Elang Angkasa: Perang Tahta

Kingdenie
Chapter #41

Racun dari Seorang Saudara

Hutan di sekitar Jonggol terasa seperti labirin kegelapan yang tak berujung. Angkasa, Dika, dan Nova berjalan dalam keheningan yang tegang, menyeret serta tawanan mereka, Budi, yang kini menjadi pusat dari sebuah badai baru yang jauh lebih mengerikan. Kemenangan mereka dalam penyergapan itu terasa begitu hampa, sebuah euforia singkat yang kini telah digantikan oleh racun keraguan yang merayap dingin di pembuluh darah mereka.

Di telinga Angkasa, suara Tio, Bunga, dan Aisha terdengar silih berganti dari markas, sebuah paduan suara kepanikan, penyangkalan, dan kebingungan. Namun Angkasa tidak banyak merespons. Pikirannya terlalu penuh, dunianya yang baru saja ia tata kembali kini berputar di luar kendali.

"Dia bohong," adalah kalimat pertama yang Dika ucapkan setelah keheningan yang panjang, suaranya serak karena amarah. Ia mencengkeram kerah baju Budi dengan kasar, membuatnya tersentak. "LO BOHONG, ANJ***! Lo cuma mau ngadu domba kita sama Bang Jago biar lo bisa kabur!"

Budi hanya tersenyum miring, bibirnya yang bengkak menyeringai. "Adu domba? Buat apa? Permainannya udah selesai, Dik. Catur. Sekakmat. Kalian cuma belum sadar aja kalau raja kalian udah tumbang."

"Bukti lo apa?" tanya Nova, suaranya tajam dan menusuk. Ia berdiri di antara Dika dan Budi, matanya yang awas memindai setiap ekspresi di wajah Budi, mencari celah, mencari kebohongan.

Budi tidak menawarkan bukti. Ia tahu bukti tidak akan berguna. Ia menawarkan sesuatu yang lebih berbahaya: pertanyaan. Ia menatap Angkasa, mengabaikan yang lain.

"Bukti?" ulangnya. "Pikir aja sendiri, Ang. Pakai otak lo yang katanya pinter itu. Waktu lo pertama kali duel sama dia, apa lo yakin dia beneran kalah? Seorang legenda kayak dia, kalah sama bocah ingusan yang cuma modal nekat? Atau ... dia sengaja ngasih lo menang, buat ngasih lo panggung, buat bikin lo percaya kalau lo itu spesial?"

Angkasa terdiam, kilasan pertarungan di pekarangan rumah Bang Jago berputar di benaknya. Momen saat ia menemukan "kelemahan" Bang Jago. Apakah itu benar-benar kelemahan, atau sebuah celah yang sengaja dibuka untuknya?

"Waktu Nova ditangkap polisi," lanjut Budi, kini menatap Nova. "Siapa yang paling cepat 'nolongin'? Siapa yang punya koneksi sampai ke level Kasat Reskrim? Orang biasa? Atau seseorang yang memang menempatkan polisi di kantongnya?"

Lihat selengkapnya