Sebulan sebelumnya
Universitas Trisakti adalah satu-satunya universitas swasta yang didirikan oleh pemerintah pada tanggal 29 November 1965 melalui keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu pengetahuan. Kampus itu terletak di jalan S. Parman No. 1 Kampus A , Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat.
Pagi yang senggang menyelimuti kampus dengan angin yang berhembus menyapa para mahasiswa yang mulai memasuki area kampus dan berjalan menuju fakultas masing-masing.
Frankie berlari dari parkiran begitu melihat sahabatnya Elang di jalan.
“Hei Bro, senyum kenapa? Takut banget senyum? Takut makin banyak fansmu ya?”
“Kau ini, pagi-pagi sudah bercanda. Aku mengingat materi untuk presentasi. Kau lupa bulan depan kita ujian sudah?”
“Wahh Lang kenapa kau mengingatkan aku pada hal itu. Aduh tugasku dari Bu Jeli belum siap, Kau?”
“Sedikit lagi sih, aku minta saran papa dan mama untuk konsepnya. Aku rasa bangunan kantor untuk perusahaan desain mestinya tak biasa bukan?”
“Kau benar juga, boleh aku sunggah untuk lihat idemu? Aku janji gak bakalan nyontek haha.”
“Boleh saja mama pasti senang melihatmu. Nanti aku sms mamaku dulu.”
“Nah itu, mamamu memang selalu TOP deh. Oh ya tuh lihat.”
Frankie menunjuk seorang gadis manis berambut panjang yang melintas dengan temannya.
“Kami duluan Elang,” seru gadis bernama Jehan itu.
Elang tersenyum kecil dan mengangguk. “Ya silakan.” Lantas kedua teman Jehan trrtawa malu menggoda gadis itu.
Frankie yang melihat hanya senyam-senyum sebab tahu sahabatnya tengah kasmaran, meski belum resmi Elang dan Jehan tampak saling suka dan banyak teman mereka yang tahu.
“Ehm ... Ehm.” Frankie membangunkan Elang dari hayalannya.
“Kau ini!!”
“Itulah, kau heran aku kira dulu kau hanya fokus pada blueprint, lukisanmu dan jugaibadahmu, ternyata kau bisa juga begini,” goda Frankie.
“Ada yang salah? Kami tidak pacran kok.”
Keduanya mulai berjalan memasuki gedung. Beberapa teman mereka mulai menyapa Dan mereka sesekali bersenda gurau.
“Okelah kau bilang kalian tak pacaran, tapi aku dengar bulan depan dia mau ultah loh.”
Elang lamtas berhenti.
“Kenapa Lang?” Frankie keheranan.
“Kenapa bulan depan banyak sekali hal ya?”
“Nah apa kau dengar desas-desus dari ruangan HMJ ( Himpunan Mahasiswa Jurusan)?” Frankie beebisik pelan.
“Aku sudah dengar, soal ke senayan kan?”
“Wahh cepat juga kau dapat info, iya itu persis tanggalnya kira-kira sebulan lagi. Menurutmu mereka yang diatas akan mendengarkan kita?”
Elang melanjutkan langkah dan Frankie mengejarnya.
“Kita memang tak tahu hasilnya bagaimana kau dan aku juga sama bukanlah orang yang suka ikutan aksi atau ikut organisasi bukan? Namun tampaknya ini keputusan senat dan semua dosen serta rektor setuju. Kita sebagai keluarga besar Trisakti harus mendukung semua tujuan baik bukan?”
Akhirnya keduanya tiba di kelas. Dosen mereka belum tampak meski waktu telah lewat hampir 10 menit.
“Baiklah, kau benar, barangkali kelak karena hal itu nasib rakyat kita kita ini akan diprrtibangkan. Kalau krisis moneter berakhir, ekonomi membaik maka kemungkinan kita untuk berhasil di masa depan terbuka bukan?”
“Harapannya begitu, tetapi Frankie, soal masa depan dan kehidupan serta kematian tak ada yang tahu. Aku tak mau bermimpi muluk untuk sebuah masa depan yang tak pasti, aku hanya ingin ikut beepartisipasi melakukan apapun yang ku bisa untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini. Itu saja.”
“Kau selalu membuatku kehabisan kata. Kau Sob jangan bicara seolah kau akan mati sebentar lagi. Itu membuatku merinding membayangkanhnya.”
“Kita tak pernah tau kapan jantung ini akan beehenti berdetak, namjn harapannya adalah kalaupun itu tak lama lagi semoga itu adalah akhir yang indah bagaimanapun akhirnya.”
“Sudah ah aku tak mau dengar lagi. Kau dan aku akan menua kita punya keluarga dan bersahabat hingga tua.”
“Aku juga ingin begitu hanya takdir bukabya sesuatu yang bisa ditawar Frankie. Aku hanya mau kau tahu itu.”
Frankie terdiam dan mengangguk, hatinya terasa sembilu membayangkan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi.
“Apapun yang menanti di depan biarlah Lang selagi kita hidup maka kita harus hidp dengan baik dan bahagia.”
“Nah begitu, kau ngerti. Jalan hidup bisa saja tak terduga, dan kita harus siap menerima apapun yagn menanti di depan sana.”
“Iya aku paham, paham, hanya aku harap hari dimana aku akn kehilanganmu itu takkan terjadi. Aku mungkin takkan selamanya bertemu sosok sepertimu lagi Lang,sungguh, aku tak yakin bisa ada yang sebaikmu.”
“Kau berlwbihan Frankie.” Kini pemuda beemata sendu itu tertawa kecil, disusul tawa renyah dari Frankie.
“Aku tak merasa begitu Lang, aku serius tak mudah menemukan sahabat sebaik kau, sungguh, dan aku harap persahabatan kita akan sampai ke jannah kelak.”
“Aamiin, dengaren kau bahas agama.”
“Haha maaf Pak ustadz kan ajaran bapak ini, aku jadi tercerahkan makasih banyak.”
“Sama-sama Nak,” balas Elang menanggapi.
“Pak ustad jangan lupa bilang ke mamanya Pak Ustadz saya mau singgah sepertinya.”
“Aman Mas Frankie tenang saja.”
“Aku merasa sungguh tua dipanggil Mas.”
“Kau memang sudah tua Mas Frankie. Haha.”
“Ya ampun Tadz, baru juga 20 tahun, masih juah, ustadz itu kali sudah tua,” ejek Frankie menimpali.
Elang hanya menggeleng dan saat itulab dosen mereka tiba tanda percakapan pagi itu harus berakhir dan beeganti pelajaran mata kuliah.
****
Frankie sudah lebih dulu menunggu Elang di parkiran saat sahabatnya itu muncul.
“Apa sudah selesai? Apa saja kata ketua kelas? Kenapa kau lama sekali. Ayolah aku sudah tak sabar mencicipi masakan mamamu itu.”
Elang hanya tersenyum dan tertawa kecil.
“Maaf tadi Bayu bilang semua tugas harus rampung sebelum ujian, apa semua tugasmu sudah selesai?”