Elang & Tragedi Trisakti 98

Siska Indah Sari
Chapter #6

Kado yang Tak Pernah Diberikan


Elang menatap dari kejauhan gadis manis yang sudah menambat hatinya sejak setahun terakhir namun ia belum berani mengutarakannya meski mereka semakin dekat satu sama lain.

“Baru datang?” sapa Elang dengan senyum manisnya.

Gadis itu tersenyum manis dan mengangguk. “Iya, dengaren sendirian Frankie mana?”

“Oh, dia agak telat ada urusan. Mau bareng ke dalam?”

“Boleh.” Meski tanpak malu namun Jehan jelas menyambut diringa untuk dekat dengannya.

“Oh ya hari minggu mau main ke rumah gak?” tanya Jehan.

Seketika Elang terdiam. “Minggu ini? Bertemu orang tuamu?”

“Haha ... bukan Lang, mama dan papa sesng pergi, tapi ada kakak dan abangku koq. Tak apa mereka malah ingin bertemu denganmu.”

“Aku masih belum siap. Tapi kalau bulan depan mungkin aku ....”

“Elang,” panggil Jehan.

Elang menatap gadis itu dengan lekat. “Iya. Maaf aku membuatmu kecewa. Aku hanya merasa minder.”

“Tak apa nanti saja. Tapi apa kau ingat bulan depan ada apa?”

“Memamgnya ada apa?” Elang sengaja berbohong kepada Jehan.

“Ih Elang, nanti cari tahu sama yang lain ada apa di bulan depan eh bahkan tak sampai sebulan lagi sih.”

“Memangnya ada apa sih? Pentingkah?”

“Rahasia, aku pergi dulu Bye. Jangan lupa cari tahu ya,” teriak Jehan berlari,vsementara Elang menatapnya dan teesenyum.

“Kau tenang saja aku sudah tahu koq. Nanti akan aku belikan sesuatu untukmu.”

Saat itulah tak lama Frankie datang dan menegurnya.

“Hai melamun terus mikirin Jehan kah?”

“Apa itu sangat terlihat?” sahut Elang.

“Lumayan sih haha. Sudahkah kapan kau nyatakan cinta? Dan apa hadiahmu untuk ultahnya nanti?”

“Nah itu dia masalahnya Frank.”

“Masalah apa ini? Coba beri tahu aku.”

“Aku bingung mau belikan dia apa. Menurutmu?”

“Kau tenang saja, aku akan mendapatkan info apa yang disukai oleh Jehan dalam waktu singkat.”

“Benarkah? Aku merepotkanmu lagi.” Elang menjadi tak enak.

“Sudahlah kita kan sahabat, aman saja. Nanti kita beli bersama jika sudah tau.”

“Oke kalau begitu. Aku juga tak suka pergi sendiri. Dan kau lebih pandai memilih,” seru Elang lagi.

“Siap Bos. Akan aku cari info sebanyak-banyaknya.”

Setelah perbincangan itu Frankie mulai misi untuk mencari informasi kesana-sini. Untungnya ia punya beberapa teman dekat wanita yang menyukainya.

“Kalian bisa kan?” tanyanya lagi pada gadis-gadis itu.

“Serahkan saja ke kami. Tunggu saja kabar baiknya.”

“Baiklah, aku percaya pada kalian. Sahabatku pasti senang mendengar kabar dariku juga. Sekarang kalain boleh pergi.”

“Bye Frankie ....,” seru mereka dan melambai.

“Bye ladies.”

Kalau saja aku tak diingatkan Elang tentang tak mempermainkan perempuan aku pasti sudah memacari mereka semua. Ahh sudahlah aku takut dosa seperti kata Elang. Pikirnya.

*****

Elang tak percaya dengan apa yang ia dengar Frankie datang membawa list kesukaan Jehan hanya dalam waktu satu minggu.

“Para wanita itu berguna juga rupanya,” seru Frankie.

“Hei kau tidak memacari mereka bukan?”

“Tidak, tenang saja, aku ingat nasehatmu dan aku tak mau dapat dosa. Namun kau sendiri apa berencana berpacaran dengan Jehan?”

Elang hanya tersenyum. Dan membuat Frankie tak bisa menebaknya.

“Tentu tidak, aku akan menghalalkannya nanti jika aku sudah bekerja, namun sekarang cukup berteman baik. Aku hanya mau membuatnya bahagia, aku tak bisa mengusir perasaan ini namun tak boleh membiarkan nafsuku menguasaiku.”

“Aku sangat salut padamu kawan. Lantas apa Jehan juga bisa mengerti?”

“Aku harap dia memahami hatiku ini. Meski aku menyayanginya, aku tak mau menjadikan perasaan suci ini membawa kemudaratan kepada kehidupan kami. Cinta yang suci berasal dari Allah semestinya menjadikannya terhormat dan membuat kami saling menjaga dari jauh.”

“Begitu ya? Wahh aku semakin takjub. Jehan juga pasti prinsipmu ini makanya ia tak pernah bertindak gegabah meski cinta itu tampak di matanya setiap kali kalian beradu pandang. Aku saja bisa melihat ada cinta di netra itu apalagi dirimu kan?”

“Jikalaupun aku melihat namun cintaku kepada Rabbku semestinya bisa menjaga diriku dari cinta yang belum pantas aku miliki saat ini.”

“Kau lebih puitis dari yang aku duga. Haha. Lantas lihatlah, apa yang kira-kira ku jadikan kado?”

“Yang pastinya sesuai maunya dan kantongku. Hehe.”

Frankie hanya tertawa ngakak dan memukul pelan sahabatnya itu.

“Kau selalu realistis.”

“Aku sudah menabung sejak aku tahu dia akan berulang tahun, semoga uang yang aku sisihkan dari uang sakuku cukup membeli kado untuknya.”

“Kalau begitu barang yang mahal ini kita coret.”

Elang mengangguk.

Dan dalam list Frankie hanya tersisa pilihan, cokelat, parfum dan bunga.

“Bunga dan coklat sangat biasa bagaimana dengan parfum?” tanya Elang.

“Nah boleh juga, kau akan berikan saat ultahnya dia kan?”

“InsyaAllah, tapi wanginya semoga kita dapat yang begini ya.”

“Aku sepertinya tahu siapa yang bisa kita minta cari tahu.”

“Siapa?”

“Adikku yang manis.”

*****

Gadis itu tak bisa berkata apa-apa saat kakaknya membawa temannya ke rumah.

“Adikku sayang, ini Kak Elang, teman dekat kakak. Kami boleh minta bantuanmu?”

“Halo kak,” sapanya.

Elang menyengir dan memgangguk. “Apa tak apa Frankie?” bisiknya pada Frankie.

“Sudah kau tenang saja.”

“Bantuan apa Kak?”

“Itu teman wanita Kak Elang akan berulang tahun dan dia mau membelikan parfum. Coba lihatlah, apa kau tahu merek dan wangi ini?”

Adik Framkie menatap seksama tulisan itu kemudian memgamgguk.

“Kalian mau membeki ini?”

Lihat selengkapnya