Ekuilibrium

BOne
Chapter #25

Tarian Sang Bahasa Jiwa 6

Seperti keajaiban yang datang secara tak terduga, Elias menghentikan mobil yang berlaju sangat kencang dengan kumpulan air hujan yang ia bentuk menyerupai tembok. Mobil itu menghantam kumpulan air. Dalam detik itu pula mobil yang terkena air itu berubah menjadi es yang tebal sehingga mampu menghentikan mobil itu. Aksi yang dilihat oleh banyak orang itu menjadi tontonan. Mereka terpukau dengan apa yang mereka lihat. Sesuatu yang tak nyata.

Sang Pewaris itu seperti mengetahui apa yang akan terjadi pada Aluna. Keterikatan antara dirinya dengan gadis rapuh itu membuatnya seperti sosok penjaga bagi Aluna. Namun, tujuan utama Elias bukan untuk melindungi Aluna, melainkan untuk menjaga alam dari manusia-manusia kotor yang kehilangan akal dan adab. Ia membutuhkan Aluna untuk menyeimbangkan dunia. Elias berkata dengan tegas pada Aluna, ia harus tetap hidup, sekarang bukan saatnya bagi Aluna untuk meninggalkan dunia ini.

Tak mau menjadi bahan tontonan, Elias lantas bernyanyi dengan suara air hujan yang menjadi pengiring musiknya. Ketika suara nyanyian itu masuk ke dalam rungu mereka, Elian memanipulasi ingatan mereka. Apa yang mereka lihat tadi seperti hanya melihat mobil yang hampir tergelincir di jalanan yang basah dan licin ini. Elias menyentuh es yang berada di bagian depan mobil itu yang langsung mencair seperti ember tumpah pada yang sering dijumpai di taman air atau waterpark.

Dari semua yang telah dilalui oleh Aluna dan Elias, usaha mereka masih jauh dari kata selesai. Ada tujuan selain pertunjukan untuk memengaruhi masyarakat yang belum mereka lakukan. Yang sudah mereka lakukan hanyalah sebagian kecil saja. Elias baru mengetahui kabar bahwa samudera yang menjadi tempat tinggalnya terkena dampak dari limbah industri yang baru saja dibangun. Lagi-lagi manusia mencari masalah dengan terus mengotori Bumi ini tanpa sadar dampak yang akan mereka terima sebagai balasannya.

Banyak sekali industri berperilaku seperti iblis yang menyamar menjadi manusia. Mereka tak memikirkan solusi secara serius, tak memikirkan bagaimana keadaan alam setelah membuang sampah limbah ke laut. Mereka tidak memikirkan hal yang akan berguna untuk masa depan. Mereka hanya berperilaku seperti manusia bodoh yang hanya memikirkan bagaimana harus menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat akibat tekanan dari perusahaan.

Lihat selengkapnya