Elang Angkasa: The Beginning

Kingdenie
Chapter #24

Luka di Balik Loyalitas

Langit di luar markas Lima Serigala berwarna kelabu pekat, sama kelabunya dengan suasana di dalam. Dua belas jam telah berlalu sejak Nova digiring masuk ke dalam mobil polisi. Dua belas jam yang terasa seperti seabad, diisi dengan keheningan yang mencekam, diselingi oleh deru motor Dika yang tak henti-hentinya mondar-mandir di halaman, dan kepulan asap rokok Tio yang tampak lebih tebal dari biasanya. Mereka buntu, terperangkap dalam ketidakberdayaan yang memalukan. Semua strategi, semua keberanian, semua kekuasaan kecil yang baru mereka cicipi, luruh tak berarti di hadapan dinding birokrasi dan hukum.

Angkasa duduk di kursi kayu yang reyot, menatap ponselnya dengan pandangan kosong. Di sampingnya, Budi terus mengumpat, menyalahkan semua orang dari polisi hingga pemerintah, suaranya paling keras seolah ingin membuktikan loyalitasnya yang tak tergoyahkan. Angkasa tidak lagi mendengarkannya. Pikirannya terfokus pada satu hal, ‘ia telah gagal’. Sebagai seorang pemimpin, ia telah membiarkan salah satu serigalanya masuk ke dalam kandang.

Dengan napas berat, ia menjauh dari kerumunan, mencari sudut paling sepi di belakang rumah, dan menekan nomor telepon yang kini menjadi tali penyelamat sekaligus pengingat utangnya, nomor Bang Jago.

Telepon tersambung setelah dua kali dering. Tidak ada basa-basi.

“Ang ...” sapanya, suaranya serak. “Gue udah tahu,” jawab suara berat di seberang, begitu tenang, seolah sedang membicarakan cuaca. “Anak cewek itu, kan? Si Tomboy Nova.

Angkasa tertegun. “Dari mana Abang … ”

Lo pikir gue cuma duduk-duduk kasih makan ikan? Gue punya mata di setiap sudut kota ini, Ang. Gue tahu bahkan sebelum lo telepon.” Keheningan sesaat. Angkasa bisa mendengar samar-samar suara air di latar belakang. “Dia dijebak. Tuduhannya pengorganisasian pungutan liar. Pintar juga musuh lo sekarang.

“Gue butuh bantuan, Bang,” kata Angkasa, menelan harga dirinya. “Gue akan bayar berapa pun nanti.”

Terdengar tawa rendah dari seberang. “Ini bukan soal duit. Ini soal nunjukkin siapa yang pegang kendali. Jangan panik. Anak buah gue lagi di jalan. Tunggu aja kabar.

Klik, sambungan terputus. Angkasa berdiri mematung, ponsel masih menempel di telinga. Ia tidak tahu harus merasa lega atau semakin terintimidasi. Bang Jago tidak hanya memiliki kekuatan, ia memiliki kekuasaan yang bekerja dalam sunyi, sebuah level permainan yang belum pernah Angkasa sentuh.

Benar saja, kurang dari dua jam kemudian, ponsel Angkasa kembali bergetar. Ada pesan singkat masuk dari nomor tak dikenal.

“Datang ke kantor polisi sekarang. Temanmu sudah menunggu di lobi.”

Nova dibebaskan begitu saja. Tidak ada proses yang rumit, tidak ada jaminan yang harus dibayar. Menurut cerita salah satu petugas yang berbisik pada juru parkir mereka, seorang pengacara berpenampilan necis datang, masuk ke ruangan Kasat Reskrim, dan keluar sepuluh menit kemudian. Setelah itu, perintah pembebasan Nova langsung diturunkan dengan alasan "kekurangan bukti". Polisi yang menangkapnya hanya bisa menatap dengan frustrasi saat Nova melangkah keluar dari gedung itu, dijemput oleh Tio dan Dika yang sudah menunggu dengan cemas.

Lihat selengkapnya