Elang & Tragedi Trisakti 98

Siska Indah Sari
Chapter #16

Perjuangan Dilanjutkan


14 Mei 2024


Ribuan mahasiswa melalukan aksi demo serempak di semua daerah mulai dari pulau Sumatera hingga ke Jawa sebagai pusatnya tentunya. Ketua MPR dan DPR harus menyelamaykan diri agar terhindar dari kemarahan besar mahasiswa yang dipicu oleh tragedi Trisakti dua hari sebelumnya. Sementara di kampus Trisaktu masih dipasang bendera setengah tiang dan doa bersama untuk mengenang keempat mahasiswa yang telah gugur.

“Kau pasti melihatnya seakan tersenyum padamu kan tadi?” seru Adny setelah mereka selesai upacara.

“Menurutmu? Saat tiba disana aku merasa seluruh duniaku runtuh Adny. Tak pernah aku duga baru kami tidur dan bercengkarama bersama kemudian ia pergi begitu saja dengan cepat ia bahkan tak berpamitan Adny. Itu yang paling menyakitkan. Dan aku tak sempat mengucapkan selamat jalan padanya.”

“Itu bagian tersakit Frankie. Aku juga tak bisa terpejam karena membanyangkan detik terakhir kita bersamanya. Elang adalah pemuda baik namun mereka merenggut nyawanya. Entah apa salah kita yang bersuara menyuarakan perubahan kan? Aku juga masih geram Frankie.”

“Jika bisa aku ingin mendatangi mereka satu per satu juga beliau itu. Tahukah dia karenanya sahabat baikku pergi selamanya?”

“Aku dengar yang bertanggung jawab untuk insiden telah ditahan dan akan diadili bukan?”

“Lalu dalangnya? Yakinkah kau ini ulah aparat biasa dan tak ada dalangmya? Aku tak percaya seumur hidup aku akan ingat sosok yang bertanggung jawab untuk kematian Elang belum juga terkuak. Dan selama itu aku akan ingat betapa menyedihkannya bangsaku ini terhadap kita warganya.”

“Kau bersabar Frankie. Aku tak yakin akan terkuak dalangnya. Namun tugas kita saat ini adalah melanjutkan perjuangan kita menggulingkan Pak Harto. Ayo Frankie kita lanjutkan semangat Elang “

“Esok aku akan ikut saat kampus bergerak lagi. Tapi sekarang aku akan ziarah ke makam Elang dulu, Adny.”

“Sayang sekali aku harus pulang cepat. Aku akan ikut lain kali.”

“Tak apa. Di rumah juga aku tak bisa mengalihakan pikiranmu dari semua ini. Aku tak bisa tertidur. Aku hanya ingat Elang. Aku sakit Adny. Hatiku serada terbakar karena amarah dan aku membenci keadaan ini.”

“Ini tak mudah namun aku harap seiring waktu kau akan lebih iklas kawan. Jujur aku juga tak rido. Aku marah. Aku benci mereka semua, namun aku berdoa jalan Elang imudahkan disana. Makanya aku berusaha menrima. Elang adalah teman kita yang berharga Frankie. Elang akan selali begitu.”

Kedua pemuda itu kemudian berpelukan. “Kita akan menjadikan Elang semangat kita hidup Adny. Kau dan aku memang harus hidup untuknya dan untuk persahabatan kita dengannya. Untuk menceritakan ke semua orang seperti apa teman baik kita Elang. Elang yang baik, pengertian, ceria, cerdas dan tampan. Elang yang mengajarkan kita banyak kebaikan dan nasehat kehidupan. Kelak kepada anak-anak kita kita akan bercerita tentang persahabatan kita dengan pemuda luar biasa santun dan baik itu.”

“Ya Frankie kita akan lakukan itu kelak. Dan Elang ajan hidup terus hidup dalam cerita dan ingatan kita.”

Frankie mengangguk. Setelab Adny pergi, Frankie mengendari motornya menuju makam Elang.

“Hei kawan, aku datang. Hari ini kampus mengadakan doa untukmu, dan mereka juga. Kau tahu Lang, memang nilai seseorang akan terlihat kalau ia sudah tak lagi ada bersama dengan kita. Dan itulah yang aku rasakan. Setelah kau pergi aku baru sadar kau begitu berpengaruh dalam hidupku. Kau bagian dari aku dan kehilanganmu menjadi satu hal yang membuatku merasa dunia ini begitu kejam. Aku tahu Allah tempatmu pasti terbaik disana. Kau pemuda baik, Dia pasti memberimu yang terbaik. Dan kami disini begitu merindumu. Aku bahkan belum berani menampakkan wajah di depan papa dan mamamu Lang, aku takut keduanya akan semakin berduka saat melihatku. Aku tak mau tante kembali menangis Lang. Kau tahu semua orang menyayangimu, kami sangat kehilanganmu, tapi Allah lebih menyayangimu dan memgambilmu dari kami. Dunia memang memisahkan kita tapi kau adalah sahabatku kini dan nanti. Selamanya.”

Frankie lantas menaruh setangkai mawar merah yang telah ia beli di perjalanan menuju ke makam sahabatnya itu lantas ia berdoa sembari menangis.

“Aku bukan cengeng Lang mataku kelilipan. Jangan ejek aku ya. Oh ya kau pasti bertanya kenapa diantara semua bunga aku memilih mawar merah untukmu? Anggap saja aku sedang romantis mengenangmu, namun yang sebenarnya aku tahu kau sangat suka melukis bunga mawar merah, aku hanya menebak itu bunga favoritmu atau mamamu kawan. Aku harap kau suka.”Akhirnya air mata itu kembali tumpah dan Frankie tak bisa berpura ia baik-baik saja seperti yang semua orang kira ia dapat melalui itu .

“Oh ya Lang, semua orang bilang seiring waktu aku akan bisa mengiklaskanmu melupakanmu. Namun Lang, aku rasa mereka hanya membual sebab semskin hari sahabatmu ini semakin merindukanmu.”

Sebelum peegi Frankie mengusap nisan itu dan ia mengecupnya. “Sahabatku aku pergi dulu. Aku akan sering datang kelak. Jangan bosan ya.”

Saat emlangkah meninggalam tempat itu Frankie kembali menoleh. “Kau begitu cepat pergi kawan dan aku dengan siapa lagi aku akan banyak bercerita kini.”

****

Hari-hari berikutnya hanya ada berita demo dan penjarahan besar-besaran dimana-mana. Banyak aparat dikerahkan untuk mengatasi mahasiswa yang semakin banyak melakukan unjuk rasa di depan gedung MPR. Frankie dan semua mahasiswa lainnya juga ikut kembali berunjuk rasa.

“Turunkan Pak Harto!! Kami mau turunkan Pak Harto!!! Akhiri kekuasaan Orde Baru!!!” Teriakan seluruh mahasiswa membuat ketua MPR dan DPR serta anggota MPR merasakan kengerian kalau mahasiswa akan menerobos masuk. Semua penghuni senayan segera mendesak Ketua MPR untuk menghubungi Suharto untuk segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai tuntutan utama dari demua mahasiswa.

Sementara itu Suharto hanya berdiam dia kediamannya di cendana dan menungggu semua laporan kerusuahan, bentrokan dan demo di semua daerah. Kondisi Indonesia benar-beanr tidak terkendali. Kemarahan rakyat semakin menjadi setelah berita kematian Elang dan ketiga mahasiswa lainnya di tangan aparat menyebar dan disiarkan di seluruh stasiun TV Indonesia. Mahasiswa yang berang bergejolak dan memilih untuk tak menyerah sebelum Suharto turun tahta.

Dan kini Suharto kembali menghisap cerutunya.

“Apa kondisinya begitu kacau?” tanyanya pada seorang kepercayaannya.

“Ada banyak laporan kerusuhan dan demo di setiap daerah Pak. Semua mahasiswa menuntut pemberhertian Bapak.” Lelaki itu menunduk dan menatap wajah yang telah ia layani puluhan tahun itu.

“Kau tahu, aku sudah duga kejadian itu akan memperkeruh semuanya.”

“Dalangnya masih sedang dicari Pak. Bapak tak perlu memikirkan itu.”

“Siapa yang tak amrah jika mahasiswa ditembaki dan empat orang gugur yang lain luka-luka. Peluru yang semestinya tidak melukai malah menghabjisi nyawa. Sungguh cilaka.”

“Apa rencana Bapak setelahnya?”

Saat itu putri tertuanya tiba disana.

Lihat selengkapnya