Ekuilibrium

BOne
Chapter #29

Tarian Sang Bahasa Jiwa 10

Kepercayaan diriku seketika sirna setelah kebakaran yang melanda banyak gedung dan rumah itu terjadi. Aku tidak mengerti mengapa gedung tersebut bisa terbakar hebat dan merambat cukup jauh. Gedung sebesar itu jika hanya ada satu orang yang melakukan kesalahan seharusnya tidak sampai mengakibatkan kebakaran yang sangat besar. Bahkan sampai-sampai langit di atas gedung pun ikut menyala menyaksikan kejadian tersebut. Aku hanya membayangkan bagaimana jika penduduk yang ada di sekitar sana tidak bisa keluar atau tidak ada yang menyadarinya, mereka semua akan terjebak dalam kekacauan dan ikut dilahap oleh api yang mengganas.

Aku dihantui ketakutan yang sangat menyiksa. Aku tak kuat membayangkan bagaimana jika penduduk di sana tertimpa puing-puing gedung yang keras itu. Aku tidak sanggup membayangkannya. Bahkan setelah aku membayangkan hal itu, api sedikit demi sedikit menyebar ke kawasan padat penduduk. Walaupun Elias berusaha memadamkannya, tapi api tersebut semakin menyebar. Bayangan yang terbesit dalam benakku terjadi. Puing-puing gedung jatuh dan merobohkan gedung-gedung di sebelahnya.

Aku tak bisa terus-terusan berlarut dalam pikiran yang tak karuan ini. Aku tidak bisa berdiam diri lagi, dan membiarkan orang-orang menderita. Aku segera berlari ke kawasan padat penduduk itu. Aku berlari sekencang-kencangnya sembari aku berdoa supaya tidak ada korban yang tertimpa puing-puing tadi. Semoga tidak ada korban jiwa yang mendapatkan luka yang serius.

Semampainya aku di sana, aku melihat kakek-kakek yang berusaha keluar dari rumah, lalu menjauh dari kebakaran gedung. Aku segera membantunya untuk mengantarkannya ke tempat yang lebih aman. Setelah dirasa aman, aku kembali mencari orang-orang yang masih kesusahan untuk melarikan diri dari kebakaran. Aku berkeliling di tempat yang masih rawan terkena dampak puing-puing gedung.

Lihat selengkapnya