Dalam beberapa hari, para siren berhasil melalui proses penyembuhan melalui penawar dari Angkawijaya. Namun, ada beberapa siren yang justru mengidap penyakit yang sukar untuk disembuhkan. Ada beberapa laporan yang diterima oleh Eldric sebagai pemimpin, salah satunya adalah Lysanderis—adik Eldric—yang mengidap rasa sakit pada sebelah matanya, ia juga kehilangan kemampuannya dalam memanipulasi pikiran seseorang yang merupakan ciri khas dari seorang siren.
Mencegah kekacauan antara kaum daratan dan kaum lautan, akhirnya kedua belah pihak membuat perjanjian untuk menjaga stabilitas dunia dan tidak mengganggu masing-masing entitas, serta menjaga wilayah mereka dengan baik. Mereka melakukan ritual sumpah dengan mengikuti budaya masing-masing. Eldric mengetuk dua kali dahi Angkawijaya dengan jarinya, sementara Angkawijaya menyayat telapak tangannya beserta telapak tangan Eldric yang diselaputi oleh sirip tipis. Mereka lantas menyatukan tangan mereka yang telah disayat dan mengucapkan isi perjanjian mereka. Di bawah cahaya rembulan serta suara debur ombak yang ada di sekeliling mereka, cahaya yang menyilaukan mata bersinar dari kedua tangan yang disatukan, membentuk sebuah ikatan takdir dalam ikrar suci yang abadi.
Setelah perjanjian yang disaksikan oleh beberapa perwakilan dari masing-masing wilayah, Angkawijaya mencari siapa pelaku yang menjadi pemicu adanya kekacauan atas perintah dari Sang Raja. Berdasarkan petunjuk yang ia dapatkan, yaitu darah yang mengalir di lautan sana, ia lantas berspekulasi bahwa pelakunya pasti membunuh seseorang di laut. Dari situlah ia dan beberapa orang yang menangani kasus ini mencari perahu, kapal, atau jenis kendaraan lainnya yang dapat berlayar ke laut. Mereka sengaja tidak mengumumkan pencarian ini karena bisa saja bukti yang mereka butuhkan malah dihilangkan atau dibersihkan oleh pelaku setelah mendapatkan kabar ini.
Beberapa hari mencari, mereka menjumpai sebuah sampan dengan darah kering berbau sangat amis menempel di buritan. Dengan cekatan mereka mencari tahu siapa pemilik sampan itu. Namun, informasi yang mereka dapatkan adalah sampan itu milik seorang nelayan yang menghilang selama beberapa hari. Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang nelayan yang menghilang itu adalah seorang korban dari pembunuhan serta pemicu adanya kekacauan yang berakibat banyaknya korban berjatuhan.
Membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka mendapatkan kabar dari istrinya bahwa sebelumnya Sang Nelayan bertengkar dengan seorang laki-laki tak dikenal. Ia menyebutkan ciri-ciri laki-laki tersebut yang memakai baju seorang prajurit: baju rangkap dan ikat pinggang sebagai penyimpan senjata. Potongan teka-teki yang bermula berserakan kini mulai tersusun satu per satu. Mereka dengan cepat mencari potongan teka-teki yang hilang hingga ke seluruh penjuru tempat. Prajurit yang memberontak itu tak sulit mereka temukan keberadaannya. Pada akhirnya ia mendapatkan hukuman mati, melihat dari kasus yang ia sebabkan dapat dikatakan cukup parah dan menimbulkan banyaknya korban yang berjatuhan.