Training yang dijanjikan itupun datang, aku dengan percaya diri memperhatikan langkah-langkah yang diberikan dari disiplin dan komitmen yang diberikan perusahan. Sesuai dengan itikad baikku untuk bisa membahagiakan bu Darto dan tidak mengecewakan pak Andri HRD yang baik hati. Trainer aku namanya Tanu, orang yang tegas dan berpendidikan dan sangat-sangat serius, dia adalah lulusan dalam bidang IT, masalah computer sudah seperti makanan dia hari-hari.
Pada hari itu pak Tanu mungkin sudah tahu potensi kerjaan aku ada dimana ‘Kamu saudara Elang, kamu mengikuti tranning ini dengan sangat cepat mengerti, kemungkinan kamu saya tempatkan sebagai kasir ya’ kata pak Tanu. ‘Baik pak, saya tidak ada masalah dengan itu semua saya akan menjalaninya sungguh-sungguh’. ‘karna kamu adalah pemula saudara Elang jadi saya kamu saya tempatkan di minimarket terlebih dahulu ya dan saya harap kamu belajar tentang keuangan sebagai tambahan skill kamu.’ Pinta Pak Tanu. ‘Ngga ada masalah pak, saya sudah sangat bersyukur bisa bekerja di mana saja dan saya akan belajar apa yang bapak pinta’ jawabku.
Ketika aku terima surat penempatan, aku di ditempatkan kerja agak jauh dari panti. Mau tidak mau aku harus ngekos, baru kali ini aku akan jauh dari panti dan bu Darto. Aku sebernarnya masih khawatir dengan keadaan bu Darto, Roni pun belum aku bisa andalkan. Aku berada dilemma ketika ini terjadi, tapi ini tidak mungkin aku harus melangkah, mungkin ini cuma perasaan saja karna ku yakin semua pasti akan baik-baik saja.
Hal ini pertama kali aku sampaikan kepada Roni sebagai sahabat baikku. ‘Ron, lo jangan kaget ya, gua di tempatin kerja jauh dari panti’. Kataku. ‘Terus, lo tega Lang ninggalin bu Darto sama gua gitu aja’. ‘Yahh Ron jangan di dramatisir gitu dong hidup lo, gua gini kan juga udah dapet restu dari Bu Darto sama lo kan’. ‘bener juga sih Lang apa kata lo, apalagi kita udah sama-sama dewasa jadi pahamlah gua Lang’. ‘Nah gitu dong Ron jangan cengeng lo jadi cowok, rambut doang kribo tapi hati kaya Cinderella hahaha’. Malam-malam yang sepi itu pun tertutup oleh bincang-bincang dari tawaku dan Roni tapi didalam hati ini sedih dan beribu pertanyaan tentang diriku yang belum diberitahu oleh bu Darto.