajahnya. Tangan Nero bergerak, mengelus pipiku. Ia seperti menungguku membuka suara lebih dulu. Aku menunduk, mencoba memastikan pada diriku sendiri bahwa Nero pasti akan menerima tawaranku.

“Sayang, soal pesan yang kamu kirim saat itu...sejujurnya aku masih tidak paham kenapa kamu bersikap egois dan memintaku untuk memilih salah satu di antara menari atau kamu. Tapi, aku punya permintaan dalam kedua pilihan itu.” Aku memerhatikan perubahan ekspresi Nero. “Aku ingin melanjutkan studiku sebagai mahasiswa tari. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatanku untuk mendapatkan ilmu seni tari yang di mana penerus warisan budaya ini semakin menurun. Aku akan menggali semua warisan budaya dalam seni tari yang mungkin saat ini sudah sangat minim dijumpai atau bahkan sudah tidak ada sama sekali. Aku akan mewariskan hal ini pada anak-anak muda di masa depan. Aku tak mau melewatkan kesempatan ini.”

Nero mengangguk, tapi ia terdiam cukup lama. Entah apa yang sedang berkecamuk dalam pikirannya. Yang jelas, aku berharap mendapatkan jawaban serta dukungan penuh dari Nero. Jika Nero tidak mendukungku, aku tidak tahu harus mencari ke mana lagi untuk mendapatkan dukungan yang tak seberapa itu.

“Kalau menurutmu hal ini penting, aku bisa maklumi. Tetapi, apa kamu bisa tidak andil sebagai penari di atas panggung?”

“Itu tidak mungkin, Nero. Bahkan untuk UTS dan UAS pun kami selalu mengadakan pertunjukkan. Bagaimana aku bisa dapat nilai jika aku saja tidak mengikuti UTS dan UAS? Bukankah itu sama saja dengan buang-buang uang untuk biaya kuliahku? Aku memang orang yang materialistis karena aku berasal dari keluarga yang bisa disebut kurang mampu. Jadi, jika pada akhirnya aku membuang uang secara sia-sia itu akan sangat menyakitiku.”

Nero menghembus napasnya kasar. “Baiklah, lanjutkan saja apa yang sudah kamu mulai. Kamu harus berjanji padaku, hanya sampai kamu lulus saja.”

“Bagaimana kalau setelah lulus aku ikut dalam satu pertunjukkan lagi, dan setelah itu aku akan berhenti menjadi seorang penari yang tampil di atas panggung. Aku akan menjadi sebagai pengajar untuk mewariskan ilmu yang kudapat.”

Aku berusaha untuk membujuknya, karena jika tidak aku akan merasa sia-sia sudah berkuliah sebagai mahasiswa jurusan seni tari. Akan tetapi hal ini adalah risiko dari keterikatan hunganku dengan Nero. Pasti ada satu hal yang menjadi pemicu perseteruan di antara sepasang kekasih. Dalam kasus kami bukanlah perseteruan yang hebat, tapi selisih di antara kami membuatku merasakan jarak yang menimbulkan rasa tidak nyaman.

Lihat selengkapnya