Elang Angkasa: The Beginning

Kingdenie
Chapter #20

Pertemuan di Beranda

Angkasa duduk, menyeruput kopi hitam hangat yang diseduh dengan aroma khas tanah Sumatera yang kental. Di sekelilingnya, keempat serigala menemani. Mereka duduk melingkar menghadap meja kayu, sesekali mencicipi goreng pisang buatan rumah yang hangat dan gurih, sebuah hidangan sederhana yang kini terasa begitu mewah setelah malam yang panjang.

Bersama mereka, Bang Jago masih terlihat meringis pelan. Tendangan Angkasa di selangkangannya rupanya masih terasa, bahkan setelah lebih dari setengah jam berlalu. Setiap kali ia bergerak sedikit, kerutan di dahinya mengeras, mengingatkan Angkasa akan kekuatan jurus yang ia lontarkan. Namun, yang terjadi pada Angkasa berbeda. Mukanya yang lebam dibiarkan saja. Ia membiarkan saja luka di bibirnya yang masih mengeluarkan sedikit darah, sisa-sisa pertarungan yang baru saja berakhir. Baginya, luka itu adalah lencana, bukti dari sebuah pertempuran yang dimenangkan, pengingat akan harga yang harus dibayar demi sebuah tujuan.

“Bagaimana, Bang? Abang memegang janji Abang kan?” Angkasa membuka perbincangan setelah menyelesaikan santapan pisang gorengnya, mendorongnya dengan seteguk kopi pahit. Suaranya tenang, namun ada getaran antisipasi di dalamnya.

“Iya, jangan khawatir. I’m the man of my word.” Bang Jago menjawab santai sambil meletakkan kopinya kembali di meja. Sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya, senyum seorang penguasa yang tak pernah mengingkari kata-katanya.

Keempat serigala berdecak kagum. Mereka enggak menyangka laki-laki paruh baya yang baru saja dikalahkan Angkasa itu bisa berucap menggunakan bahasa Inggris. Sebuah kejutan kecil di tengah ketegangan yang masih menyelimuti. Tio, dengan kalem, menjelaskan ke Nova ketika cewek tomboy itu bertanya apa arti dari kalimat itu, “Dia bilang dia adalah orang yang selalu pegang janjinya, Va.”

“Terima kasih, Bang,” kata Angkasa sambil mengangguk kecil, sebuah tanda takzim kepada lawan yang kini menjadi sekutu.

“Bisa lo ceritakan bagaimana sistem yang akan dijalankan, Ang?” tanya Bang Jago dengan mata menatap tajam ke arah Angkasa, seolah sedang mengukur kedalaman ambisi pemuda di depannya.

“Sederhananya, pertama kita kuasai semua parkiran yang ada di Jakarta Selatan, lanjut ke Barat, Utara, dan Timur. Setelah empat daerah itu kita kuasai baru fokus ke Jakarta Pusat.”

Bang Jago terdiam, ia tampak mencerna apa yang disampaikan oleh Angkasa, mengamati peta imajiner kekuasaan yang baru saja diutarakan. “Berapa lama target menyelesaikan kelima tempat itu?”

Angkasa diam, ia ingat belum pernah membahas target waktu yang spesifik untuk menguasai Jakarta Raya dengan teman-temannya. Ia melirik sekilas ke arah Dika, Budi, Nova, dan Tio, seolah mencari jawaban di mata mereka, namun tak ia temukan.

“Jujur, gue belum berbincang dengan teman-teman gue tentang target ini, Bang,” ujar Angkasa terus terang, seraya mengedarkan tatapannya kepada empat sahabatnya.

Bang Jago mengangguk-angguk, wajahnya serius. “Harus pakai target. Supaya kerjaan kalian terarah.”

Lihat selengkapnya