3 bulan berjalan bekerja di showroom ini, aku belum menemukan keanehan dalam sistem keuanganya om Robert. Aku bertanya dengan pak Tanu beliau masih sempat membimbing aku jika beliau ada waktu. Pak Tanu bilang untuk mencari sebuah keganjalan dalam sistem memang memakan banyak waktu dan lama serta teliti. Disertai dengan bukti-bukti fisik penjualan dan pembelian mobil. Memang sangat rumit ternyata tetapi aku dengan sabar akan terus menelusuri keganjalan ini. Kringggg… kringgg.. ‘Halo, selamat siang bisa dibantu’. Tanyaku. ‘Ini Elang’. Seperti suara Roni. ‘iya betul saya Elang, ini Roni ya? tanyaku dengan gembira. ‘Saya sudah tahu semuanya, ternyata Elang lo pembunuh..!!!.’ kata Roni. ‘Maksud lo apa Ron, halo.. halo..’. dan percakapan kami pun terputus. Aku telepon balik tapi langsung tidak aktif nomornya. Aku terus bertanya apa yang terjadi, kenapa Roni bilang aku ini pembunuh apa maksudnya. Hidupku langsung terombang ambing seperti ini, sahabat baikku menuduhku seorang pembunuh. Ini tidak bisa di biarkan aku harus cari tahu ada apa sebenarnya kenapa tiba-tiba Roni berubah. Bagaimana mungkin aku pembunuh aku tidak membunuh siapapun.
Dari nada bicara Roni seperti sudah meluapakan amarah dan emosi dia. Mungkin aku harus bicara dengan bu Darto secepatnya supaya aku mendapatkan cerita sebenarnya. Kalau tidak begini aku akan kepikiran terus menerus. Dinda pun melangkah kepadaku ‘Hei Lang kamu kenapa?’. ‘Itu tadi dari si Roni, kamu masih inget kan dengan dia Din?’. ‘ooo iya aku inget Lang yang rambutnya agak kribo itu kan ya, kenapa dia Lang?’. ‘Dia menuduhku sebagai pembunuh, padahal dia tau sendiri selama ini aku tidak membunuh siapa-siapa’. ‘ah mungkin dia salah orang kali Lang bukan kamu kali’. ‘Ngga Din aku tau betul dia, dia memang langsung menuduhku’. Tanpa terasa air mataku keluar. Ini kesedihan yang mendalam buatku. Dinda menenangkanku, dia pegang tanganku. Tangan Dinda sangat lembut, jari-jarinya pun lemas dan sedihku hilang. ‘Sudah Lang jangan di pikiran ya, oia nanti malam jangan lupa ya ayahku ngajak makan malam.’ kata Dinda. ‘oo malam ini ya aku nyaris lupa Din, yaudah kalau begitu nanti aku balik dulu ke apartemen untuk ganti baju’. Makan malam dengan keluarga besar om Robert ini sangat berarti karena jarang-jarang om Robert mengundang malam orang seperti aku kecuali dengan pejabat dan orang-orang ternama. Di dalam taxi menuju perjalanan kerumah Dinda aku terus memikiran apa yang Roni ucap.
Ketika dia berucap bukan Roni seperti aku kenal yang riang dan ceria seperti ada rasa kegelapan dalam dirinya. Sudah sampailah aku dirumah Dinda, rumah yang sangat mewah dengan ornamen-ornamen modern dan klasik. Dijaga dengan beberapa satpam dan bodyguard. Dinda sudah menyambutku di depan pintu dengan gaun berwarna merah jambu makin memunculkan aura menawan Dinda, hatiku berdebar debar melihatnya. Apa mungkin aku jatuh cinta dengannya. ‘hei Lang sini’. Suara imut Dinda. ‘Wah kamu cantik banget Dinda, sepertinya aku salah pakai pakaian ya’. ‘halah gombal kamu Lang, ngga kok kamu tetep keren’. Pipi ku merona merah ketika Dinda memujiku.
Di depan meja makan yang besar dan terbuat dari kayu jati, sudah ada ibu Monica dan Jonathan. Ada salah satu Kombes Polisi Bapak Ginting dan pengusaha besar ternama Bapak Yuri. Pak Yuri adalah pengusaha tambang batubara dan pengacara. Sedangkan Pak Ginting selalu menyelesaikan kasus-kasus kriminal kelas kakap. Mereka berdua terkadang aku lihat di televisi. Gugup dan salah tingkah itu sudah pasti karena jarang-jarang diriku makan malam bareng dengan orang-orang besar ini. ‘Sini mas duduk sebelah saya’ suruh pak Kombes. ‘tenang aja mas, kita disini santai-santai sambil makan malam’ kata pak Yuri pengusaha besar. ‘iya pak terima kasih’. Kataku. Aku pun duduk, seperti sedia kala Monica dan Jonathan tidak senang dengan kehadiranku. Mereka mengobrol tetapi aku tidak di ajak ngobrol kecuali dengan Dinda yang ada berada di sebelah kananku. ‘dengar-dengar mas Elang ini katanya menghajar 4 orang jambret sekaligus ya’ Tanya Kombes. ‘iya pak Kombes.’ ‘wah hebat kalau gitu’. Puji Kombes ‘Percuma aja kalau bisa beladiri tapi ga kebal anti peluru’. Kata Jonathan dengan sinis. ‘husssh’ sela Dinda. ‘sudah-sudah yang pentingkan mba Dinda selamat sekarang’ kata pak Yuri. ‘halahh kok kaya gitu dibesar-besarin biasa aja, kan bisa telepon Polisi ga usah pakai ribut-ribut segala’ kata Monica dengan sinis juga. ‘iya ngga mungkin jugalah mah kalau keadaan terdesak kayak gtu’ sela Dinda. Aku hanya menghela napas menghadapi mereka berdua, entah aku salah apa. ‘kalau begitu mas Elang mau jadi Bodyguard saya hahaha’ canda Pak Yuri.
Om Robert pun muncul dengan tenang dia menarik bangku dan duduk. Hidangan makan malam yang mewah satu-satu disediakan, ada seafood dan masakan western. Om Robert punya koki tersendiri jika ada makan malam dan tamu penting, memang wajar om Robert sendiri pun punya banyak Restoran. ‘Mari silahkan kita mulai makan malamnya’ sambut om Robert. Makan malam di samping Dinda sungguh sangat Istimewa apalagi malam ini dia kelihatan makin mempesona. Aku lirik dia, dia melirik aku. Aku tidak mempedulikan obrolan-obralan orang-orang besar itu dan dua orang sinis itu, aku hanya memperhatikan Dinda. ‘Elang, hei Elang’. Panggil om Robert. Sontak aku kaget dan sendok pun jatuh, aku saking seriusnya melihat Dinda. ‘iya iya om maaf tadi saya meresapi makanannya eheheh’ ketawalah mereka kecuali dua manusia sinis itu. ‘Kamu sudah bisa nyupir Elang’ tanya om Robert. ‘belum om’. ‘serius kamu belum bisa Elang’ tanya pak Kombes. ‘iyalah belum bisa mana mampu dia beli mobil’ kata Monica yang sinis ini. ‘husss mamah’ kata Dinda. ‘baiklah kalau gitu kamu nanti belajar mobil ya sama Dinda’. Pinta om Robert. ‘Kasih belajar naik odong – odong aja dulu yah’ nada angkuh Jonathan lalu dia berdiri sambil menyudahi makannya begitu juga dengan Monica. Om Robert sepertinya sudah biasa melihat tingkah laku mereka. Pak Kombes dan Pak Yuri hanya geleng-geleng kepala. ‘Tenang Lang kamu ga usah ambil kata-kata mereka yah’ suara lembut Dinda. ‘iya Dinda’. ‘gimana Elang kamu sudah menemukan keganjalan dalam sistem keuangan showroom saya?’ tanya tegas om Robert. ‘Belum om, karena saya konsultasi dengan orang berpengalaman katanya itu butuh waktu yang agak lama om’ jawabku. ‘Kalau ada yang macem-macem nanti bisa saya langsung tangkap orangnya’ tegas pak Kombes. ‘Akhir-akhir ini saya dapat beberapa nada ancaman’ kata serius om Robert. ‘kalau begitu nanti anak buah saya akan bantu jaga bapak saja’ kata Kombes. ‘Tidak perlu pak Ginting saya sudah ada bodyguard pribadi menurut saya itu sudah cukup’. Kata om Robert. ‘iya jangan kuatir mas Robert saya juga pasti ikut melindungi’, kata pak Yuri. ‘Kamu juga waspada Elang, soalnya kamu kerja di bagian keuangan’. ‘baik om saya akan jaga diri.