Elang & Tragedi Trisakti 98

Siska Indah Sari
Chapter #10

Malam Terakhir bersama Frankie

Malam ini Frankie sengaja menginapdi rumah Elang, mereka hendak menyelesaikan tugas kelompok dan esok paginya pergi bersama. Sebelumnya di jalan mereka kehujanan dan karenanya Frankie segera mengebut. Namun saat tiba di rumah Elang disana malah tak hujan sama sekali.

“Ya ampun, hujannya deras sekali disana, disini malah cerah,” keluh Frankie.

Tetty yang melihat mereka kehujanan segera meminta mereka mengganti pakaian.

“Lang mandilah dulu agar tak demam,” ujarnya pada Elang.

“Iya Ma.”

Wanita itu segera ke dapur dan sembari menunggu keduanya. Tak lama kedua sahabat itu memilih duduk di teras menikmati angin malam lebih dulu.

“Nah ini ada goreng pisang, kebetulan ada yang kasih pisang kemaren,” seru Tetty menaruh sepiring gorengan dan teh manis di meja. Sementara Frankie dan Elang sedang bermain gitar saat itu.

“Makasih Tante, wah pasti enak,” jawab Frankie melihat makanan yang menggiurkan itu.

“Kau tahu mamaku sengaja baru memasaknya sekarang kerena tahu kau akan menginap disini. Dia lebih antusias.”

“Wah Tante, aku jadi gak enak.”

“Tamu kan adalah raja, Frankie, kamu sudah tante anggap seperti anak tante sendiri. Jangan sungkan.”

“Iya Tente. Makasih.”

“Yasudah lanjutlah tante masuk dulu.” Tetty segera kembali ke dalam karena tak mau mengganggu keduanya.

Frankiepun mengangguk. Elang hanya diam melihat Frankie sudah memakan dua buah pisang itu.

“Eh, Bro, kau tak cemburu karena mamamu peduli padaku?”

“Tidak koq,” sahut Elang pelan.

Elang menyetel tali senar gitar dan mencoba nadanya.

“Kau mau nyanyi apa Frankie?”

“Kau dulu saja Lang, aku sih bebas. Apa yang enak ya? Iwan Fals ya?”

“Boleh yang mana?”

“Denting dong.”

Elangpun mengangguk.

Elang segera menyerahkan gitar ke Frankie dan pemuda itu mencoba mengetes senarnya.

“Bagaimana?”

“Pas, kau bisa beralih menjadi musisi nanti,” kekeh Frankie.

Nemun Elang tak menyahut dan hanya menggelengkan kepalanya menanggapi candaan sahabatnya itu.

Lantas Frankie mulai mendendangkan lagu favoritnya itu, sementara Elang hanya diam duduk menikmati malam yang sunyi ditemani angin dan bulan di atas sana.

“Lang? Kenapa kau hanya diam gak nyanyi? Dengaren.”

“Gak papa aku dengerin aja. Kau lanjutlah.”

“Hei kawan gak biasanya loh. Kau sakit Lang?”

“Enggak aman koq.”

“Baiklah kalau kau bilang begitu, tapi Lang malam semakin larut tampaknya. Apa tak sebaiknya kita segera mengerjakan tugas?”

“Tunggu dulu kata mama makan dulu.”

“Nah ini sudah malam juga apa kita makan sekarang saja?”

“Oh ya sepertinya sudah jam makan malam ayo masuk.”

Benar saja mamanya Elang memanggil mereka dari dalam saat itu.

“Nah kalian makanlah dulu, mama dan papa mau rehat dulu, capek. Awangga masih mengerjakan tugas. Tante tinggal dulu ya Frankie.”

“Iya Tante,makasih makanannya.”

“Hei anggap saja rumah ssndiri. Kalau belum kenyang tambuh lagi ya. Lauk masih banyak. Awamgga juga makannya gak banyak.”

“Aman Tante,” sahut Frankie sambil cengegesan. Malam ini mamanya Elang membuatkan mereka indomie goreng dan ayam sambal hijau. Ada juga sambal dan lalapan kesukaan Frankie.

“Mamamu memang luar biasa. Aku makan nih?”

“Silakan. Mama memang rebus sayur buat lalapanmu karena terakhir kau kesini kau tampak menikmatinya.”

“Iya di rumah Si Mbak kadang juga aku minta buatkan kalau gak sibuk. Tapi jarang sih. Aku snagat beruntung menginap malam ini.”

Elang mengangguk pelan.

Lihat selengkapnya