Ekuilibrium

BOne
Chapter #31

Tarian Sang Bahasa Jiwa 12

Langit gelap malam ini berubah menjadi langit merah yang dipenuhi asap tebal. Bencana yang baru saja kulihat ini begitu menyesakkan. Kepulan asap itu melayang, naik ke atmosfer Bumi yang semakin menipis di tiap tahunnya. Asap itu bercampur dengan uap air di udara. Asap yang menguar ke segala arah menyesakkan pernapasan manusia yang di sekitar sini. Aku diam melihat mereka merasakan penderitaan yang juga dialami oleh para siren, kaum lautan yang mendominasi perairan laut dalam yang memiliki akal seperti manusia. Manusia-manusia itu berteriak ketakutan, air mata berjatuhan membasahi tanah tandus. 

Aku turun tangan dalam membantu menghentikan kebakaran yang tak berhenti berkobar. Aku memanfaatkan air yang tersimpan di dalam gedung dan juga rumah-rumah. Kumpulan air itu kusiramkan ke berbagai penjuru yang membuat sebagian kecil api berhaasil kupadamkan. Aku berusaha untuk mengumpulkan air lagi untuk kusiram dalam kedua kalinya. Namun, aku tidak merasakan air di sekitarku. Aku membutuhkan banyak bantuan untuk mengalirkan air dari jarak jauh menuju tempatku berpijak.

Kehadiran para siren sangat dibutuhkan olehku saat ini. Aku memejamkan mata, memegang dadaku dan berucap, “Aku Elias Azure, Sang Pewaris Kerajaan Night Azure. Memanggil kalian, sekelompok siren yang tinggal dalam Samudera Hindia untuk membantuku dalam menghentikan bencana yang dialami kaum daratan, demi menjaga keseimbangan.”

Sesaat setelah aku memanggil para siren untuk membatu, mereka datang dan menyebar ke seluruh penjuru area yang terbakar. Kami bekerja sama dalam menghentikan kebakaran yang dampaknya bukan bagi kaum daratan saja, tapi kami kaum lautan juga akan mengalami dampak tersebut. Beberapa siren bertugas mengaliri air ke beberapa titik, sementara sisanya membantuku untuk memadamkan api yang justru semakin membesar.

Tak lama setelah para siren membantuku, beberapa pemadam kebakaran datang dan melakukan tugas mereka. Kulihat, orang-orang berseragam tebal itu masuk ke dalam gedung dan rumah para penduduk sembari membawa selang di tangannya. Dalam kerja sama ini, kupastikan kebakaran yang awalnya tak mudah untuk dikendalikan akan berhenti dan menyurut. Namun, spekulasi itu dipatahkan ketika satu ledakan besar terjadi. Akibatnya rumah-rumah yang semula aman malah terkena percikan api yang begitu pekat, dan langsung melahap semua benda di sekitarnya. 

Dalam kebakaran yang dahsyat ini aku berpikir bahwa setidaknya lebih dari 300 rumah beserta gedung di sekitar, hangus terbakar. Hal ini membuatku berpikir, cara biasa untuk memadamkan api ini tidak akan berhasil dengan mudah. Seperti mendapatkan tekanan untuk bergegas memadamkan api tersebut membuatku tergerak untuk mencari cara lain untuk menghentikan kekacauan parah ini.

Lihat selengkapnya